Gubernur Jabar: Pembangunan Waduk Ciawi Terbentur Tata Ruang

Seluruh warga Jawa Barat dan Jakarta diminta waspada potensi banjir pada akhir tahun ini serta awal 2016.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Nov 2015, 15:46 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2015, 15:46 WIB
Aher
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher menyatakan, pembangunan Waduk Ciawi di Kawasan Gadog, Megamendung, Bogor, bisa menjadi salah satu solusi atasi masalah banjir di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.

"Potensi banjir masih ada, karena salah satu rencana besar menanggulangi banjir langganan Jakarta dan Jabar juga masih dalam proses yakni pembangunan Waduk Ciawi," kata Ahmad Heryawan, di Bandung, Senin (9/11/2015).

Ia mengataan waduk ini nantinya terdiri dari dua buah bendung, yakni masing-masing seluas 89,42 hektare dan 49,82 hektare.

Dua bendung ini akan menggenangi 5 desa di Kecamatan Megamendung dan 1 desa di Kecamatan Cisarua. Desa tersebut adalah Sukamahi, Sukakarya, Gadog, Cipayung Datar di Kecamatan Megamendung, dan Desa Kopo di Kecamatan Cisarua.

Menurut dia, data Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane menyebutkan, pembebasan lahan akan selesai pada akhir 2015. Sedangkan proyek pembangunan waduk direncanakan akan rampung pada 2016 mendatang.

"Dalam pembangunan waduk ini, kelihatannya ada kendala benturan tata ruang karena tidak boleh terjadi perubahan secara parsial. Kami mengusulkan pemerintah pusat membuat terobosan, seperti mengeluarkan Perpres Bendungan Ciawi atau mengizinkan Pemkab Bogor mengubah rencana detil tata ruangnya," kata Aher.

Pihaknya mengimbau seluruh warga Jawa Barat dan Jakarta waspada potensi banjir pada akhir tahun ini serta awal 2016, mengingat potensi curah hujan kemungkinan akan tinggi pada periode tersebut.

"Sementara kondisi lingkungan pemicu banjir langganan dinilai masih belum membaik. Pendekatan struktural yang kita lakukan di Citarum misalnya, itu belum sepenuhnya optimal. Sehingga kami imbau warga untuk waspada," kata Ahmad Heryawan.

Ia menuturkan Sungai Citarum selama ini sudah dikeruk besar-besaran dengan dana dari pemerintah tahun 2011. Dan banjir relatif kecil tahun 2012 dan 2013 tapi banjir itu kembali besar pada 2014.

Menurut dia, kondisi serupa terjadi pada aliran sungai lain pemicu banjir tahunan, seperti Ciliwung dan Cisadane. Pendekatan struktural di sungai titu belum sebanding dengan pendekatan kultural terutama memperbaiki lingkungan hulu sungai dan mengubah gaya hidup masyarakat. (Ant/Ali/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya