Big Data adalah Penyedia Ruang Penyimpanan Tak Terbatas, Asal Usul, dan Contoh Penerapannya

Google adalah salah satu pelopor sektor bisnis big data dengan optimalisasi mesin pencariannya.

oleh Laudia Tysara diperbarui 01 Jan 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2022, 13:30 WIB
Ilustrasi Google, mekanisme membuat kartu STRP
Ilustrasi Google, mekanisme membuat kartu STRP. (Photo by Firmbee.com on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Apa itu big data? Di tengah ledakan informasi yang terjadi seperti saat ini, keberadaan big data sangat penting. Big data adalah layanan penyedia penyimpanan data dengan ruang tak terbatas.

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi menjelaskan asal usul munculnya big data adalah konsepnya pertama kali diperkenalkan sekitar tahun 2000 oleh seorang analis industri Doug Laney.

Google adalah salah satu pelopor adanya sektor bisnis big data dan popularitasnya cukup baik guna mengoptimalkan kerja mesin pencarian. Kemudian menanggulangi lonjakan pengguna bagi Meta Facebook. Begitu pula big data pada e-commerce yang bisa memberikan rekomendasi produk sesuai keinginan pelanggan tanpa diminta.

Dalam sebuah penelitian yang berjudul Big Data in the Media and Entertainment Sectors oleh H Lippell pada 2016, diungkap penggunaan big data pada sebuah media juga terjadi.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang big data adalah penyedia ruang penyimpanan tak terbatas, Sabtu (1/1/2022).

Memahami Big Data

Facebook
Ilustrasi Facebook (Foto: New Mobility)

Big data adalah layanan yang menawarkan media penyimpanan data dengan ruang tak terbatas. Big data adalah memiliki kemampuan mengakomodasi dan melakukan proses pada berbagai jenis data dengan sangat cepat.

Apa pentingnya big data di tengah perkembangan teknologi seperti saat ini?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menjelaskan pentingnya big data adalah tidak hanya berdasarkan pada jumlah data yang dimiliki, tetapi hal yang penting adalah bagaimana mengolah data internal dan eksternal.

Big data adalah wujud kemajuan teknologi yang ada untuk menganggulangi terjadinya ledakan informasi, ini seiring bertumbuhkan ekosistem penggunaan perangkat mobile dan internet. Mulai dari data berwujud foto, video, dan lainnya.

Big data adalah bisa didefinisikan menjadi tiga bagian penting. Melansir IBM di situs resminya ibm.com, big data adalah berupa volume, variety, dan velocity. Volume big data adalah ukuran penyimpanan data yang sangat luas.

Kemudian variety big data adalah tipe atau jenis data yang bisa diakomodasi. Terakhir, velocity big adalah kecepatan proses yang dapat diperoleh. Sektor bisnis big data paling populer adalah Google.  

Asal Usul Munculnya Big Data

Ilustrasi Belanja Tanaman Hias Online
Ilustrasi belanja online. (dok. Unsplash.com/Brook Lark)

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi menjelaskan asal usul munculnya big data adalah konsepnya pertama kali diperkenalkan sekitar tahun 2000 oleh seorang analis industri Doug Laney.

Konsep big data yang diperkenalkan persis sebagaimana yang dijelaskan IBM, terdiri dari volume, variety, dan velocity. Ini penjelasan lengkapnya:

1. Ukuran (Volume)

Guna memenuhi kriteria big data adalah volume atau ukuran data yang dikumpulkan dari berbagai macam sumber harus dalam jumlah besar. Setidaknya, data yang dikumpulkan berada dalam hitungan unit terabita (satu triliun bita) atau exabita (10¹⁸ bita) untuk dapat dikategorikan sebagai Big Data atau Mahadata.

2. Kecepatan (Velocity)

Guna memenuhi kriteria big data adalah kecepatan pengumpulan data dalam hitungan terabita atau exabita harus dapat dilakukan dalam jangka waktu singkat. Walaupun kriteria volume data terpenuhi, bila jangka waktu pengumpulan data berjalan lambat, kumpulan data-data tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai Big Data.

3. Keberagaman (Variety)

Guna memenuhi kriteria big data adalah keberagaman (Variety) data yang dikumpulkan harus terdiri dari berbagai macam format. Mulai dari data terstruktur, data tidak terstruktur, teks, video, audio, daftar transaksi, dan berbagai macam format lainnya.

Bila data hanya terdiri dari beberapa format saja, kumpulan data tersebut tidak dapat dikategorikan big data. Ketiga kriteria tersebut harus terpenuhi agar kumpulan data dapat dikategorikan sebagai big data. Bila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka kumpulan data tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai big data.

Contoh Penerapan Big Data

Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search
Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Apa saja sektor bisnis big data yang ada saat ini? Google adalah salah satu pelopor adanya sektor bisnis big data dan popularitasnya cukup baik. Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California itu di tahun 2006 sempat memperkenalkan Google Bigtable.

Memahami Bigtable merupakan sistem database berskala besar dan cepat yang dapat digunakan Google guna melakukan pengolahan berbagai jenis data dari banyak layanan, termasuk data dari layanan mesin pencari berbasis internet milik Google.

Apa lagi setelah Google? Ada jejaring sosial milik Mar Zuckerberg, Meta Facebook, ini sudah menerapkan sistem database sejenis untuk menangani melonjaknya pengguna layanan mereka.

Adanya teknologi big data, Facebook tak pernah kesulitan menangani peredaran data yang melonjak drastis dalam beberapa tahun terakhir yang berasal dari 1 miliar pengguna jejaring sosial mereka.

Tak hanya pada pengoptimalan kerja mesin pencarian dan jaringan sosial, penggunaan big data untuk e-commerce bukan hal baru. Apabila pengguna e-commerce pernah merasa situs belanja online memberikan rekomendasi barang-barang yang sesuai permintaan dan hasil pencarian sebelumnya dengan tepat, maka ini wujud penerapan Big data pada bidang e-commerce.

Big Data di Media

Terlalu Banyak Startup Program
Ilustrasi Laptop. Credit: pexels.com/Anthony

Penggunaan big data di media juga terjadi. Ini diulas dalam sebuah penelitian yang berjudul Big Data in the Media and Entertainment Sectors oleh H Lippell pada 2016. Di dalam risetnya tersebut, Lippel menyampaikan bahwa ada tiga area dalam media yang bisa dimasuki big data.

1. Pertama, produk dan pelayanan, yang mana media menggunakan Big Data akan memiliki kemampuan mempublikasi konten dengan cara yang lebih canggih.

2. Kedua, pengguna dan penyuplai, dengan penggunaan Big Data dalam media, maka menurut Lippell ambisi media untuk bisa mengetahui preferensi dan tingkahlaku para penggunanya bisa dilakukan demi membangun kedekatan yang lebih antara media dengan para penggunanya.

3. Terakhir, infrastruktur dan pemerosesan, dengan menggunakan Big Data, media digital bisa beroperasi secara efisien dengan produk-produk open source dan infrastruktur komputasi awan (cloud computing).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya