3 Manusia Pertama yang Dinyalakan Api Neraka, Diungkap Buya Yahya

Dalam penjelasannya Buya Yahya menegaskan bahwa api neraka pertama kali akan dinyalakan untuk tiga jenis manusia. Mereka adalah orang-orang yang dalam pandangan manusia terlihat baik dan beramal saleh, namun dalam pandangan Allah, amalan mereka tidak diterima karena niat yang salah.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Okt 2024, 01:30 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 01:30 WIB
Buya Yahya90
Buya Yahya (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Buya Yahya, seorang ulama kharismatik yang kerap memberikan ceramah tentang kehidupan akhirat dan bekal dunia, kali ini mengangkat topik yang cukup menggugah.

Dalam sebuah ceramah, pemilik nama lengkap KH yahya Zainul Ma'arif ini menyebutkan tentang tiga golongan manusia yang pertama kali akan merasakan api neraka. Hal ini tentunya menjadi peringatan keras bagi semua umat manusia agar tidak tergelincir dalam kesalahan yang fatal, terutama dalam niat beribadah.

Ceramah ini dikutip melalui kanal YouTube @Kajianmuslimofficial. Dalam penjelasannya, ia menegaskan bahwa api neraka pertama kali akan dinyalakan untuk tiga jenis manusia.

Menurut Buya Yahya, Mereka adalah orang-orang yang dalam pandangan manusia terlihat baik dan beramal saleh, namun dalam pandangan Allah, amalan mereka tidak diterima karena niat yang salah.

Golongan pertama yang disebut oleh Buya Yahya adalah ulama. Ulama yang seharusnya menjadi penerang jalan umat justru bisa menjadi golongan pertama yang merasakan siksa neraka jika niatnya hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia.

"Ulama yang ilmunya hanya untuk disanjung oleh manusia akan menjadi salah satu dari mereka yang pertama kali dinyalakan api neraka," ujar Buya Yahya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Gemar Sedekah tapi Suka Dusta

Mendapatkan Naungan di Hari Akhir
Ilustrasi Bersedekah Credit: freepik.com

Buya Yahya mengingatkan bahwa seorang ulama harus tulus dalam menyebarkan ilmu. Ilmu agama bukan untuk mendapatkan popularitas atau pujian, melainkan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menuntun umat kepada jalan yang benar.

Ketulusan hati dalam berdakwah dan mengajar menjadi kunci penting agar ilmu yang disebarkan tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga di akhirat.

Golongan kedua yang disebut Buya Yahya adalah orang kaya yang gemar bersedekah, namun sayangnya, ia melakukannya dengan niat yang salah.

Meskipun tampak dermawan dan bermanfaat bagi manusia, di hadapan Allah, sedekahnya tidak memiliki nilai apa-apa jika niatnya hanya untuk pamer atau mendapatkan status sosial.

"Orang yang suka berdusta dalam berkata, meskipun terlihat dermawan, juga akan menjadi penghuni neraka," tegas Buya Yahya.

Buya Yahya menekankan pentingnya niat yang tulus dalam bersedekah. Harta yang kita miliki hanyalah titipan Allah, dan sedekah seharusnya dilakukan dengan niat murni untuk mencari ridha-Nya.

Jika sedekah dilakukan hanya untuk pamer atau mencari pujian, maka amalan tersebut justru bisa menjadi beban di akhirat.

Golongan ketiga yang disebut oleh Buya Yahya adalah seorang pejuang yang gugur di medan perang, yang di mata manusia terlihat sebagai pahlawan, namun di mata Allah, niatnya hanya untuk mendapatkan gelar pahlawan.

 


Jihad tapi Ingin Disebut Pahlawan

Ilustrasi perang umat Islam
Fathu Makkah adalah pembebasak Kota Mekkah dari kaum musyrik (Liputan6/Istock)

"Orang yang mati berjihad di jalan Allah, tapi niatnya hanya untuk disebut pahlawan, akan menjadi golongan yang pertama kali dinyalakan api neraka," jelasnya.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya memberikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga niat dalam setiap amal. Jihad di jalan Allah, yang merupakan amalan besar, bisa kehilangan nilainya jika dilakukan dengan niat yang salah.

Niat harus selalu lurus, semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah dan bukan untuk tujuan duniawi seperti gelar atau penghargaan dari manusia.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa dunia adalah tempat sementara dan tidak boleh dijadikan tujuan utama dalam hidup.

"Manusia yang mencari dunia hanya untuk dunia, bukan sebagai wasilah menuju Allah, akan sengsara di akhirat," tegasnya. Menurut Buya Yahya, dunia adalah alat yang harus dimanfaatkan untuk meraih akhirat, bukan tujuan utama yang dikejar tanpa batas.

Pesan ini menjadi peringatan bagi setiap orang, tidak hanya bagi ulama, orang kaya, atau pejuang. Setiap orang harus berhati-hati dalam menjaga niatnya, karena amalan yang besar di mata manusia belum tentu diterima di mata Allah jika niatnya tidak benar.

"Kita harus mengubah cara berpikir kita. Boleh kaya, boleh sukses, tapi semua itu harus digunakan untuk mengenal Allah," ujar Buya Yahya.

Ia juga menekankan bahwa kekayaan dunia bukanlah sesuatu yang dilarang, asalkan kekayaan tersebut digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah.

Menjadi kaya bukan masalah, tetapi bagaimana harta tersebut digunakan dan dengan niat apa harta itu didapatkan, itulah yang paling penting.

Buya Yahya menutup ceramahnya dengan ajakan agar semua orang selalu introspeksi diri. Setiap amalan yang dilakukan harus dievaluasi kembali, apakah sudah dilandasi niat yang benar atau hanya untuk mencari pujian dari manusia.

"Jangan sampai kita beramal banyak, tapi tidak ada yang diterima karena niat yang salah," pesannya.

Ceramah semacam ini diharapkan menjadi pengingat bagi semua orang untuk selalu memperbaiki niat dalam setiap ibadah dan amalan yang dilakukan.

Apapun yang kita lakukan, baik itu mengajar, bersedekah, atau berjihad, harus dilandasi niat yang lurus dan ikhlas hanya untuk Allah semata.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya