Mark Zuckerberg Hasilkan Jejak Karbon 15 Kali Lebih Banyak dari Rata-Rata Orang Amerika

Mark Zuckerberg kerap bicara soal menanggulangi krisis iklim, atau berdonasi jutaan dolar untuk inisiatif soal iklim. Tapi, ia juga sering menggunakan pesawat pribadi untuk bepergian hingga menghasilkan jejak karbon yang signifikan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 24 Okt 2022, 11:01 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 11:01 WIB
Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Paul Sakuma, File)

Liputan6.com, Jakarta - Mark Zuckerberg jadi sorotan setelah diketahui memiliki pesawat jet pribadi yang menghabiskan bahan bakar senilai 158 ribu dolar AS (hampir Rp2,5 miliar) dalam jangka waktu kurang dua bulan. Pesawat jet Gufstream G650 itu disebut mengudara selama 28 kali dengan beragam rute selama periode 20 Agustus hingga 15 Oktober 2022.

Hal itu terungkap menurut catatan pelacakan penerbangan ADS-B Exchange yang dikompilasi oleh programer Jack Sweeney. Pesawat jet itu melintasi wilayah Amerika Serikat, terbang ke Pennsylvania, Massachusetts, New York, Texas, dan beberapa negara bagian lain sebelum kembali ke basisnya di San Jose, California.

Sepanjang waktu itu, pesawat jet CEO Facebook tersebut menghasilkan lebih dari 253 metrik ton karbon yang menurut ahli gas berkontribusi terhadap pemanasan global dan krisis iklim. Sebagai perbandingan, dikutip dari laman NYPost, Senin (24/10/2022), rata-rata orang di Amerika Serikat menghasilkan jejak karbon 16 ton per tahun.

Sementara, rata-rata manusia di dunia membakar sekitar empat ton per tahun, menurut The Nature Conservancy. Jika dikalkulasi, itu artinya Zuckerberg menghasilkan jejak karbon 15 kali lebih banyak dari rata-rata orang Amerika.

Gulfstream milik Zuckerberg tercatat menjalani rute penerbangan panjang selama dua bulan terakhir, selain beberapa kali perjalanan jarak pendek, menurut data yang disampaikan. Sebagai contoh, pesawat jet itu hanya terbang 18 mil di Arizona pada 15 Oktober, dan sekitar 28 mil dari Carlsbad, California, ke San Diego pada 28 Agustus 2022.

Kerap Berdonasi

[Bintang] Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg (AFP/LLUISE GENE)

Meski begitu, Zuckerberg disebut-sebut kerap berdonasi untuk mengatasi penyebab krisis iklim dan menyuarakan pentingnya menyelesaikan masalah pemanasan global untuk generasi mendatang. Facebook juga berusaha memerangi misinformasi iklim di platformnya.

"Sudah waktunya ini menjadi pekerjaan semuanya yang akan menentukan generasi kita," kata Zuckerberg dalam pidato pembukaan Harvard University pada 2017. "Bagaimana kalau menghentikan perubahan iklim sebelum kita menghancurkan planet ini dan melibatkan jutaan orang dalam pembuatan dan pemasangan panel surya?"

"Kami mengerti bahwa tantangan terbesar kami membutuhkan respons global juga, tidak ada negara yang dapat melawan perubahan iklim sendirian atau mencegah pandemi," lanjutnya. "Kemajuan sekarang membutuhkan kebersamaan, tidak hanya sebagai kota atau negara, tetapi juga sebagai komunitas global."

Pada 2021, Zuckerberg mengatakan sebagian alasan dia berkomitmen untuk memajukan teknologi realitas virtual adalah karena itu akan "lebih baik bagi masyarakat dan planet ini" daripada bepergian dengan "mobil dan pesawat dan semua itu". Ia menyampaikan dalam sebuah wawancara dengan media teknologi The Information.

 

Pusat Informasi Iklim

Tawa Mark Zuckerberg sebelum dirundung masalah pencurian data pengguna Facebook.
Mark Zuckerberg (source: AFP/JUSTIN SILLIVAN)

Beberapa bulan kemudian, Facebook mengumumkan akan meluncurkan Pusat Informasi Ilmu Iklim dan mengeluarkan 1 juta dolar AS untuk organisasi yang bekerja untuk memerangi kesalahan informasi iklim.

"Perubahan iklim adalah salah satu masalah paling mendesak yang memengaruhi dunia kita saat ini, dan Meta berkomitmen untuk membantu mengatasi tantangan global ini," kata perusahaan induk Facebook Meta dalam pengumuman 16 September 2021.

Begitu pula dengan Chan Zuckerberg Initiative, sebuah yayasan swasta yang didirikan oleh Zuckerberg dan istrinya, Priscilla Chan, pada 2015. Organisasi itu telah menyumbangkan puluhan juta dolar untuk inisiatif iklim. Pada Februari 2022, organisasi tersebut mengatakan akan memberikan 44 juta dolar AS untuk penelitian dan pengembangan teknologi yang menghilangkan emisi karbon dari udara.

Dengan beragam aksinya yang mendukung upaya mengatasi krisis iklim, tindakan Zuckerberg dengan kerap bepergian menggunakan jet pribadi menimbulkan kontroversi. Namun, perwakilan Zuckerberg hingga saat ini belum menanggapi pelaporan tersebut.

Selain Zuckerberg, selebritas lain juga ikut disorot akibat tindakan di keseharian tidak selaras dengan kampanye yang disuarakan. Leonardo DiCaprio, Harrison Ford, dan Steven Spielberg masing-masing sering bepergian dengan jet pribadi sambil mengungkapkan keprihatinan tentang pemanasan global yang disebabkan oleh manusia. Padahal, Gulfstream G650 milik Spielberg membakar bahan bakar jet senilai 116.000 dolar AS sepanjang Juni--Agustus 2022.

Kepiting Alaska

Ilustrasi mimpi, kepiting
Ilustrasi mimpi, kepiting. (Photo by Chandler Cruttenden on Unsplash)

Di sisi lain, krisis iklim telah berdampak signifikan pada populasi hewan di dunia. Salah satunya adalah kepiting salju Alaska yang populasi terus menurun setiap tahun.

Miranda Westphal, seorang ahli biologi di departemen ikan negara bagian, mengatakan kepada The New York Times bahwa negara bagian sedang mencari tahu mengapa populasi kepiting menurun. "Dari 2018 hingga 2021, kami kehilangan sekitar 90 persen dari hewan-hewan ini," kata Westphal, dikutip dari People, Jumat, 21 Oktober 2022.

Karena itu, mulai awal bulan ini, Alaska Department of Fish and Game (ADF&G) dan National Marine Fisheries Service (NMFS) Amerika Serikat tidak mengizinkan penangkapan kepiting dibuka untuk musim 2022/2023 karena stok menurun. "Kepiting salju adalah spesies Arktik," lanjut Westphal, sembari mengatakan bahwa mereka membutuhkan air dingin.

Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Laut Bering 'sangat hangat dan populasi kepiting salju berkumpul bersama di air paling dingin yang bisa mereka temukan'. "Mereka mungkin mati kelaparan dan tidak ada cukup makanan," kata ahli biologi itu.

Negara bagian itu juga menganggap penyakit sebagai faktor, tetapi tidak bisa mengatakan dengan pasti. "Kami tidak tahu dan tidak akan pernah benar-benar tahu karena kepitingnya tidak ada," katanya.

Infografis skandal kebocoran data Facebook
Infografis skandal kebocoran data Facebook
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya