Soal Pidato Tuai Polemik, Hamdan Zoelva: Kapolri Minta Maaf

Kapolri Jenderal Tito Karnavian, kata Hamdan Zoelva, tidak bermaksud menyinggung ormas Islam lain di luar NU dan Muhammadiyah.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 31 Jan 2018, 17:36 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2018, 17:36 WIB
4-hamdan-zoelva-131223c.jpg
Dalam pembacaan refleksi akhir tahun pada Senin 23 Des 2013 Ketua MK Hamdan Zoelva mengakui kinerja MK selama lebih kurang 10 tahun rusak karena peristiwa tertangkapnya Akil Muchtar (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Penggalan video pidato Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait ormas Islam yang viral di media sosial menuai polemik di masyarakat. Syarikat Islam (SI) sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam pun menemui Tito untuk mengklarifikasi maksud pidatonya.

Pertemuan antara Tito dan Ketua Umum SI Hamdan Zoelva bersama beberapa anggota ormas tersebut berlangsung tertutup selama sekitar dua jam di rumah dinas Kapolri, Jalan Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (31/1/2018) siang. Hamdan kemudian menyampaikan hasil pertemuan tersebut.

"Tadi kami minta klarifikasi tentang pernyataan itu dan menyampaikan kronologi cerita yang cukup lengkap tentang bagaimana pernyataan itu sebenarnya," ujar Hamdan.

Hamdan melanjutkan, pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah pidato saat acara bersama NU di Ponpes milik KH Ma'ruf Amin di Banten pada Februari 2017 lalu. Pidato tersebut juga berlangsung selama 26 menit.

Sehingga video yang viral saat ini bukan isi pidato Tito secara utuh. Ada pesan yang terpotong dalam pidato tersebut.

"Yang jadi viral itu adalah bagian pidato yang menurut keterangan Pak Kapolri tidak sesuai dengan jiwa inti yang disampaikan dalam pidato," ucap Hamdan.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menuturkan, Kapolri tidak pernah bermaksud menyinggung ormas Islam lain di luar NU dan Muhammadiyah. Tito, menurut Hamdan, juga tidak bermaksud menyatakan ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah merontokkan negara.

"Dan yang dimaksudkan dengan merontokkan negara itu adalah awal pembicaraan yang berkaitan dengan kelompok-kelompok takfiri," kata Hamdan.

Sebab situasi politik saat itu cukup panas. Ada beberapa ormas yang dianggap berpotensi merongrong NKRI dan menolak Pancasila sebagai dasar negara. Hanya saja dalam pertemuan itu tak disebutkan ormas mana yang dianggap sebagai kelompok takfiri.

"Dalam terminologi analisis radikalisme, kelompok takfiri itu belum (radikal). Ada yang lebih keras lagi. Takfiri itu cenderung ke sana, tapi tak semua takfiri itu radikal. Tapi tingkatan selanjutnya yang paling bahaya dari takfiri itu adalah radikalisme. Itu yang dimaksud merontokkan negara," tutur Hamdan.

SI pun memahami maksud Tito dalam pidato tersebut setelah mendengar klarifikasi langsung. Klarifikasi ini dilakukan untuk mencegah suasana yang semakin gaduh dan panas. Apalagi Indonesia tengah menghadapi tahun politik.

"Sampai-sampai beliau (Kapolri) mengatakan kalau memang ada yang kurang, ada yang salah, saya mohon maaf," ucap Hamdan.

Pidato Kapolri

Top 5 Health: Ketua MK di Mata Astrolog
Siapakah Hamdan Zoelva di mata ahli astrologi?

Berikut penggalan pidato Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang tersebar di media sosial dan memicu polemik:

Perintah saya melalui video conference minggu lalu, 2 minggu lalu saat Rapim Polri, semua pimpinan Polri hadir, saya sampaikan tegas menghadapi situasi saat ini, perkuat NU dan Muhammadiyah. Dukung mereka maksimal.

(suara tepuk tangan).Semua Kapolda saya wajibkan membangun hubungan dengan NU dan Muhammadiyah tingkat provinsi. Semua kapolres wajib untuk membuat kegiatan-kegiatan untuk memperkuat para pengurus cabang di tingkat kabupaten-kota.

Para kapolsek wajib, di tingkat kecamatan, bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah. Jangan dengan yang lain.

(tepuk tangan hadirin)

Dengan yang lain itu nomor sekian. Mereka bukan pendiri negara, mau merontokan negara malah iya.

Tapi yang konsisten dari awal sampai hari ini itu adalah NU dan Muhammadiyah. Termasuk hubungan. Kami berharap hubungan NU dan Muhammadiyah juga bisa saling kompak satu sama lainnya.

Boleh beda-beda pendapat, tapi sekali lagi kalau sudah bicara NKRI, mohon, kami mohon dengan hormat, kami betul-betul titip kami juga sebagai umat muslim, harapan kami hanya kepada dua organisasi besar ini.

Selagi NU dan Muhammadiyah itu menjadi panutan semua umat Islam Indonesia, kita yakin negara kita tidak akan pecah seperti Siria, Irak, Libia, Mesir, tidak akan bergolak. Karena dua tiang ini jelas, ideologinya jelas, sangat pro-Pancasila.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya