Lisa Lestari (42) survivor kanker payudara sempat divonis dokter tidak memiliki waktu untuk hidup lebih lama lagi. Tapi, ia tetap bersyukur dan bahagia menjalani hari-harinya.
Saat tim Health Liputan6.com berbincang dengan wanita ini, wajahnya selalu ceria tidak menunjukkan bahwa dirinya sedang menderita penyakit yang mematikan yakni kanker payudara.
"Dokter sudah memvonis hidup saya bakal hidup hanya hidup 3 bulan. Namun lihat sekarang setelah melakukan pengobatan rutin dan selalu berkonsultasi dengan dokter, saya masih bertahan selama 4 tahun ini," kata ibu dari empat orang anak ini.
Meski sakit, tanpe pendamping dan mesti menghidupi keempat anaknya, Lisa tetap tabah dan bersemangat.
"Lihat deh wajahnya bu Lisa ini tidak keliatan kan kalau dia menderita kanker. Dia perempuan yang hebat," kata Ketua Umum sekaligus Pendiri Organisasi Cancer Information and Support Center, Aryanthi Baramuli.
Lisa mengatakan kanker bukan kutukan atau hukuman dari Tuhan melainkan hadiah. "Dukungan dari anak saya itu sangat berarti selama saya menjalani hari-hari saya dengan berobat. Dengan keikhlasan hati, semua pengobatan ini menjadi ringan bukan beban. Kanker itu hadiah dari Tuhan," katanya.
Kanker yang dideritanya sudah masuk ke dalam kategori stadium lanjut, karena menyerang tulang leher belakang.
"Saya sudah masuk ke pengobatan ke sembilan untuk bones can (pemindaian tulang). Nanti kalau bagus pengobatannya dilanjut. Kanker itu harus selalu dikontrol dokter," kata Lisa ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Menurut Ketua Himpunan Onkologi Gineokologi Indonesia, Dr. dr. Laila Nuranna, Sp. OG (K) ketika kanker sudah menyerang tulang itu kategorinya bukan stadium awal lagi.
"Sudah masuk ke dalam kategori yang sangat butuh perawatan intensif dokter ahli. Bukan stadium awal lagi tetapi sudah masuk stadium lanjut," kata dr. Laila ditemui di tempat berbeda, Gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (4/2/2014)
Saat tim Health Liputan6.com berbincang dengan wanita ini, wajahnya selalu ceria tidak menunjukkan bahwa dirinya sedang menderita penyakit yang mematikan yakni kanker payudara.
"Dokter sudah memvonis hidup saya bakal hidup hanya hidup 3 bulan. Namun lihat sekarang setelah melakukan pengobatan rutin dan selalu berkonsultasi dengan dokter, saya masih bertahan selama 4 tahun ini," kata ibu dari empat orang anak ini.
Meski sakit, tanpe pendamping dan mesti menghidupi keempat anaknya, Lisa tetap tabah dan bersemangat.
"Lihat deh wajahnya bu Lisa ini tidak keliatan kan kalau dia menderita kanker. Dia perempuan yang hebat," kata Ketua Umum sekaligus Pendiri Organisasi Cancer Information and Support Center, Aryanthi Baramuli.
Lisa mengatakan kanker bukan kutukan atau hukuman dari Tuhan melainkan hadiah. "Dukungan dari anak saya itu sangat berarti selama saya menjalani hari-hari saya dengan berobat. Dengan keikhlasan hati, semua pengobatan ini menjadi ringan bukan beban. Kanker itu hadiah dari Tuhan," katanya.
Kanker yang dideritanya sudah masuk ke dalam kategori stadium lanjut, karena menyerang tulang leher belakang.
"Saya sudah masuk ke pengobatan ke sembilan untuk bones can (pemindaian tulang). Nanti kalau bagus pengobatannya dilanjut. Kanker itu harus selalu dikontrol dokter," kata Lisa ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Menurut Ketua Himpunan Onkologi Gineokologi Indonesia, Dr. dr. Laila Nuranna, Sp. OG (K) ketika kanker sudah menyerang tulang itu kategorinya bukan stadium awal lagi.
"Sudah masuk ke dalam kategori yang sangat butuh perawatan intensif dokter ahli. Bukan stadium awal lagi tetapi sudah masuk stadium lanjut," kata dr. Laila ditemui di tempat berbeda, Gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (4/2/2014)
Sempat Coba Pengobatan Alternatif
Pengobatan Lisa dimulai dari 2010. Saat itu dia menjalani operasi pengangkatan payudara kiri pada bulan Maret dan Juni.
"Tapi tidak diangkat semua. Setelah itu harus kemo sebanyak 6 kali. Pernah satu kali kemo dan ada kesalahan infus sehingga telapak kiri saya hancur dan harus operasi skin grass,"
Saat kemoterapi, selama 103 hari Lisa harus dirawat di rumah sakit. "Hampir seluruh hidup saya di tahun 2010 saya habiskan waktu saya di rumah sakit," katanya.
Pada Januari 2013, Lisa melakukan radioterapi di RSCM sebanyak 60 kali dan mencoba berobat ke alternatif.
"Tapi hasilnya malah memburuk saat coba alternatif. Pertengan tahun saya gabung group CISC pimpinan Ibu Aryanthi Baramuli. Akhir tahun 2011 ada metastase (penyebaran kanker) baru di tulang leher belakang kiri saya. Dokter memvonis umur saya bakal tidak lebih dari satu tahun," ujar Lisa.
Tahun 2012, Lisa sempat dirawat selama empat minggu di RSCM. "Saya harus minum obat dan menjalani sinar sebanyak 60 kali, juga harus minum obat pereda sakit sehari 3 kali. Kalau tidak minum kepala saya sangat sakit. Itu masih berlanjut sampai sekarang," katanya.
Kemudian pada Juni 2013 hingga sekarang, Lisa menjalankan theraphy infus zometha. "Bulan ini kedelapan rencana kesembilan untuk membersihkan tulang-tulang saya. Karena kanker sudah 75 persen menyebar di tulang saya."
Advertisement
Dukungan Keluarga Menjadi Kekuatan
Acara World Cancer Day 2014 hari ini disambut dengan hujan deras. Namun tidak membuat para pasien dan dokter turun ke jalan. Gerakan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan kepedulian terhadap kanker.
Ratusan orang berbaju kuning termasuk Lisa sudah sejak subuh berkumpul di RSCM kemudian melanjutkan perjalanan ke tiga titik Jakarta yaitu Salemba, Bunderan Senayandan Tugu Tani.
"Saya semangat sekali ikut ini walaupun hujan. Saya membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lewat buku saku debunk the myths. Supaya semua masyarakat paham tentang penyakit ini dan menepis mitos yang salah," kata Lisa.
Hidup menjadi orangtua tunggal dengan empat orang anak ditambah penyakit yang dideritanya tidak membuat Lisa lantas putus asa.
"Saya hanya berpikir bagaimana untuk tetap fight melawan kanker. Anak-anak saya selalu bergantian mengantar atau menemani saya berobat. Awalnya, memang berpikir tentang kematian, dengan hati yang ikhlas saya mulai menjalani hari-hari saya," kata Lisa.
Wanita kelahiran 1962 ini mengatakan dukungan keluarga menjadi penguatnya. "Keluarga saya itu adalah motivasi untuk saya. Dukungan mereka menjadi penguat untuk saya terus bertahan, saya sempat 103 hari di rumah sakit untuk pengobatan. Keluarga tidak pernah meninggalkan saya," katanya.
Menurut Aryanthi, para penderita kanker memang paling membutuhkan dukungan orang terdekat.
"Orang terdekat itu menjadi penguat dan semangat mereka. Untuk itu dengan adanya hari kanker ini menjadi peringatan kita untuk peduli terhadap penyakit kanker ini," kata Aryanthi.
(Mia/Mel/*)
Baca Juga:
Penderita Kanker Sebaiknya Tak Sembarangan Berobat
Pasien dan Dokter Berbaju Kuning Tepis Mitos Kanker
Ratusan Orang Ramaikan `World Cancer Day` di RSCM
Lanjutkan Membaca ↓