IDI: 80 Tenaga Medis Terpapar Corona Covid-19 dan 24 Meninggal

Daeng juga menjelaskan tidak hanya tenaga medis konsulen dan para dokter yang sedang mengikuti program spesialis pun terpapar. Menurutnya, hampir 50 persen dokter terpapar Corona Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Apr 2020, 12:28 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2020, 12:25 WIB
Kesiapan RS Pertamina Jaya
Tim dokter bersiap melakukan pengecekan persiapan ruang modular di RS Pertamina Jaya, Jakarta, Senin (6/4/2020). Secara keseluruhan RSPJ memiliki kapasitas 160 tempat tidur dengan 65 kamar isolasi dengan negative pressure untuk merawat pasien yang positif Corona. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengatakan hingga saat ini tenaga medis yang meninggal akibat Corona Covid-19 adalah 24 orang. Sementara, yang terpapar virus tersebut yaitu 80 petugas kesehatan.

"Terakhir yang meninggal yang 24 orang. Terpapar infeksi di Jakarta saja melebih 80 petugas kesehatan, yang diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta," kata Daeng dalam diskusi dalam siaran telekonference di Jakarta, Sabtu (18/4/2020).

Daeng juga menjelaskan tidak hanya tenaga medis konsulen dan para dokter yang sedang mengikuti program spesialis pun terpapar. Menurutnya, hampir 50 persen dokter terpapar Corona Covid-19.

"Jadi kolegium menyatakan 50 persen kawan-kawan dari konsulen dan PPDS itu sebenarnya sudah terpapar juga. Berita terakhir ada 46 orang dokter, berasal dari dokter PDDS," jelas Daeng.

Walaupun kata dia, pihaknya tidak mendapatkan data tenaga medis yang meninggal ataupun terpapar, pihaknya saat ini sudah membentuk tim audit. Hal tersebut bertujuan untuk menelusuri dan mendapatkan data yang akurat.

Daeng juga menjelaskan, para tenaga medis terpapar akibat Covid-19 lantaran keterbatasan alat pelindung diri (APD). Bukan hanya itu, tenaga medis juga sering menggunakan APD tetapi tidak sesuai dengan standar. Dia mencontohkan seperti dokter THT di Makassar yang menggunakan APD tetapi tidak sesuai standar.

"APD banyak sekali kekurangan sehingga banyak modifikasi, dari modifikasi tersebut tidak bisa mencegah tertular. Kawan-kawan makasar tidak menggunakan apd tidak standar," ungkap Daeng.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Batasi Praktek Dokter

Kemudian kata dia banyak sekali tim medis yang tidak bekerja di rumah sakit rujukan atau praktik pribadi yang tertular. Sebab pasien tersebut tidak memiliki gejala virus corona.

"Dokter tidak mengetahui sehingga kewaspadaan kurang, karena dia datang ke dokter tanpa memiliki gejala covid- keluhannya lain, si dokter tidak mengerti, dari 24 dokter meninggal tadi banyak ketidak pahaman bahwa pasien yang dihadapi sebenarnya pasien covid," kata Daeng.

Sebab itu, saat ini pihaknya sudah memberi tahu kepada para dokter agar meminimalisir membuka praktik tatap muka. Kecuali kata dia dalam kondisi mendesak.

"Semua dokter membatasi prateknya, kalau bisa pratek tatap muka tidak dilakukan kecuali emergency, maka semua pasien dihadapi memakai APD," jelas Daeng.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya