Survei Sebut Gen Z Mengalami Menu Anxiety, Apa Itu?

Perjuangan gen Z melawan kecemasan ternyata memengaruhi kebiasaan makan mereka.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Jan 2024, 05:01 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2024, 05:01 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi menu restoran. (dok. pexels.com/cottonbro studio)

Liputan6.com, Jakarta - Perjuangan gen Z melawan kecemasan ternyata memengaruhi kebiasaan makan mereka. Sebagian besar mengaku menghadapi "menu anxiety" di restoran, demikian temuan sebuah survei baru.

Melansir Business Insider, Sabtu, 30 Desember 2023, jaringan restoran Inggris, Prezzo, mensurvei lebih dari dua ribu orang di Inggris tentang seberapa nyaman perasaan mereka saat makan di luar. Dari situ, ditemukan bahwa 86 persen gen Z tersedang "menu anxiety" saat makan di restoran dibandingkan dengan 67 persen dari seluruh responden.

Secara harfiah, kondisi itu berarti timbul kecemasan pada gen Z ketika dihadapkan pada menu restoran, dengan beragam pilihan di dalamnya. Kecemasan terhadap menu sebagian besar dipicu biaya makanan, tidak dapat menemukan sesuatu yang mereka sukai di menu, dan menyesali apa yang mereka pesan.

Lebih dari sepertiga milenial mengatakan terlalu banyak pilihan menu juga jadi pemicunya. Sementara itu, 38 persen gen Z dan milenial mengatakan, mereka tidak akan pergi ke restoran jika belum melihat menu sebelumnya. Sepertiga gen Z juga mengaku, mereka meminta orang lain untuk memesankan makanan di restoran karena kecemasan tersebut.

Sumber kecemasan lain bagi hampir separuh responden berusia 25 hingga 34 tahun adalah tidak bisa menyebutkan pilihan menu saat memesan. Pelanggan muda juga sebagian besar dipengaruhi penggunaan media sosial. Sepertiga dari kelompok usia 25 hingga 34 tahun akan memilih item menu yang paling cocok dilihat di media sosial.

Generasi muda cenderung lebih terpaku pada penampilan mereka di depan umum, dan jajak pendapat Gallup, baru-baru ini, menemukan bahwa mereka cenderung mengalami emosi negatif, seperti stres, kecemasan, dan kesepian.

Tingginya Tingkat Kecemasan dan Depresi

Ilustrasi restoran
Ilustrasi restoran. Photo by Sandra Seitamaa on Unsplash

Profesor bisnis di NYU, Jonathon Haidt, mengatakan pada Wall Street Journal bahwa budaya media sosial yang "performatif" adalah salah satu penyebab tingginya tingkat kecemasan dan depresi di kalangan gen Z. "Kita punya generasi yang kondisinya sangat buruk," katanya.

"Kalian tidak kreatif, kalian tidak memikirkan masa depan, kalian fokus pada ancaman di masa kini," imbuhnya.

Media sosial juga memainkan peran utama dalam pilihan bersantap gen Z. Hampir 40 persen gen Z lebih suka mencari sesuatu di Instagram dan TikTok daripada Google atau Google Maps, berdasarkan data internal Google yang ditemukan pada Juli 2023.

Para eksekutif di jaringan makanan cepat saji di AS sebelumnya mengatakan bahwa gen Z cenderung memesan banyak makanan untuk dibawa pulang, dan ketika mereka makan di luar, mereka melakukannya dalam kelompok besar.

Kelompok konsumen ini juga kemungkinan besar akan makan di restoran yang dipromosikan influencer di media sosial dan ingin makanan mereka terlihat "Instagrammable."

Keterikatan dengan Ponsel Pintar

[Bintang] Ilustrasi ponsel
Ilustrasi pengguna smartphone. (Sumber Foto: Pexels)

Sebelumnya, sebuah survei nasional yang dilakukan Home Run Inn Pizza di Amerika Serikat (AS) menanyakan pada seribu gen Z dan seribu milenial tentang keterikatan mereka pada ponsel saat memasak atau makan. Hasilnya? Buruk, menurut penelitian tersebut.

Melansir NY Post, 22 September 2023, survei yang dimaksud mengungkap bahwa 66 persen Gen Z, yakni orang berusia 18 hingga 26 tahun, dan 58 persen generasi milenial, yang berusia 27 hingga 42 tahun, mengaku menatap ponsel saat memasak.

Hal ini dinilai "dapat menyebabkan bencana kuliner." Penggunaan ponsel sambil memasak membuat makanan gosong bagi 77 persen gen Z dan 83 persen generasi milenial, menurut jajak pendapat tersebut. Dengan tetap menatap ponsel, 55 persen gen Z dan 62 persen milenial juga menambahkan bahan-bahan yang salah ke dalam masakan mereka.

Lalu, 75 persen dari kedua kelompok tersebut sangat tidak fokus sehingga mereka melukai diri sendiri dengan luka goresan, luka bakar, dan banyak lagi. Peneliti juga mendefinisikan ulang istilah "butterfingers," karena 42 persen gen Z dan 51 persen milenial dilaporkan menumpahkan bahan-bahan ke perangkat elektrobik mereka saat memasak.

Sumber Inspirasi Menu Makanan

[Bintang] Ilustrasi ponsel
Ilustrasi pengguna smartphone. (Sumber Foto: Pexels)

Meski ponsel dapat jadi gangguan di dapur, teknologi ini juga membantu kedua generasi mencari inspirasi menu makanan mereka. 71 persen gen Z dan 67 persen milenial menggunakan perangkat ini untuk menonton video tutorial memasak.

Namun, kedua belah pihak lebih memilih platform media sosial yang berbeda untuk membantu proses memasak mereka. 56 persen gen Z menggunakan TikTok, sementara 29 persen milenial memilih YouTube.

Sedangkan bagi mereka yang ingin menghindari pengalaman dapur berantakan dan potensi kecelakaan, 70 persen gen Z dan 65 persen milenial memilih memesan sajian restoran berdasarkan "estetika visual." Kelompok pembuat konten makanan di antara mereka "mau tidak mau mengambil foto hidangan lezat sebelum menyantapnya."

Namun, pemotretan yang tidak pernah berakhir bisa berujung pada dampak menyedihkan. 23 persen gen Z dan 20 persen milenial mengatakan bahwa mereka memakan makanan dingin setelah selesai mengambil konten untuk media sosial.

Ketika tiba saatnya untuk benar-benar menikmati makanan, 81 persen gen Z dan 60 persen milenial mengaku sering menggunakan ponsel saat makan. Hal ini tidak berhenti meski mereka sedang makan bersama seseorang.

25 persen gen Z dan 23 persen milenial mengaku bahwa mereka mengabaikan teman makan mereka untuk main ponsel saat makan.

Infografis Etika Makan Fine Dining
Infografis Etika Makan Fine Dining. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya