Lokasi Kerajaan Sriwijaya Benar di Palembang?

Lokasi Kerajaan Maritim Sriwijaya sempat diklaim berada di provinsi lain di luar Palembang, Sumatera Selatan.

oleh Nefri Inge diperbarui 12 Agu 2015, 14:31 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2015, 14:31 WIB
museum sriwijaya 1

Liputan6.com, Palembang - Lokasi Kerajaan Maritim Sriwijaya sempat diklaim berada di provinsi lain di luar Palembang, Sumatera Selatan. Bahkan ada yang menyebut Kerajaan Sriwijaya berada di Malaysia dan Thailand.

Namun sejarawan Sumsel Rudi Asri menguak, Kerajaan Sriwijaya sejatinya memang berada di Sumatera Selatan. Dia bercerita, dahulu ada seorang pendeta bernama I Tsing.

I Tsing adalah biksu Tionghoa yang berkelana lewat laut ke India melalui Jalur Sutra untuk mendapatkan teks agama Buddha dalam bahasa Sanskerta. Di perjalanan, dia sempat mengunjungi Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671.

Rudi menuturkan, I Tsing berangkat dari Sriwijaya melewati Kerajaan Moloyu di Jambi.

"Keberangkatan pendeta asal Tiongkok ini menuju negara Belanda menumpang kapal raja Sriwijaya di Abad ke-7. Dalam perjalanan, ia melewati Kerajaan Moloyu. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya dan Moloyu masih membentuk kerajaan sendiri, hingga akhirnya Kerajaan Moloyu tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya," papar dia kepada Liputan6.com di Palembang, Sumsel, Rabu (12/8/2015).

"Dari situ kita bisa melihat, di kerajaan Jambi itu adalah daerah jajahan Kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya mempunyai kerajaan sendiri," imbuh dia.

Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang. Dalam prasasti itu diceritakan tentang seorang raja, Dapunta Hyan Sri Jayanasa. Dialah rasa pertama Kerajaan Sriwijaya.

Disebutkan, sang maharaja Sriwijaya berangkat dari Minanga Tangwa menuju ke suatu daerah Muka Upang, yang sekarang menjadi kabupaten Banyuasin, Sumsel. Di sana, Dapunta Hyang membuat wanwa atau perkampungan kecil.

Itulah alasannya mengapa banyak benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Kabupaten Banyuasin.

Sebelum berangkat, lanjut dia, Dapunta Hyang melakukan sembahyang di kuil dengan jarak 3 hari. Selain ahli perang, sang raja memang terkenal dengan ketaatannya sebagai penganut agama Buddha dan ahli perang.

Selama perjalanan, Dapunta Hyang membawa sebanyak 2 ribu pasukan dalam kapalnya dan 1.213 pasukan yang berjalan kaki membawa 200 kotak peti perbekalan.

"Kalau dilihat dari perjalanan mereka, tidak mungkin Dapunta Hyang membawa pasukannya sampai ke negara tetangga. Dan juga di Provinsi Jambi tersebut hanyalah perluasan wilayah kekuasaan, karena Kerajaan Moloyu sudah tunduk oleh Kerajaan Sriwijaya. Ada lagi kerajaan lainnya, seperti Kerajaan Kota Kapur yang terletak di Bangka," ucap Dosen Universitas PGRI Palembang itu.

Saat mencapai tingkat tertentu dalam agama Buddha, Dapunta Hyang lalu diharuskan melakukan kebaikan kepada sesama. Salah satunya diwujudkan dengan membangun Taman Sri Kesetra untuk kesejahteraan para masyarakatnya.

Kisahnya tertulis pada Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan di daerah Bukit Besar Palembang.

Wilayah perkampungan atau wanwa Kerajaan Sriwijaya disebut Kedukan Bukit yang kabarnya terbentang dari Tangga Buntung hingga daerah Bukit, Palembang. Sementara di Bukit Siguntang Palembang yang sekarang menjadi lokasi peninggalan Kerajaan Sriwijaya dahulu adalah tempat peribadatan. (Ndy/Sss)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya