Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah pengajiannya KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mempertanyakan sebenarnya saat seseorang meninggal dunia itu yang mati ruh atau jasad.
Bagi Gus Baha, sampai saat ini agama itu menyisakan satu fakta yang tidak terbantahkan oleh siapapun, kalau mati rohnya dicabut.
"Rohnya dicabut, terus disebut mati, lalu yang mati itu apa ruhnya apa jasadnya?," kata Gus Baha, seperti di Youtube, channel @SUDARNOPRANOTO.
Advertisement
Menurut kesimpulannya, yang mati itu jasadnya, karena ruh itu maknanya kehidupan atau nyawa.
"Berarti nyawa itu tak bisa mati, karena itu ada di tubuh kita, ketika diambil kita mati. Berarti ruh kita sendiri tidak ikut mati," ungkapnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Di Manakah Ruh setelah Orang Meninggal?
"Sehingga orang paling sekuler sekalipun itu akan berpendapat bahwa manusia itu kehidupannya tidak berakhir ketika mati, karena yang mati itu hanya jasad," tambahnya.
Ia menegaskan, oleh sebab itu zaman orang Yahudi, orang Nasrani dan orang kafir Makkah pun mengakui kalau ruh itu hidup dan itu yang bertanggung jawab.
Ruh akan berpisah dari jasad setelah seseorang meninggal dunia dan akan tetap hidup di alamnya. Ada sejumlah pendapat mengenai keberadaan ruh setelah meninggal hingga hari kiamat tiba.
Secara umum keberadaan ruh orang yang meninggal dunia terbagi ke dalam dua keadaan, yakni ruh orang mukmin yang dirahmati Allah SWT dan ruh orang kafir yang mendapat murka Allah SWT.
Mengutip SuaraMuhammadiyah.id, ada beberapa pendapat tentang keberadaan ruh setelah meninggal hingga hari kiamat. Dari sekian banyak pendapat yang ada, tidak satu pun yang menerangkan bahwa ada ruh yang gentayangan.
Advertisement
Begini Nasib Ruh Setelah Orang Meninggal
Ruh orang-orang beriman berada di alam barzakh yang luas, yang di dalamnya ada ketenteraman dan rezeki serta kenikmatan, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di barzakh yang sempit, yang di dalamnya hanya ada kesusahan dan siksa. Allah berfirman:
حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ . لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ [المؤمنون (23): 99-100]
Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan”.” [QS. al-Mukminun (23): 100]
Memang ada sebagian kalangan yang berkeyakinan dan menyatakan bahwa ruh orang Islam yang meninggal akan berputar-putar di sekitar rumahnya selama satu bulan sejak meninggalnya dan setelah itu berputar-putar sekitar makamnya selama satu tahun. Keyakinan tersebut berdasarkan pada hadits yang bersumber dari Abu Hurairah RA.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا مَاتَ الْمُؤْمِنُ حَامَ رُوْحُهُ حَوْلَ دَارِهِ شَهْرًا فَيَنْظُرُ إِلَى مَنْ خَلَفَ مِنْ عِيَالِهِ كَيْفَ يَقْسِمُ مَالَهُ وَكَيْفَ يُؤَدِّيْ دُيُوْنَهُ فَإِذَا أَتَمَّ شَهْرًا رُدَّ إِلَى حَفْرَتِهِ فَيَحُوْمُ حَوْلَ قُبْرِهِ وَيَنْظُرُ مَنْ يَأْتِيْهِ وَيَدْعُوْلَهُ وَيَحْزِنُ عَلَيْهِ فَإِذَا أَتَمَّ سَنَةً رُفِعَ رُوْحُهُ إِلَى حَيْثُ يَجْتَمِعُ فِيْهِ اْلأَرْوَاحُ إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ
Artinya : (Diriwayatkan) dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW bahwa apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling-keliling diseputar rumahnya selama satu bulan. Ia memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya bagaimana mereka membagi hartanya dan membayarkan hutangnya. Apabila telah sampai satu bulan, maka arwahnya itu dikembalikan ke makamnya dan ia berkeliling –keliling di seputar kuburannya selama satu tahun, sambil memperhatikan orang yang mendatanginya dan mendoakannya serta yang bersedih atasnya. Apabila telah sampai satu tahun, maka arwahnya dinaikkan ditempat dimana para arwah berkumpul menanti hari ditiupnya sangkakala.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul