Liputan6.com, Jakarta - Tidur telah terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental, dan kini sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa tidur juga dapat membantu “menghapus” kenangan buruk.
Hal ini diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Hong Kong, yang menerapkan prosedur yang disebut “targeted memory reactivation” (TMR) untuk mengaktifkan kembali ingatan positif dan melemahkan kenangan menyakitkan saat tidur.
Advertisement
Baca Juga
“Mengingat pengalaman menyakitkan atau traumatis bisa sangat meresahkan,” tulis para peneliti dalam temuan yang dipublikasikan di jurnal PNAS.
Advertisement
“Tidur mungkin menawarkan kesempatan untuk mengurangi penderitaan tersebut.”
“Kami mengembangkan prosedur untuk melemahkan ingatan lama yang tidak menyenangkan dengan mengaktifkan kembali ingatan positif yang lebih baru selama tidur.”
Dalam penelitian tersebut, total 37 peserta diperlihatkan 48 “kata-kata tidak masuk akal”, yang masing-masing dipasangkan dengan gambaran tidak menyenangkan yang berbeda, sebelum tidur malam.
Malam berikutnya, mereka diperlihatkan setengah dari kata-kata yang dipasangkan dengan gambar positif dari empat kategori: hewan, bayi, manusia, dan pemandangan.
Selama tidur dengan “gerakan mata tidak cepat”, para peneliti memperkenalkan “isyarat memori pendengaran.”
Ketika partisipan terbangun, ingatan mereka terhadap gambaran negatif berkurang dan ingatan positif terhadap gambaran positif menjadi lebih kuat.
“Hasil kami selaras dengan penelitian TMR baru-baru ini yang menunjukkan bahwa lupa secara episodik dapat dipicu melalui pengaktifan kembali kenangan buruk selama tidur,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
“Melampaui penelitian sebelumnya mengenai ingatan netral, hasil kami menunjukkan bahwa TMR secara khusus mengaktifkan kembali ingatan positif yang baru didapat dan melemahkan ingatan lama yang tidak menyenangkan, sehingga mengubah nasib pengalaman emosional.”
Terbukti Kurangi Dampak Emosional
Earnest Lee Murray, ahli saraf bersertifikat di Rumah Sakit Umum Jackson-Madison County di Jackson, Tennessee, mencatat bahwa TMR telah menjadi metode untuk mengobati PTSD dan ingatan buruk (buruk) lainnya.
“Hal ini dilakukan dengan menggabungkan isyarat sensorik dengan intervensi terapeutik dan kemudian menampilkan kembali isyarat tersebut selama fase tidur tertentu,” Murray, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan kepada Fox News Digital.
Perawatan ini telah terbukti mengurangi dampak emosional dari ingatan yang tidak menyenangkan, tambah ahli saraf.
Advertisement
Perbaikan Suasana Hati Dampak Tidur Berkualitas
“Penelitian ini tidak hanya menunjukkan penekanan atau melemahnya ingatan yang tidak menyenangkan, namun juga dengan mengaktifkan kembali ingatan positif yang lebih baru saat pasien tertidur,” kata Murray.
“Ini akan membuka pintu bagi penelitian tambahan tentang cara melemahkan kenangan traumatis atau kenangan buruk lainnya.”
Selain psikoterapi, obat-obatan terkadang digunakan untuk menekan mimpi buruk atau kenangan buruk lainnya, katanya.
“Penelitian ini terus menunjukkan cara untuk mengatasi kondisi ini tanpa menggunakan obat-obatan, yang seringkali menimbulkan efek samping yang merugikan.”
Alex Dimitriu, MD, seorang psikiater bersertifikat, dokter pengobatan tidur, dan pendiri Menlo Park Psychiatry & Sleep Medicine di California, juga tidak terlibat dalam penelitian ini tetapi mengatakan penelitian ini “menarik” karena mengungkapkan tentang bagaimana otak memproses ingatan. selama tidur.
“Otak kita membongkar, memproses, dan mengemas kembali emosi dalam tidur kita,” katanya kepada Fox News Digital. “Saya sudah menduga hal ini sebelumnya, dan sering memberi tahu pasien saya bahwa tidur itu seperti terapi untuk emosi kita.”
Banyak pasien dokter melaporkan perbaikan suasana hati dan kecemasan ketika kualitas tidur ditingkatkan.
Keterbatasan Penelitian
“Ada bukti bahwa khususnya dalam REM (tidur mimpi), banyak proses emosional dan latihan yang terjadi,” kata Dimitriu. “Namun dalam penelitian ini, intervensinya dilakukan pada tidur non-REM, yang menunjukkan bahwa emosi juga diproses dalam fase tidur lainnya.”
Proses penggunaan TMR untuk menekan emosi negatif dan memperkuat ingatan positif dapat memberikan “dampak yang luar biasa” pada orang yang mengalami depresi atau trauma, kata pakar tersebut.
“Saya sangat antusias untuk melihat penelitian lebih lanjut mengenai bidang ini, yang pada dasarnya berarti kita dapat belajar dan berubah saat kita sedang tidur.”
Penelitian ini memang memiliki beberapa keterbatasan, catat para peneliti.
“Pertama, meskipun percobaan kami bertujuan untuk melemahkan ingatan yang tidak menyenangkan, pengalaman emosional yang disebabkan oleh laboratorium saat melihat gambar yang tidak menyenangkan/positif mungkin tidak meniru pengalaman traumatis pada umumnya,” tulis mereka.
Mereka juga mencatat bahwa sulit untuk menemukan komponen positif dalam beberapa pengalaman yang sangat traumatis.
“Penelitian di masa depan harus mencari cara untuk memperkenalkan ingatan positif yang mengganggu, seperti ingatan otobiografi positif atau ingatan terkait terapi, untuk secara efektif melemahkan ingatan trauma di kehidupan nyata,” kata para peneliti.
Kedua, peran tidur REM dalam memodulasi ingatan emosional harus diselidiki lebih lanjut.
Advertisement