BNPB: Jakarta dari 1974 hingga 2014 Rawan Banjir

Faktor cuaca dan struktur geografi Jakarta disebut menjadi salah satu dari sejumlah faktor yang membuat banjir Jakarta.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 23 Feb 2017, 07:07 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2017, 07:07 WIB
Banjir Jakarta
Banjir Jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Banjir Jakarta 2017, membuat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap beberapa data terkait.

Salah satunya adalah terkait perubahan kondisi pembangunan DKI Jakarta dari tahun ke tahun. Masuk pada 2014 sampai dengan sekarang, nyatanya situasi Ibu Kota malah menjadi salah satu kota yang rawan terhadap bencana banjir.

Kepala BNPB Willem Rampangilei pun menjelaskan menggunakan slide show. Titik hijau yang tampak di layar merupakan lokasi aman banjir di Jakarta, sementara merah artinya rawan.

"Perubahan pembangunan di Jakarta kalau kita lihat 1972 sampai 2014 bahwa hampir semuanya merah, tidak ada warna warna hijau. Artinya Jakarta rawan terhadap banjir sekarang (banjir Jakarta 2017)," tutur Willem di Gedung BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (22/2/2017).

Willem membeberkan sejumlah perubahan geografis Jakarta. Sebelum masuk 2014, Daerah Aliran Sungai (DAS) di Ibu Kota dapat menahan sekitar 45 persen dengan lintasan air ke sungai sebanyak 65 persen. Sementara saat ini, air hujan yang dapat ditahan DAS hanya 15 persen. Selebihnya langsung turun ke dataran rendah.

"Tentang persentase hujan menjadi run off, run off airnya 85 persen untuk DKI Jakarta. Artinya begitu hujan terjadi, maka 85 persen air langsung masuk ke dataran rendah. Selebihnya enam persen masuk ke tanah dan menguap. Itu Jakarta," terang dia.

Dampak bencana banjir Jakarta 2017 sendiri terjadi di 37 kecamatan. Faktor cuaca dan struktur geografi Jakarta disebut menjadi salah satu dari sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya luapan air yang cukup parah tersebut.

"Isu pertumbuhan penduduk dan urbanisasi juga mempengaruhi (banjir Jakarta)," Willem menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya