Pesan Menyentuh Ridwan Kamil tentang Kucing Penjaga Makam Eril, Ada dalam Hadis

Rupanya, semasa hidup Eril juga pecinta kucing. Ia memiliki kucing jenis Persia yang kini telah dilepaskan oleh keluarga. Saking sayangnya dengan binatang satu itu, ia mengajak keluarganya untuk mencintai kucing termasuk sang ibunda

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Des 2022, 06:30 WIB
Diterbitkan 19 Des 2022, 06:30 WIB
Ridwan Kamil - Eril (Foto: Instagram/@ridwankamil)
Ridwan Kamil - Eril (Foto: Instagram/@ridwankamil)

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil kerap menunjukkan cinta dan sayangnya kepada putranya, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril meski ananda telah meninggal dunia. Beberapa kali, Kang Emil mengunggah momen-momen spesialnya.

Baru-baru ini, Ridwan Kamil juga mengunggah saat dia berziarah di makam Eril. Dilansir dari kanal showbiz Liputan6.com, sekilas bila dilihat, pemakaman itu sepi karena hanya ada satu makam milik Eril saja. Tapi, makam itu dijaga seekor kucing.

Kucing itu ditunjukkan Kang Emil, saat datang berziarah di akun Instagram terverifikasi miliknya, Sabtu (17/12/2022). Dia juga menulis pesan menyentuh, 

"KUCING,

Setiap mengunjungi makam almarhum ananda Eril ( 🤲 alfatihah..) , entah kenapa selalu muncul satu kucing yang bermukim di sana," tulisnya.

"Pagi siang malam, kucing ini betah di sana walau tidak ada yg mengurusinya," lanjutnya.

Rupanya, semasa hidup Eril juga pecinta kucing. Ia memiliki kucing jenis Persia yang kini telah dilepaskan oleh keluarga. Saking sayangnya dengan binatang satu itu, ia mengajak keluarganya untuk mencintai kucing termasuk sang ibunda.

"Waktu hidupnya, Eril begitu menyayangi kucing, sampai-sampai berhasil mengajari Ibunya @ataliapr yang takut kucing menjadi penyayang dan pemelihara kucing," sambungnya.

 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ridwan Kamil (@ridwankamil)

Ridwan Kamil pun mengingatkan untuk selalu mencintai semua ciptaan Sang Khalik. Tak hanya manusia saja, tapi yang lain juga.

"Apapun itu, semoga kita semua selalu mencintai mahluk-mahluk ciptaan Allah baik hewan maupun tetumbuhan, selain mencintai sesama manusia. Saya punya satu jenis kucing untuk Bu @ataliapr yaitu tipe: Kucing ta padamu," ia mengakhiri.

Pesan menyentuh Ridwan Kamil itu rupanya juga terdapat dalam hadis Nabi. Yakni, tentang mencintai semua makhluk, termasuk hewan dan tumbuhan.

Berikut ini adalah dalil mengenai menyayangi ciptaan Sang Khalik dan larangan menyiksa atau kejam terhadap hewan.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Dalil Kasih Sayang Terhadap Seluruh Makhluk

Ridwan Kamil - Eril (Foto: Instagram/@ridwankamil)
Ridwan Kamil - Eril (Foto: Instagram/@ridwankamil)

Hadis tentang sifat kasih sayang terhadap seluruh makhluk diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ، الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللهُ

Artinya: Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barangsiapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya (HR. Tirmidzi)

Menyayangi Hewan sama halnya menyayangi penciptanya. Meskipun di jenis hewan tersebut ada yang diharamkan, ada pula yang dihalalkan. Sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطْشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطْشِ فَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِـي. فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقى فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لَنَـا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا؟ قَالَ: فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطبَةٍ أَجْرٌ

Artinya: ketika berjalan, seorang laki-laki mengalami kehausan yang sangat. Dia turun ke suatu sumur dan meminum darinya. Tatkala keluar, tiba-tiba ia melihat seeokor anjing yang sedang kehausan hingga menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah yang basah. Orang itu berkata, Sungguh, anjing ini telah tertimpa (dahaga) seperti yang telah menimpaku. Ia (turun lagi ke sumur) untuk memenuhi sepatu kulitnya (dengan air) kemudian memegang sepatu itu dengan mulutnya lalu naik dan memberi minum anjing tersebut.

إيَّاكم أن تتَّخذوا ظُهورَ دوابِّكم منابرَ فإنَّ اللَّهَ إنَّما سخَّرَها لَكم لتبلِّغَكم إلى بلدٍ لم تَكونوا بالغيهِ إلَّا بشِقِّ الأنفُسِ وجعلَ لَكمُ الأرضَ فعَليْها فاقضوا حاجتَكم

Artinya : Janganlah sampai kalian menjadikan punggung hewan pengangkut kalian sebagai tempat duduk/mimbar. Sesungguhnya Allah menciptakannya untuk mengantarkan kalian ke satu negeri yang kalian tidak mngkin mencapainya (tanpa hewan itu)  kecuali dengan rasa payah. Dan Allah telah menjadikan bumi untuk kalian dan untuk hewan juga, maka penuhilah hajatmu (seperlunya saja).” (H.R. Abi Dawud)

 

Kisah Abu Hurairah si 'Bapak Kucing Kecil'

Faktor Lingkungan
Ilustrasi anak kucing/credit: unsplash.com/Ilse

Mashur di kalangan umat Islam bahwa salah satu sahabat Nabi yang bernama Abd Syams sangat menyayangi kucing, sehingga ia mendapat julikan Abu Hurairah, yang merupakan bentuk kecil (tashghir) dalam gramatika Arab dari kata hirrun atau berarti bapaknya kucing kecil.

Semula, namanya diganti oleh Nabi menjadi Abdurrahman bin Sakhr. Namun suatu hari, ia tampak sedang merawat dan bermain-main bersama kucing kecil yang pernah ia pungut. Kemudian, Nabi memberinya julukan “Abu Hurairah” yang berarti “ayah kucing kecil”.

Kecintaan Abu Hurairah pada kucing ini menjadi dalil diperbolehkannya merawat dan menyayangi binatang piaraan, khususnya kucing. Bahkan Imam Ibnu Hajar al-Haitami berkata:

Kecintaan Abu Hurairah pada kucing ini menjadi dalil diperbolehkannya merawat dan menyayangi binatang piaraan, khususnya kucing. Bahkan Imam Ibnu Hajar al-Haitami berkata:

وَيُسْتَحَبُّ إكْرَامُهُ وَيَجِبُ عَلَى مَالِكِهِ إطْعَامُهُ إنْ لَمْ يَسْتَغْنِ بِخَشَاشِ الْأَرْضِ

Artinya: Dianjurkan memuliakan  (merawat dengan sungguh) kucing. Dan wajib bagi pemiliknya memberikan makan kepadanya jikalau kucing itu tidak bisa mencari makan sendiri (Ibnu Hajar al-Haitami, Al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, [Al-Maktabah al-Islamiyah], juz 4, hlm. 240).

Siksa Neraka untuk Penyiksa Kucing

Di sisi lain, Rasulullah SAW juga melarang keras penyiksaan kucing, dalam pengertian umum adalah seluruh hewan. Rasulullah pernah berkisah tentang seseorang yang memelihara kucing tapi tidak memberinya makan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar:

عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ حَبَسَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ جُوعًا، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، قَالَ: فَقَالَ: وَاللَّهُ أَعْلَمُ: لاَ أَنْتِ أَطْعَمْتِهَا وَلاَ سَقَيْتِهَا حِينَ حَبَسْتِيهَا، وَلاَ أَنْتِ أَرْسَلْتِهَا، فَأَكَلَتْ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ

Artinya: Ada seorang wanita disiksa karena masalah kucing yang ia kurung sampai mati kelaparan, sehingga menjadikan wanita tersebut masuk neraka. Kepada wanita itu, dikatakan ‘Kamu tidak memberinya makan, kamu juga tidak memberinya minum saat kau kurung dia, tidak pula kamu lepaskan sehingga dia bisa makan serangga. (Muttafaq alaih).

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya