Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan, tidak akan lagi mengizinkan pembangunan rumah bawah tanah maupun semi-bawah tanah. Pejabat juga menyampaikan bahwa rumah-rumah bawah tanah yang telah ada akan disingkirkan secara bertahap.
Rencana itu menyusul kematian tiga anggota keluarga di rumah semi-bawah tanah mereka yang terendam banjir. Rumah di Distrik Gwanak, Seoul, menjadi salah satu yang terendam pada Senin malam, 8 Agustus 2022, ketika curah hujan yang tinggi melanda pusat kota dan daerah sekitarnya.
Advertisement
Baca Juga
Seorang wanita berusia 40-an, yang dilaporkan memiliki cacat perkembangan, saudara perempuannya, dan keponakan perempuannya mencoba mencari bantuan ketika rumah mereka dibanjiri air yang masuk ke dalam rumah. Mereka ditemukan tewas beberapa jam kemudian setelah petugas penyelamat memompa air banjir dan memasuki rumah.
Rumah bawah tanah ini menjadi sorotan beberapa waktu lalu setelah diangkat dalam film Parasite. Dalam film rilisan 2019 itu diceritakan bahwa keluarga Kim Ki Taek (Song Kang Ho) hidup pas-pasan dengan tinggal di rumah semi-basement. Hidup mereka tak mudah karena debu kerap masuk, kekurangan pencahayaan alami, hingga kesulitan mendapatkan sinyal ponsel.
Data mencatat pada 2020, sekitar lima persen atau 200 ribu dari total rumah di Seoul berada di bawah tanah atau semi-bawah tanah. Rumah itu laku lantaran harga sewanya lebih murah dibandingkan rumah di atas tanah.
Dikutip dari Yonhap, Kamis, 11 Agustus 2022, pihak pemerintah kota mengatakan akan mulai berkonsultasi dengan pemerintah pusat untuk merevisi Undang-Undang Bangunan menyusul insiden banjir Korea. Dengan begitu, mereka bisa melarang penuh penggunaan basement atau semi-basement sebagai tempat tinggal.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masa Tenggang
Pemerintah Seoul berencana untuk menginstruksikan 25 kantor distriknya pada minggu ini untuk tidak mengizinkan pembangunan rumah bawah tanah sampai Undang-Undang Bangunan direvisi, menurut para pejabat. Mereka juga berencana memberikan masa tenggang hingga 20 tahun bagi pemilik rumah basement atau semi-basement yang ada untuk mengalihkannya ke penggunaan non-perumahan.
Sebagai imbalannya, pemerintah kota akan memberikan insentif kepada pemilik, seperti subsidi renovasi, atau membeli properti bawah tanah mereka untuk mengubahnya menjadi gudang komunal atau fasilitas masyarakat, kata pejabat tersebut.Â
Banjir bandang di Seoul terjadi pada Senin malam, 8 Agustus 2022. Hal itu ditengarai akibat curah hujan yang tinggi. Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, Distrik Gangnam yang elite itu tenggelam akibat banjir. Warga di media sosial ramai-ramai menunjukkan foto dan video ketika hujan deras dan angin kencang menghantam ibu kota Korea Selatan itu.
Banjir itu menyebabkan pemadaman listrik dan ratusan orang harus dievakuasi. Dilansir Channel News Asia, setidaknya lima orang tewas di Seoul pada Rabu pagi, serta tiga di Provinsi Gyeonggi yang berdekatan, dan satu di Provinsi Gangwon, menurut Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat. Sekitar 17 orang juga terluka.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Curah Hujan Terderas
Menurut Presiden Korsel Yoon Suk-yeol, banjir pada awal pekan ini merupakan yang terderas sejak 115 tahun lalu. Presiden pun meminta maaf atas 'ketidaknyamanan' yang ditimbulkan.Â
"Saya berdoa kepada para korban dan meminta maaf atas nama pemerintah kepada masyarakat yang menderita ketidaknyamanan," ujar Presiden Yoon Suk-yeol, dikutip Yonhap, Rabu (10/8/2022).
Presiden juga telah mendatangi sebuah lokasi di daerah Gwanak setelah tiga anggota keluarga dilaporkan meninggal akibat terjebak banjir. Mereka tinggal di rumah semi-basement. Hujan deras dan banjir yang menerjang area Seoul berdampak kepada lokasi-lokasi di dataran rendah. Ratusan warga Korsel harus evakuasi ke sekolah dan gym setempat.Â
Sebelumnya, Yoon meminta jajarannya untuk all out dalam melawan dampak banjir. Ia turut mendukung penggunaan teknologi terkini.Â
"Saya percaya kita harus secara aktif menggunakan teknologi digital termutakhir untuk secara konstan memantau level air di semua waterway negara, menggelar simulasi dan segera mungkin mengaktifkan sistem peringatan," ujarnya.
"Agensi-agensi relevan dan pemerintah lokal harus membangun prakiraan banjir dan sistem peringatan yang meliputi semua waterway, termasuk sungai, airan utama, dan percabangan sungai, dan memakai semua kekuatan kita untuk meminimalisir kerugian hidup dan kerusakan properti," sambung dia.