Perempuan yang Punya Riwayat Kanker Payudara di Keluarga Perlu Lakukan SADANIS Lebih Dini

Menkes Budi sebut perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara maka perlu menjalani pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) lebih dini.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 31 Okt 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2024, 14:00 WIB
Perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara maka perlu menjalani pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) lebih dini (Dok Kemenkes RI)
Perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara maka perlu menjalani pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) lebih dini (Dok Kemenkes RI)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara maka perlu menjalani pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) lebih dini.

"Kalau ada orangtua atau tante kena breast cancer (kanker payudara) harusnya dini (melakukan SADANIS)," kata Budi saat berbincang dengan salah satu pasien perempuan di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Budi mengatakan bahwa perempuan yang memiliki riwayat kanker payudara bisa melakukan SADANIS pada tenaga kesehatan terlatih di awal 20 tahun.

"Umur 20 udah periksa," lanjut Budi dalam video yang diunggah Youtube Kementerian Kesehatan RI> 

Lebih lanjut Budi mengatakan bahwa saat ini pemerintah lewat Kementerian Kesehatan sudah mengirimkan 10 ribu alat ultrasonografi (USG) ke puskesmas yang ada di Indonesia. Alat USG efektif mendeteksi dini penyakit kanker payudara.

"Cancer kalau ketahuan dini, maka 90 persen bisa sembuh," lanjutnya.

Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan deteksi dini kanker masih rendah. Rendahnya tingkat deteksi dini terjadi karena masyarakat takut terhadap diagnosa maupun penanganan kanker. Maka dari itu, Budi dalam banyak kesempatan terus mengingatkan masyarakat untuk mendeteksi dini kanker agar bisa lebih awal ketahuan,

“Ayo, deteksi dini, jangan lihat kanker itu sebagai sesuatu yang menakutkan, tapi lihat kanker sebagai suatu yang memberikan harapan, optimisme, dan pasti bisa disembuhkan, asal kita mau deteksi dini,” kata Budi dalam sebuah kesempatan di Tangerang, Banten pada Februari lalu. 

 

Kanker Payudara di Indonesia

Kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.

Faktor Risiko Kanker Payudara

Menurut Breastcancer.org, jika seseorang memiliki kerabat tingkat pertama (ibu, saudara perempuan, anak perempuan) yang telah didiagnosis menderita kanker payudara, risikonya terkena penyakit tersebut hampir dua kali lipat.

Selain itu, faktor risiko kanker payudara lainnya adalah seperti mengutip laman Kemenkes:

- Usia: Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia.

- Mutasi Genetik: Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

- Riwayat Pribadi: Jika seseorang telah memiliki kanker payudara pada satu payudara, risiko untuk mengembangkan kanker pada payudara lainnya juga meningkat.

- Faktor Hormonal: Faktor-faktor seperti menstruasi yang dimulai pada usia yang lebih muda, menopause yang terlambat, atau penggunaan terapi hormon pengganti setelah menopause dapat memengaruhi risiko kanker payudara.

SADARI Jangan Lupa

Selain SADANIS, salah satu deteksi dini adalah dengan melakukan SADARI alias pemerikSAan payuDAra sendiRI setiap bulan sekitar 7-10 hari sesudah menstruasi.

"Dilakukan tiap bulan setelah menstruasi, sekitar hari ke-7 sampai 10 menstruasi, diperiksa payudara sendiri di kanan dan di kiri. Itu minimal yang harus dikerjakan oleh seorang perempuan,” kata dokter spesialis bedah onkologi Diani Kartini secara daring pada Rabu, 16 Oktober 2024.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya