Liputan6.com, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) melakukan penelitian terkini berkaitan dengan hepatitis di Indonesia. Utamanya, mencakup penelitian mutasi virus dan dampak infeksi kronis terhadap organ hati.
Kepala PRBME BRIN Elisabeth Farah Novita Coutrier menyebutkan, riset dan inovasi terkait penanganan dan strategi pengendalian penyakit hepatitis terus dilakukan.
Baca Juga
Beberapa riset yang dilakukan, di antaranya penelitian untuk mengungkap mutasi penyebab kegagalan vaksinasi hepatitis B, dan mutasi penyebab kegagalan deteksi dan pada progresivitas penyakit, misalnya sirosis dan kanker hati.
Advertisement
"Ada juga penelitian mengenai penularan virus hepatitis secara vertikal dari ibu dan anak, serta penelitian pada populasi khusus, seperti tenaga medis dan populasi orang yang tinggal serumah dengan penderita," kata Elisabeth saat sesi dialog Isu Terkini Mengenai Biologi Molekuler & Bioteknologi dalam Penelitian Virus Hepatitis, ditulis Minggu (30/7/2023).
Penelitian Dampak Infeksi Hepatitis
Selain itu, penelitian juga dilakukan soal dampak infeksi hepatitis, yakni yang menyasar organ hati, terutama mengenai faktor onkogenik virus Hepatitis B (VHB) dan virus Hepatitis C (VHC) yang berujung mengakibatkan penyakit karsinoma hepatoseluler atau kanker hati.
"Kami juga berupaya untuk mempelajari tingkat keanekaragaman genetik VHB dan VHC, serta upaya memahami variasi karakteristik genetik dari virus maupun pejamu perlu terus dilakukan," lanjut Elisabeth.
“Variasi karakteristik genetik virus hepatitis dapat memengaruhi manifestasi penyakit akibat infeksi VHB dan VHC, terutama mekanisme patogenesis karsinoma hepatoseluler."
Butuh Pengembangan Antivirus Terkini
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh Putu Indi Dharmayanti menyatakan, tingginya kasus penyakit hati di Indonesia, baik dalam bentuk infeksi hepatitis kronis dan kanker hati, dibutuhkan suatu strategi berkesinambungan secara nasional.
Indi juga mengingatkan, penanganan dan strategi pengendalian hepatitis di Indonesia membutuhkan kerja sama banyak pihak dan stakeholder kesehatan masyarakat.
“Selain itu, diperlukan peran serta peneliti dan akademisi untuk melakukan penelitian berkesinambungan dan strategi penanggulangan hepatitis, termasuk pengembangan vaksin maupun antivirus terkini," katanya pada kesempatan yang sama.
"Untuk itu, diperlukan komunikasi ilmiah yang membahas informasi terbaru mengenai penyebaran dan penanggulangan penyakit hati di Indonesia."
Seperti diketahui, penyakit hepatitis merupakan suatu penyakit radang pada organ hati manusia yang dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus.
Advertisement
Potensi Infeksi Hepatitis B Jadi Kanker Hati
Pemerintah Indonesia telah membentuk Hepatitis Control Program pada 2012 untuk menanggulangi penyakit hepatitis. Kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis Virus.
Pemerintah pun melakukan berbagai upaya secara nasional untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit, di antaranya, program vaksinasi virus hepatitis B (VHB) pada bayi baru lahir sebagai upaya pencegahan infeksi VHB yang sudah dilaksanakan sejak 1997, skrining donor darah, dan upaya promosi kesehatan lainnya.
Lebih dari 2 Miliar Orang Terinfeksi Hepatitis B
Dari data yang dihimpun BRIN, diperkirakan lebih dari 2 miliar orang terinfeksi hepatitis B di seluruh dunia. Bahkan lebih dari 296 juta orang adalah penderita hepatitis B kronis.
Penyakit ini sangat berbahaya karena berpotensi berkembang menjadi fibrosis, sirosis, kegagalan hati, dan juga kanker hati/karsinoma hepatoseluler.
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2007, diperkirakan 28 juta orang terinfeksi hepatitis B dan/atau hepatitis C di Indonesia.
Dari jumlah itu, 50 persen akan berkembang menjadi infeksi kronis, lalu 10 persen dari jumlah yang kronis berpotensi berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati.