Liputan6.com, Kudus - Rokok kretek mulanya muncul tak seperti rokok yang beredar saat ini. Rokok kretek pertama kali muncul sebagai obat sakit dada.
Rokok Kretek khas Kudus diciptakan H. Jamhari pada tahun 90-an. Pada mulanya, H. Jamhari merasakan sakit pada bagian dada dan pundak.
Ia kemudian mengoleskan minyak cengkih pada bagian badannya yang sakit, tak berselang lama sakit yang dirasakannya mereda. H. Jamrahi kemudian mencoba mengunyah cengkih, hasilnya sakit yang dirasakannya juga hilang dan sembuh.
Advertisement
Â
Baca Juga
H. Jamhari memutuskan untuk menjadikan aneka rempah-rempah sebagai obat. Ia juga meraciknya dengan cara yang cukup sederhana.
Pertama, cengkih diiris dengan halus, lalu dicampurkan dengan tembakau dan dibungkus dengan klobot kering dan diikat benang. Hasilnya di luar dugaan, rempah yang diracik H. Jamhari berhasil mengobati sesak di dada.
Keberhasilan H. Jamhari meramu rempah-rempah menyebar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Para tetangganya pun banyak yang meminta racikan rokok buatannya.
H. Jamrahi kemudian mencoba menjual rokok-rokok tersebut dalam kemasan kecil. Setiap 10 batang rokok, diikat dengan seutas tali tanpa kemasan dan merek.
Racikan rempah buatan H. Jamhari kemudian terkenal sebagai rokok obat. Ada pula yang menyebut rokok buatan H. Jamrahi sebagai rokok kretek.
Sebab, saat dibakar dan dihisap akan mengeluarkan suara kretek-kretek. Racikan rempah cengkih dan tembakau H. Jamhari kemudian semakin berkembang pesat.
Keberadaan rokok obat ini kemudian menarik hati Nitisemito, perintis industri rokok Kudus. Bisnis rokok Nitisemito akhirnya menjadi tonggak awal industri rokok kretek di Indonesia pada awal abad ke-20.