Orangtua Jangan Panik Terima Telepon Kabarkan Anaknya Kecelakaan

Polisi akui modus penipuan dengan modus anak kecelakaan masih marak terjadi.

oleh Andrie Harianto diperbarui 27 Jul 2016, 11:02 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2016, 11:02 WIB
Ilustrasi garis polisi
Ilustrasi garis polisi (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi orangtua jangan terburu-buru panik bila menerima kabar anak Anda mengalami kecelakaan di sekolah. Cek dulu sebelum menjadi korban penipuan.

Seperti yang dialami pembaca Liputan6.com, Manuel (41), Rabu (27/7/2016) pagi ini. Dia dan istrinya hampir menjadi korban sindikat penipuan via telepon dengan modus mengabarkan anak mereka jatuh di sekolahnya.

"Sempat panik, tapi langsung sadar apakah ini modus penipuan, ya?" kata Manuel dalam perbincangan dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (27/7/2016).

Bermula ketika telepon rumah mereka berdering dan diterima oleh asisten rumah tangga mereka. "Kayaknya mereka random (dalam mencari sasaran)," tutur Manuel.

Suara perempuan dari balik telepon itu menanyakan satu nama, seolah menebak nama tersebut adalah pemilik rumah. Namun, asisten rumah tangga tersebut membantahnya dan menyebutkan nama sebenarnya dari pemilik rumah.

Seketika, suara perempuan itu menanyakan nama anak bungsu pemilik rumah. Asisten rumah tangga langsung sigap menjawab dan menyebut nama sang anak.

"Ini dari sekolah, anaknya jatuh lagi main sama temannya, kami butuh ngomong sama orangtuanya," kata Manuel menirukan penuturan asisten rumah tangganya itu.

Telepon pun tersambung dengan Manuel. Suara perempuan dari balik telepon langsung fasih menyebutkan nama putranya dan mengabarkan anaknya tersebut mengalami kecelakaan. Manuel dan istri panik.

Pihak sekolah menyebut anaknya dirujuk ke rumah sakit ke rumah sakit di Kebon Jeruk oleh seorang guru perempuan bernama Dewi. Nomor telepon Dewi (082394525902) lalu diberikan kepada Manuel untuk langsung berhubungan dan mengetahui langsung kondisi anaknya.

Ketika tersambung, perempuan yang mengaku bernama Dewi menyebut bahwa dia berada di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kecurigaan awal muncul.

"Saya sudah kerasa, anak saya di Pluit, tapi kok jauh banget (dibawa ke Kebon Jeruk), di sekitar situ (Pluit)-kan banyak rumah sakit," ujar Manuel.

Dewi lalu mengoper percakapan Manuel ke seorang dokter bernama Hidayat. Seorang pria dengan logat khas menerangkan kondisi putra Manuel. Rumah sakit memerlukan sebuah alat untuk membantu penanganan luka gegar otak yang dialami anaknya.

Namun, si dokter mengatakan bahwa alat yang dibutuhkan tidak dimiliki oleh rumah sakit. Dokter tersebut lalu memberikan nomor telepon (081341550377) seorang dokter di sebuah apotek kenamaan, dokter Handoko. Kecurigaan kedua lalu muncul.

"Nomornya nomor pribadi, tapi diangkat kalau itu apotek," tutur Manuel.

Keanehan lainnya adalah logat dan aksen antara dokter Hidayat dan dokter Handoko punya banyak kemiripan. "Begitu diangkat suara sama," dia menambahkan.

Kalut dan kecurigaan berjalan bersamaan. Dokter Handoko menerangkan barang yang dicari oleh Manuel, yaitu Espon Globin. Akhir cerita, dokter Handoko meminta Manuel mentransfer Rp 9.850.000 untuk harga alat yang dipesan.

Kecurigaan lainnya muncul. Karena rekening yang diberikan bukan atas nama perusahaan, tapi pribadi, yaitu Rekening Mandiri atas nama Has Bulianto dengan nomor rekening 1480014090644.

Saat telepon ditutup mereka langsung sadar. Manuel dan sang istri langsung menelepon pihak sekolah. Kabar baik mereka terima dari pihak sekolah.

"Sekolah ngabarin enggak ada apa-apa sama anak saya," kata Manuel.

Modus Menemukan Tas

Penipuan via telepon juga menimpa Harahap (30). Modusnya adalah meminta mentransfer pulsa senilai Rp 1 juta ke nomor 081260691560.

Suara pria di balik telepon mengaku sebagai saudaranya dan tengah didera masalah. "Katanya dia nemu tas isinya ada kalung emas, telepon, dan uang Rp 19,5 juta. Terus pas diambil ada orang yang lihat sampe akhirnya dibagi," kata Harahap kepada Liputan6.com.

Sempat panik, Harahap lalu mengecek kebenaran tersebut. Rupanya saudaranya yang disebut-sebut tengah bermasalah itu tidak benar.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan, modus penipuan yang dialami Manuel dan Harahap bukan hal baru.

"Beberapa waktu lalu pernah diungkap kasus penipuan ini, mereka dari Sidrap, Sulawesi Selatan. Tidak menutup kemungkinan modus-modus ini masih dilakukan para pelaku meski pernah terungkap sebelumnya," kata Awi.

Awi meminta masyarakat yang dirugikan untuk segera melaporkan kejadian tersebut untuk segera ditindaklanjuti.

"Segera laporkan agar kita bisa tahu kejadiannya seperti apa dan dilakukan penelusuran, biar kita bisa melacaknya," kata Awi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya