Gagal di Jakarta, Jokowi Usulkan Metro Kapsul di Bandung

Idealnya untuk kota Bandung, transportasi berbasis rel, harus dapat menjangkau wilayah-wilayah strategis dan pusat keramaian.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 26 Feb 2015, 17:10 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2015, 17:10 WIB
ridwan kamil
Walokota Bandung Ridwan Kamil

Liputan6.com, Bogor - Walikota Bandung Ridwan Kamil mendatangi Istana Bogor, Jawa Barat, untuk menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi membahas rencana kelanjutan pembangunan transportasi massal di kota kembang tersebut. Salah satu yang difokuskan yaitu mengenai rencana pembangunan transportasi berbasis rel.

"Presiden kemarin kan sudah rapat berkomitmen ini kota-kota metropolitan khususnya Jabodetabek dan Bandung Raya metropolitan akan dibantu pendanaan untuk publik transportasi berbasis rel. Nah nanti saya mengkaji total idealnya berapa kilometer seluruhnya," ujar Ridwan usai bertemu Jokowi, Kamis (26/2/2015).

Ridwan mengatakan, idealnya untuk kota Bandung, transportasi berbasis rel, harus dapat menjangkau wilayah-wilayah strategis dan pusat keramaian. Sebagai alternatif, Jokowi mengusulkan agar Bandung menggunakan memanfaatkan transportasi massal produksi dalam negeri berbasis rel yaitu metro kapsul.

"Nah kalau idealnya di Bandung itu untuk kota Bandungnya sekitar 40 km, untuk antar kota di wilayah Bandung Raya, di Parahyangan itu 60 km, jadi totalnya 100 km. Nah Beliau maunya sih coba yang dalam negeri, yang kapsul itu," kata pria yang biasa disapa Kang Emil tersebut.

Menanggapi usulan Presiden, Ridwan pun berencana untuk melakukan kajian apakah metro kapsul sesuai dan dapat dibangun di Kota Bandung.

‎"Jadi saya pulang ini harus ngecek apakah teknologi kapsul buatan Bandung ini, metro kapsul itu visibel nggak untuk transportasi berbasis rel. Transportasi berbasis rel itu kan macam-macam. Ada monorel, ada LRT, ada aeromover, ada metro kapsul. Itu hanya nama lah, tapi dasarnya landasannya rel," kata dia.
 
Lalu, bagaimana nasib ribuan angkot yang saat ini memenuhi Kota Bandung bila Kota Bandung nantinya dikeliling oleh angkutan berbasis rel seperti metro kapsul? Ridwan mengaku punya cara agar angkutan-angkutan tersebut dapat tetap beroperasi dan semakin membuat kemacetan.

"Jadi begini, kepada investasi yang mengelola monorel, angkot itu harus dibeli. Itu konsep di Bandung. Setelah dibeli, angkot itu akan kita geser jadi feeder di komplek-komplek. Digaji sopir angkotnya. Jadi ramai atau tidak ramai, dia dapat income yang tetap, tidak ada gejolak, keluar dari kompleks ke jalan raya dia pakai bus itu tadi," ‎tandas Ridwan.
‎
Jokowi saat masih menjadi Gubernur DKI, sempat menyambangi tempat pembuatan metro kapsul yang diproduksi PT Perkakas Rekadaya Nusantara di Subang, Jawa Barat. Namun, beberapa bulan setelah kunjungan tersebut, Gubernur Jokowi saat itu memutuskan untuk memilih melanjutkan pembangunan Monorel Jakarta yang sempat tertunda selama lebih dari 14 tahun. Namun hingga kini proses monorel mangkrak. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya