Liputan6.com, Jakarta - Menikmati waktu dengan kemping bisa jadi pertimbangan saat Anda berlibur di Labuan Bajo akhir pekan ini. Sebuah event bertajuk Picnic Over the Hill digelar Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo (BPOLBF) pada 11--12 November 2023.
Sesuai namanya, piknik itu digelar di atas Bukit Parapuar, yakni kawasan pariwisata terpadu yang sedang dikembangkan BPOLBF. Para peserta akan diajak menikmati pemandangan senja hingga malam berbintang di titik nol Bukit Parapuar itu.
Mereka juga bisa menikmati dengan pemandangan Kota Labuan Bajo 360 derajat sambil ditemani berbagai hiburan. Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina menjelaskan acara tersebut merupakan ajang mengenalkan sekaligus menjadi momentum aktivasi Parapuar.
Advertisement
"Kami ingin mengenalkan Parapuar sebagai salah satu destinasi baru di dalam kota Labuan Bajo dan tentu saja juga untuk menciptakan event baru dengan konsep berbeda sebagai salah satu opsi aktivitas tambahan bagi wisatawan maupun masyarakat lokal," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 7 November 2023.
Kawasan Parapuar terletak di Hutan Nggorang Bowosie. Pengunjung dapat mengaksesnya dari jalan Trans Flores, tepatnya dari depan Sinar Flores Carwash atau sekitar 300 meter dari SPBU Wardun (Jl. Trans Flores, Labuan Bajo - Ruteng).
Para peserta bisa mengikuti acara Picnic Over the Hill secara gratis. Namun, mereka diminta meregistrasi diri di link https://bit.ly/REGISTRASI-TIKET-PICNICOVERTHEHILL agar panitia dapat mencatat jumlah pengunjung dengan baik. Peserta juga bisa mendaftar langsung di lokasi.
"Gate akan dibuka di jam 4 sore atau pukul 16.00 WITA," kata Shana. Ia menargetkan 1.000 orang akan ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Arti Nama Parapuar
Sebelumnya, BPOLBF mengumumkan nama Parapuar untuk Kawasan Pariwisata Terpadu di Labuan Bajo. Namanya diambil dari dua kata bahasa Manggarai, yakni Para yang berarti pintu atau gerbang dan Puar yang berarti hutan.
Lokasi kawasan pariwisata terpadu itu menempati lahan Hutan Nggorang Bowosie seluas 400 hektare. Lahan hutan produksi itu merupakan bekas lokasi perambahan liar dengan banyak pohon ditebang dan dibakar, serta digantikan tanaman semusim yang rendah mengikat air dan tanah.
Kawasannya diapit oleh dua desa, Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo, serta satu kelurahan, yakni Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Rencananya akan dibangun empat zona di lahan tersebut, salah satunya zona budaya (cultural district).
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 3 November 2023, dijelaskan bahwa zona budaya akan dibangun di area seluas 21,69 hektare dari total kawasan yang dikembangkan seluas 114,73 hektare. Di zona tersebut akan berdiri pusat budaya (cultural center) seperti Hikayat Komodo, Cultural Performance Park, museum, agriculture tourism, culture gallery, Ring of Fire Flores View, Bukit Doa, dan beragam fasilitas penunjang wisata lainnya.
"Pembangunan zona ini bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama), serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata," kata Shana.
Advertisement
Pertunjukan Budaya hingga Paket Wisata
Shana menjelaskan bahwa kawasan Zona Budaya akan menjadi miniatur budaya Floratama. Karena itu, mereka akan melengkapinya dengan berbagai narasi budaya terkait sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata, dan Bima, termasuk sejarah komodo yang berkembang menjadi cerita rakyat.
Di zona budaya tersebut, mereka akan banyak menyajikan pertunjukan budaya, baik tarian, musik, nyanyian, struktur bangunan, kuliner, hingga permainan tradisional. Ibaratnya area tersebut akan menjadi Taman Mini-nya Nusa Tenggara Timur.
Dengan semua fasilitas dan daya tarik tersebut, Zona Budaya Parapuar akan ditawarkan dalam berbagai paket wisata sehingga para pengunjung bisa mendapatkan pengalaman jelajah budaya Floratama. BPOLBF menggandeng masyarakat di desa-desa wilayah penyangga Parapuar untuk mempersiapkan diri dikembangkan sebagai desa wisata.
"Kami persiapkan masyarakat di desa-desa penyangga Parapuar untuk nantinya bisa terlibat dalam mengembangkan kawasan wisata di sekitar Parapuar melalui berbagai program pelatihan agar dapat meningkatkan keahlian parekraf masyarakat setempat," jelas Shana.
Diharapkan Perpanjang Masa Tinggal Wisatawan
Ia menyatakan Parapuar dihadirkan untuk menambah jumlah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo. Diharapkan hal itu bisa menambah jumlah wisatawan dan lama tinggal mereka semakin panjang.
"Letak Parapuar yang sangat strategis di tengah kota Labuan Bajo ini juga tentunya akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan membuka pasar baru bagi produk-produk lokal Floratama," dia menambahkan.
Labuan Bajo sejak lama diidentikkan dengan keberadaan Taman Nasional Komodo yang menjadi habitat hidup satwa endemik Komodo (Varanus komodoensis) sebagai daya tarik utamanya. Pemerintah berupaya menambah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo selain di Taman Nasional Komodo, agar wisatawan tidak hanya berkunjung ke laut dan pulau, tetapi juga menghabiskan waktu di dalam kota Labuan Bajo dan berbelanja oleh-oleh khas lokal.
Pengembangan kawasan baru dimulai dengan membangun infrastruktur dasar, yaitu jalan aspal sepanjang 1,5 km. Pembangunan kawasan pada setiap zona direncanakan akan dimulai pada 2024 yang dimulai dari pembangunan infrastruktur dasar seperti air, listrik, dan jaringan komunikasi.
Advertisement