6 Golongan Orang yang Diperbolehkan Berpuasa Setelah Nisfu Sya'ban

Beberapa ulama menyarankan untuk tidak berpuasa setelah Nisfu Sya'ban, namun larangan tersebut tidak berlaku bagi enam golongan ini.

oleh Putry Damayanty diperbarui 15 Feb 2025, 04:30 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2025, 04:30 WIB
tips sahur agar tidak lapar saat puasa
tips sahur agar tidak lapar saat puasa ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Sya'ban merupakan bulan yang penuh keberkahan dan kesempatan bagi umat Islam untuk memperbanyak amal ibadah sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadan.

Di antara amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW pada bulan ini adalah puasa Nisfu Sya'ban, yang dilakukan pada pertengahan bulan Sya'ban.

Keutamaan puasa Nisfu Sya'ban bukan hanya terletak pada ibadah puasa itu sendiri, tetapi juga pada malam Nisfu Sya'ban yang dipercaya sebagai waktu di mana Allah SWT menurunkan ampunan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang bertaubat.

Namun, setelah selesai melaksanakan puasa Nisfu Sya'ban, ada hal lain yang perlu diperhatikan.

Secara umum, puasa setelah Nisfu Sya'ban disarankan untuk dihindari. Kendati demikian ternyata ada beberapa golongan yang tetap diperbolehkan melaksanakan puasa.

Lantas, siapa saja golongan yang diperbolehkan berpuasa setelah Nisfu Sya'ban? Apakah mereka memiliki alasan khusus yang dibenarkan dalam syariat? Berikut ulasannya dikutip dari laman NU Online.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Golongan yang Diperbolehkan Puasa Setelah Nisfu Sya'ban

Doa Berbuka Puasa Ganti (Qadha)
Ilustrasi Membaca Doa Berbuka Puasa Credit: shutterstock.com... Selengkapnya

Sya'ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, baik dengan dzikir, membaca Al-Qur'an, ataupun puasa.

Namun, Mazhab Syafi'i melarang puasa setelah nisfu (pertengahan) Sya'ban, mulai tanggal 16 hingga tanggal 29 atau 30. Ada dua pandangan yang melatari keharaman puasa di tanggal-tanggal tersebut.

Pertama, hari-hari setelah Nisfu Sya`ban merupakan hari syak atau hari keraguan mengingat sebentar lagi akan menginjak bulan Ramadan. Hal ini dikhawatirkan orang yang berpuasa setelah Nisfu Sya`ban tidak sadar bahwa sebenarnya sudah memasuki bulan Ramadan.

Adapun pendapat kedua menyebutkan bahwa hari-hari itu merupakan waktu yang bisa digunakan untuk persiapan menjalani puasa di bulan Ramadan.

Akan tetapi, keharaman puasa di tanggal tersebut tidak berlaku bagi enam golongan ini, yakni mereka yang biasa melakukan:

(1) puasa dahr (puasa setahun penuh),

(2) puasa Senin dan Kamis,

(3) puasa Daud (sehari buka sehari puasa),

(4) puasa nadzar,

(5) puasa qadha, dan

(6) puasa kafarat.

Syarat puasa di tanggal tersebut telah melaksanakan puasa sebelum Nisfu Sya'ban.

Dalil Hadis

Ilustrasi sahur, buka puasa, Islami
Ilustrasi sahur, buka puasa, Islami. (Image by freepik)... Selengkapnya

Hal ini sebagaimana dijelaskan Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu berikut.

“Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah Nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahr, puasa daud, puasa senin-kamis, puasa nadzar, puasa qadha’, baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah Nisfu Sya’ban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Sya’ban."

Pandangan tersebut didasarkan pada satu hadis berikut.

"Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati Nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa’. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif.”

Meskipun demikian, tidak semua ulama mengharamkan puasa setelah Nisfu Sya'ban. Hal ini disebabkan hadis di atas oleh selain Mazhab Syafi'i dianggap dhaif atau bahkan mungkar mengingat adanya perawi yang bermasalah. Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari berikut.

“Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah Nisfu Sya’ban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut munkar."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya