Bekas Hantaman Tsunami dan Likuefaksi Palu Jadi Tempat Wisata Akhir Tahun

Tak hanya warga lokal, wisatawan mancanegara juga berbondong-bondong ke lokasi bekas hantaman tsunami dan likeufaksi Palu untuk melihat langsung dampak bencana alam itu.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 27 Des 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 27 Des 2018, 11:15 WIB
Pandangan Udara Masjid Terapung Usai Diguncang Gempa dan Tsunami Palu
Pandangan udara Masjid Terapung Arqam Bab Al Rahman pasca gempa dan tsunami Palu di Pantai Talise, Sulawesi Tengah. Masjid yang dibangun tahun 2011 awalnya menampung 150 jamaah. (Liputan6.com/Fery Padolo)

Palu - Beberapa lokasi tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) banyak dikunjungi para wisatawan dalam maupun luar negeri. Situasi itu terjadi dalam dua hari terakhir.

Dilansir Antara, lokasi masjid terapung di Teluk Palu yang rusak akibat gempa dan tsunami, Rabu, 26 Desember 2018, dipadati wisatawan lokal dan mancanegara. Begitu pula di lokasi bekas tsunami di Desa Wani, Kabupaten Donggala.

Para wisatawan mengisi masa liburan akhir tahun dengan mengunjungi lokasi tempat kapal terdampar di darat akibat diterjang gelombang tsunami pada 28 September 2018. KM Sabuk Nusantara terdampar di antara bangunan rumah penduduk di desa itu.

Hampir tiga bulan pasca-bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi, menerjang tiga daerah di Sulteng itu, banyak wisatawan datang dan mengunjungi lokasi-lokasi yang diporak-porandakan bencana alam.

Lokasi lainnya yang juga padat pengunjung adalah likuefaksi Balaroa dan Petono di Kota Palu dan Jono Oge serta Sibalaya di Kabupaten Sigi.

 

Makin Ramai

Lokasi likuefaksi di Palu, Sulawesi Tengah
Lokasi likuefaksi atau tanah bergerak di Palu, Sulawesi Tengah. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Hiyoto, seorang wisatawan asal Jepang mengatakan datang ke Kota Palu bersama beberapa rekannya hanya untuk melihat lokasi-lokasi terdampak bencana alam di Sulteng.

"Kami memang khusus datang hanya untuk melihat seperti apa Palu, Donggala dan Sigi yang diterjang gempabumi 7,4 SR dan tsunami serta likuefaksi," kata dia.

Menurut dia, bencana yang menimpa Palu, Donggala, dan Sigi, cukup dahsyat dan sangat memprihatinkan, sebab menelan korban jiwa sampai ribuan orang. Selain itu, kata dia, banyak rumah penduduk serta pusat perbelanjaan seperti Mall Ramayana Tatura Palu yang dibangun pertama di Palu itu hancur diterjang gempa.

Selama beberapa hari di Palu, Hiyoto mengatakan cukup puas karena bisa melihat langsung Palu, Donggala, dan Sigi. Ia akan kembali lagi ke Jepang dalam satu-dua hari ke depan.

Dia juga kagum dengan suasana di Kota Palu yang cukup ramai, padahal baru saja diporak-porandakan gempa, tsunami, dan likuefaksi. Pemulihan ekonomi di Kota Palu terbilang cukup cepat. Hal itu bisa dilihat dari pusat-pusat ekonomi sudah kembali ramai.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya