Cuaca Indonesia Hari Ini Jumat 18 Oktober 2024: Sejumlah Wilayah Diprediksi Hujan

Pada Jumat (18/10/2024), langit pagi Indonesia sebagian besarnya diprediksi cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang.

oleh Hisyam Adyatma diperbarui 18 Okt 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2024, 07:30 WIB
Teriknya Cuaca Jakarta saat Badai Matahari Berlangsung
Hasil analisis tim geofisika BMKG menunjukkan hingga Minggu (13/10/2024) Indonesia akan merasakan dampak dari badai matahari seperti gangguan yang cukup signifikan pada jaringan internet. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Langit pagi wilayah Indonesia pada Jumat (18/10/2024) sebagian besar diprediksi cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, dan hujan sedang.

Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, seperti dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kemudian pada siang hari nanti, sebagian wilayah Indonesia diprakirakan BMKG bakal berawan tebal, di antaranya Gorontalo, Jambi, Semarang, Samandira, Manokwari, Pekanbaru, Padang, dan Palembang.

Hujan dengan intensitas ringan diprediksi turun di beberapa wilayah Indonesia pada siang hari nanti, di antaranya Banda Aceh, Tanjung Pinang, dan Medan.

Selanjutnya malam hari nanti, cuaca Indonesia sebagiannya diprediksi cerah, cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, dan hujan sedang.

Hujan dengan intensitas ringan diprediksi turun di wilayah Banda Aceh, Palangkaraya, Ternate, Pekanbaru, Manado, dan Medan. Sementara itu hujan sedang diprediksi akan turun di Mamuju.

Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Banda Aceh  Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Denpasar  Cerah Berawan   Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Serang  Cerah  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Bengkulu  Cerah  Cerah Berawan  Berawan
 Yogyakarta   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan 
 Jakarta Pusat   Cerah  Berawan  Cerah Berawan 
 Gorontalo   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Jambi   Berawan Tebal  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bandung   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan 
 Semarang   Berawan Tebal  Cerah  Berawan
 Surabaya   Berawan  Cerah Berawan   Cerah
 Pontianak   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Banjarmasin   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Palangkaraya  Berawan  Cerah Berawan   Hujan Ringan 
 Samarinda  Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Tarakan   Hujan Ringan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Pangkal Pinang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tanjung Pinang   Hujan Ringan  Hujan Ringan  Cerah Berawan 
 Bandar Lampung  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Ambon   Berawan  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Ternate   Hujan Ringan  Hujan Petir  Hujan Ringan
 Mataram   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kupang   Cerah  Berawan Tebal  Cerah Berawan
 Kota Jayapura  Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Manokwari   Berawan Tebal  Cerah  Cerah Berawan
 Pekanbaru   Berawan Tebal  Berawan  Hujan Ringan
 Mamuju   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Sedang
 Makassar   Berawan  Berawan  Cerah
 Kendari   Kabut  Berawan  Cerah Berawan
 Manado    Hujan Ringan  Hujan Sedang  Hujan Ringan
 Padang   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Cerah Berawan
 Palembang  Berawan Tebal  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Medan   Cerah Berawan   Hujan Ringan  Hujan Ringan
 

Terpantau 6 Titik Panas di Banyuwangi, BMKG Imbau Warga Waspadai Potensi Bahaya Karhutla

Ilustrasi titik Panas (Istimewa)
Ilustrasi titik Panas (Istimewa)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi mengeluarkan peringatan dini terkait munculnya enam titik panas (hotspot) kategori sedang di wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Pringatan ini dikeluarkan untuk mengingatkan masyarakat akan potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dapat terjadi di daerah tersebut.

Berdasarkan data dari BMKG menunjukan bahwa titik panas tersebut terdeteksi di beberapa daerah diantaranya, Kecamatan Pesanggaran, Wongsorejo dan kawasan hutan lindung Gunung Ijen Merapi Ungup-ungup.

Menurut Prekirawan BMKG Banyuwangi Beni Gumintar, enam titik panas tersebut sebagian besar berada di kawasan hutan dan lahan. Sehingga menimbulkan potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi.

"Kami mengimbau masyarakat jangan sembarang membuat sumber api, karena apabila sumber api ditambah dengan angina yang kencang sumber api akan cepat membesar," ujarnya Selasa (15/10/2024).

Kondisi cuaca yang cenderung kering saat ini, kata dia, berdampak pada peningkatan suhu dan kurangnya curah hujan. Hal ini menjadi faktor utama yang memicu munculnya titik panas di bumi Blambangan ini.

Daerah paling rawan kebakaran hutan dan lahan terdeteksi di wilayah Kecamatan Wongsorejo. Hal ini dikarenakan daerah tersebut memiliki banyak area dengan vegetasi yang mudah terbakar, serta cuaca yang cenderung kering dalam beberapa waktu terakhir.

"Suhu udara yang tinggi dan rendahnya kelembapan membuat lahan-lahan daerah tersebut lebih rentan terhadap kebakaran," paparnya.

Titik Panas Masih Warna Kuning

Titik panas yang terdeteksi saat ini masih menunjukkan warna kuning. Menurutnya, warna ini biasanya menandakan potensi kebakaran, sementara warna merah menunjukkan bahwa kebakaran sudah terjadi, sehingga meskipun titik panas terlihat, belum tentu berarti ada kebakaran yang berlangsung.

"Titik kuning menunjukkan kategori sedang. Jika sudah berubah menjadi merah, itu berarti sudah ada kebakaran," dia menjelaskan.

Ia menambahkan bahwa tampilan titik warna kuning pada pantauan satelit mencerminkan kondisi cuaca yang sangat panas dan ekstrem. Karena suhu yang tinggi, wilayah tersebut harus diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran.

"Dalam citra satelit ada simbol tiga warna. Warna hijau berarti titik panas rendah, kuning sedang, dan merah berarti tinggi," tuturnya.

Beny meminta warga di sekitar lokasi titik panas untuk selalu siap siaga dan mengikuti informasi terbaru dari BMKG dan dinas terkait. Dengan kesadaran dan kerja sama dari masyarakat, diharapkan risiko kebakaran hutan dapat diminimalisasi.

"Masyarakat harus lebih berhati-hati, terutama dalam melakukan aktivitas yang melibatkan api, seperti membakar sampah atau membuka lahan," dia memungkasi.

BMKG Lampung: Fenomena La Nina Tingkatkan Curah Hujan, Waspada Banjir dan Tanah Longsor

Ilsutrasi banjir
Ilustrasi hujan lebat dan ringan yang dikeluarkan oleh BMKG Gorontalo (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Radin Intan II Lampung memprediksi peningkatan curah hujan sepanjang Oktober hingga November 2024. Kondisi ini diperkirakan akan memicu potensi bencana hidrometeorologi, terutama di daerah-daerah rawan.

Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Radin Intan II, Rudi Harianto, menjelaskan bahwa fenomena La Nina menjadi penyebab utama peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Lampung.

"La Nina memperkuat angin pasat timur yang membawa uap air lebih banyak dari Samudra Pasifik ke Indonesia. Akibatnya, peluang hujan di wilayah Lampung meningkat sekitar 10-20 persen, sehingga musim hujan akan lebih basah dari biasanya," kata Rudi kepada wartawan, Selasa (15/10/2024).

Rudi juga mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan tersebut berpotensi memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah-wilayah rawan di Lampung.

Berdasarkan data BMKG Lampung, bencana banjir tercatat sebagai ancaman paling sering terjadi pada Oktober-November dalam 20 tahun terakhir (2003-2023). Dampak dari bencana ini meliputi banyaknya rumah terendam serta tingginya jumlah pengungsi.

"Selain banjir, bencana seperti tanah longsor dan cuaca ekstrem juga kerap terjadi, meskipun dampaknya tidak sebesar banjir. Kebakaran hutan jarang terjadi pada periode ini karena memasuki musim hujan," ungkapnya.

Menurut data statistik bencana Provinsi Lampung dari 2003 hingga 2024, Kota Bandar Lampung mencatatkan jumlah kerusakan tertinggi, terutama pada fasilitas umum, pendidikan, dan kesehatan. 

Daerah lain yang turut mengalami dampak signifikan adalah Lampung Selatan dan Tanggamus, terutama dalam hal jumlah korban dan kerusakan rumah.

"Wilayah dengan populasi besar cenderung mengalami dampak bencana yang lebih besar, baik dari segi frekuensi kejadian maupun kerusakan yang ditimbulkan," jelas dia.

BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama periode hujan ini. Rudi menyarankan, warga yang tinggal di daerah rawan bencana untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, seperti memastikan saluran air tidak tersumbat.

"Kami juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan infrastruktur, seperti pendalaman dan pelebaran sungai, guna mencegah luapan air saat hujan lebat," tambahnya.

Masyarakat diimbau untuk terus memperbarui informasi terkait bencana melalui platform resmi BMKG, seperti website, aplikasi, atau media sosial.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya