4 Hal yang Bikin Pasien Diabetes Lebih Disarankan untuk Batalkan Puasa Ramadhan, Salah Satunya Tidak Sahur

Pengidap diabetes atau diabetisi harus menjalankan puasa dengan benar sembari menghindari pola makan yang salah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Mar 2024, 04:36 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2024, 14:00 WIB
4 Hal yang Bikin Pasien Diabetes Lebih Disarankan untuk Batalkan Puasa Ramadhan, Salah Satunya Tidak Sahur
4 Hal yang Bikin Pasien Diabetes Lebih Disarankan untuk Batalkan Puasa Ramadhan, Salah Satunya Tidak Sahur. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengidap diabetes dapat menjalankan puasa Ramadhan jika sudah konsultasi terlebih dahulu pada dokter yang menanganinya.

Jika sudah diperbolehkan, maka pengidap diabetes atau diabetisi harus menjalankan puasa dengan benar sembari menghindari pola makan yang salah.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital Bekasi, Melisa Diah Puspitasari, pola makan yang salah dapat memperburuk kondisi diabetes ketika berpuasa. Beberapa hal yang bisa memperburuk kadar gula darah saat puasa yakni:

  • Tidak makan sahur.
  • Berbuka puasa dengan makanan dan minuman tinggi gula.
  • Tidak mengontrol kadar gula darah sebelum memasuki bulan Ramadhan.
  • Mengalami sakit atau infeksi lainnya.

“Dalam keadaan di atas, Anda dianjurkan untuk tidak melanjutkan puasa. Terlebih jika sudah mengalami gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal),” kata Melisa dalam keterangan pers, Senin, 25 Maret 2024.

Sementara jika mengalami hiperglikemia (gula darah naik berlebih), lanjut Melisa, pasien dapat melakukan suntik insulin, minum obat sesuai anjuran, atau menghubungi dokter.

“Jika dibiarkan, hiperglikemia bisa menyebabkan komplikasi ketoasidosis diabetes yang membahayakan nyawa,” jelas Melisa.

Tidak Semua Diabetisi Aman Puasa

Sebelumnya, Melisa mengatakan bahwa tidak semua diabetisi aman untuk berpuasa. Terutama diabetisi dengan risiko penurunan gula darah yang tinggi atau memiliki sakit infeksi yang berat.

Sedangkan, bagi diabetisi dengan gula darah yang terkendali dapat berpuasa dengan aman.

“Akan tetapi, sebaiknya Anda perlu melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dulu untuk penyesuaian pola makan atau obat yang dikonsumsi.”

Sebenarnya, sambung Melisa, Islam sendiri tidak mewajibkan orang dengan kondisi kesehatan tertentu untuk berpuasa, termasuk orang yang diabetesnya belum terkontrol.

Meski begitu, sebagian pasien enggan melewatkan kesempatan ibadah puasa di bulan suci. Maka dari itu, bagi diabetisi, pemilihan makanan dan pemantauan kadar gula darah adalah kunci penting agar ibadah puasa dapat berjalan dengan lancar dan tetap menyehatkan.

Porsi Makan Diabetisi di Bulan Ramadhan

Dalam keadaan normal, diabetisi dianjurkan untuk makan tiga kali porsi besar dan dua hingga tiga kali porsi kecil dalam sehari.

Porsi ini diperlukan untuk menjaga kadar gula darah. Akan tetapi, jumlah ini bisa berkurang selama bulan puasa. Artinya, jenis makanan yang dipilih harus benar-benar diperhatikan.

“Jika Anda sudah mendapatkan panduan pola makan dari dokter untuk hari-hari biasa, terapkan hal serupa pula saat puasa dengan sedikit menggeser waktu makan siang tentunya.”

Asupan nutrisi yang harus selalu ada dalam porsi makan sewaktu sahur dan berbuka adalah:

  • Karbohidrat kompleks tinggi serat, seperti nasi merah atau pasta gandum utuh.
  • Buah dan sayur untuk asupan serat.
  • Protein rendah lemak, seperti daging tanpa lemak dan dada ayam tanpa kulit.

Pilih Makanan dengan Indeks Glikemik Rendah

Melisa menyarankan, pilihlah jenis makanan yang punya indeks glikemik rendah. Indeks glikemik adalah nilai yang menunjukkan seberapa cepat atau lambatnya suatu makanan dapat meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi.

Semakin rendah indeks glikemiknya, semakin lambat pula makanan diubah menjadi glukosa. Dengan demikian, kadar gula darah tidak akan melonjak secara tiba-tiba.

Diabetisi yang berpuasa juga perlu melakukan pemantauan kadar gula darah yang lebih sering dibandingkan waktu tidak berpuasa.

Memantau kadar glukosa darah dapat membantu menentukan apakah bisa melanjutkan puasa atau harus membatalkannya. Selain itu, pasien juga bisa mengevaluasi pilihan makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka puasa.

Infografis Daftar 10 Negara dengan Kasus Diabetes Tertinggi di Dunia
Daftar 10 Negara dengan Kasus Diabetes Tertinggi di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya