Istana: Singapura Harus Pahami Kesulitan Kita

Di luar ekspor asap, Singapura dan Malaysia selama ini turut menikmati hasil hutan Indonesia.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 28 Sep 2015, 14:37 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2015, 14:37 WIB
20150925-Kabut-Asap-Singapura
Seorang pria saat berada disamping skyline yang dikelilingi kabut tebal di Singapura (25/9/2015). Sejak Rabu Kualitas udara di Singapura mulai memburuk akibat kabut asap tebal dari wilayah Indonesia. (REUTERS/Edgar Su)

Liputan6.com, Jakarta - Dua negeri jiran telah melayangkan protes kepada Indonesia atas ekspor kabut asap yang kini juga terpaksa dihirup warganya setelah kebakaran hutan melanda Sumatera dan Kalimantan. Protes yang dikirimkan Singapura dan Malaysia itu pun dimaklumi.

Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki memaklumi kemarahan tersebut. Namun, dia meminta agar dua negara serumpun itu memahami berbagai hambatan yang terjadi dalam menanggulangi bencana tersebut.

"Saya kira pastilah asap ini sangat meluas. Asap yang dihasilkan dari kebakaran lahan sawit atau lahan konsensi untuk sawit atau gambut atau hutan memang cukup meluas," ujar Teten di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/9/2015).

"Tapi saya kira Singapura harus memahami kesulitan kita, karena untuk memadamkan ini bukan satu hal yang sederhana," imbuh dia.

Tapi di luar ekspor asap, Singapura dan Malaysia selama ini turut menikmati hasil hutan Indonesia. Tak cuma bahan baku produk industri maupun tambang, keberadaan hutan Indonesia juga turut menyumbang pasokan oksigen dua negara tersebut.

"Saya kira Singapura juga cukup menikmati lah selama ini supply oksigen dari Indonesia selama sembilan bulan dan kita tahu juga banyak industri kebun, tambang yang menyimpan hasil ekspornya di Singapura," ucap Teten.

Ia pun mengatakan, Indonesia terus berupaya meyakini pemerintah di dua negara tersebut jika kita serius mengatasi bencana kebakaran hutan yang telah terus terjadi selama 17 tahun terakhir.
‎
"Kita terus usaha memadamkannya. Pemerintah tidak diam bahkan sekarang memikirkan bagaimana kebakaran hutan yang terus-menerus terjadi, ini bisa kita hentikan. Kita pahami beberapa persoalan insentif ekonomi yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran, selain aspek lingkungan, ada aspek teknis, misalnya lahan gambut yang mudah terbakar," pungkas Teten. (Ndy/Ein/*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya