Capres PKS di Antara Angin Jawa dan Angin Timur

Hingga hari kedua, Musyawarah Majelis Syuro belum juga berani menentukan capresnya, apakah berasal dari suku Jawa atau suku lainnya.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Feb 2014, 00:37 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2014, 00:37 WIB
pks-140131c.jpg
Memilih dan menentukan bakal capres 2014 memang bukan perkara mudah. Apalagi dalam sebuah percaturan politik. Menggunakan strategi dan taktik jitu menjadi keharusan untuk mengalahkan lawan politik menghadapi perebutan kursi presiden pada pemilu 2014. Inilah yang tengah dialami Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Partai berlambang bulan sabit kembar dan padi itu sejak 31 Januari hingga hari ini tengah menggelar Musyawarah XI Majelis Syura di Kantor DPP PKS. Anggota Majelis Syuro sibuk menggodok 5 bakal capres yang berhasil disaring melalui pemilihan raya (pemira) yang digelar secara internal Desember 2013 lalu. Mereka adalah Hidayat Nur Wahid (HNW), Anis Matta, dan Ahmad Heryawan (Aher), Tifatul Sembiring dan Nur Mahmudi Ismail.

Jika melihat kelima bakal capres tersebut memang sama-sama berkompeten. Selain seorang akademisi, Hidayat merupakan mantan Presiden PKS sekaligus mantan Ketua MPR. Sepak terjangnya di dunia politik sudah cukup matang. Anis Matta, adalah Wakil Ketua DPR periode 2009-2014, namun mengundurkan diri pada 1 Februari 2013 lantaran ditetapkan sebagai presiden PKS oleh Majelis Syuro PKS, menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq yang tersandung kasus korupsi.

Begitu pula Tifatul Sembiring, selain Mantan Presiden PKS ia juga kini menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Pengalaman sebagai menteri manambah pengalaman birokrasinya selain pengalaman berpolitiknya. Nur Mahmudi Ismail, ilmuan pangan yang kini menjabat Wali Kota Depok sejak periode 2005 ini juga seorang pendiri sekaligus Presiden PKS pertama. Pengalaman pada dunia birokrasi bukan pertama kalinya, karena sebelumnya pernah menjabat Menteri Kehutanan ke-6 masa Presiden Abdurrahman Wahid.

Sementara Ahmad Heryawan yang lebih dikenal Aher mulai dikenal setelah dirinya terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat untuk periode 2008-2013. Pada Pilgub Jabar 2013, Aher kembali dipercaya rakyat Jabar memimpin selama 5 tahun ke depan.

Tak heran jika proses musyawarah ini berjalan cukup alot. Separuh hari kedua rapat ini baru mulai membuahkan hasil, pemilihan bakal capres mulai mengerucut. 3 dari 5 nama bakal capres mulai menguat yakni HNW, Anis Matta, dan Aher. "Tiga besarnya HNW, Anis Matta, dan Aher," ujar Ketua DPP Bidang Humas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera.

Lebih dari 1 Capres?

Hampir memasuki tengah malam hari kedua Musyawarah Majelis Syuro ini digelar, namun PKS belum juga menentukan nama capres terkuat yang akan maju pada pemilu 2014. Dinamika politik terus bergulir di kantor DPP PKS yang beralamat di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan itu.

Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf al Jufri menuturkan, kriteria capres PKS salah satunya berasal dari suku Jawa. Namun tak menutup kemungkinan berasal dari suku lain. "Memang kadang angin ini bisa berubah-ubah. Kadang ke Jawa kadang kemana. Kalau sudah ke Jawa itulah bisa banjir sana-sini," gurau Menteri Sosial kelahiran Surakarta 60 tahun lalu itu.

Sementara menurut Ahmad Heryawan (Aher), kemungkinan ada lebih dari saru capres kuat yang akan menjalani uji publik usai Majelis Syuro memutuskan. Sesudah menentukan nama capres, berapa pun jumlah bakal capres PKS akan melakukan survei internal. Para capres yang diharuskan membentuk timses itu kemudian melakukan sosialisasi visi-misi.

"Soal capres tentu saja ada progress. Bisa jadi capresnya 1 atau 2 atau 3. Nanti semua diuji publik," ungkap Aher.

Isu Kesukuan

Entah kenapa PKS menyebut-nyebut isu kesukuan dalam proses penentuan capres 2014 yang akan diusungnya. Mungkinkah partai yang berpatron religi ini meyakini ramalan Jawa? Memang tak dipungkiri, meski Indonesia sudah berada di alam modern, masih banyak kalangan yang memercayai ramalan ahli mistik dan pujangga terkenal Jawa, Raden Ngabehi Ronggowarsito. Menurut ramalan tersebut, tanah nusantara akan dipimpin beberapa pemimpin besar.

Ramalan pertama yang terkenal adalah tentang satrio pinandito sinisihan wahyu atau pemimpin yang amat religius, yang akan senantiasa bertindak atas dasar hukum dan petunjuk Sang Maha Pencipta. Kedua adalah ramalan kepemimpinan satria wiring atau pemimpin yang sebelumnya selalu dipersalahkan. Namun isu kesukuaan agaknya tak terlalu dipusingkan bagi PKS. PKS yakin isu kesukuaan tak lagi berpengaruh pada pemilu 2014.

"Survei terakhir menunjukkan itu (kesukuan) tidak berpengaruh. Itu artinya masyarakat Indonesia DNA-nya sudah Indonesia total. Istilahnya era Jong Java, Jong Sumatera sudah lewat," kata Anis.

Meski begitu, dalam musyawarah ini masalah kesukuan masuk dalam pembahasan. Menurut Anis, majelis syuro masih mempertimbangkan hal itu. "Itu mungkin masih berpengaruh. Hasil majelis syuro akan jadi satu preferensi budaya. Apakah faktor premordia masih berpengaruh."

Tidak pengaruhnya PKS terhadap isu Jawa dan non Jawa dalam menentukan capres juga ditegaskan Sekretaris Jenderal PKS, Taufiq Ridho. "Kita melihat, 65% unsur kesukuan itu tidak relevan lagi. Yang sekarang, justru sekarang visi-misi yang jadi magnet," katanya.

Menurutnya, isu antara suku Jawa dan non Jawa di PKS sudah tidak terlalu signifikan dan tidak dipermasalahkan. Isu kesukuan tidak terlalu berpengaruh pada penentuan capres PKS. "Kalau di kita, tren PKS antara Jawa dan non-Jawa tidak terlalu signifikan. Jadi tidak ada masalah," tandasnya.

Jika benar bakal capres mengerucut menjadi 3 nama besar, dapat dipastikan akan ada persaingan antara suku Jawa dan Bugis. Suku Jawa yakni Hidayat dan Aher. Hidayat merupakan politisi kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 54 tahun silam dan Aher adalah politisi kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 48 tahun silam. Sementara Anis merupakan putra Suku Bugis kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 46 tahun silam. Di antara bakal capres, Anis memang politisi termuda.

Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring yang juga dicalonkan sebagai capres menyebutkan, angin capres PKS masih barasal dari suku Jawa. Ia sepertianya tahu diri untuk mundur dari bursa capres tersebut. "Jadi kita realistis saja, 20 tahun ke depan semua masih dari suku Jawa. Jadi kita tahu diri saja," cetus Tifatul yang merupakan kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat ini.

Namun, Tifatul mengaku keputusan Majelis Syuro PKS belum mengarah kepada 2 nama bersuku Jawa tersebut. Sebab, masih ada 3 kandidat lainnya yang memiliki peluang, termasuk dirinya. Ia mengaku tak ambisius menjadi capres PKS. "Saya kalau didorong melulu ya bakal maju. Dulu kan sudah jadi presiden (Presiden ke-3 PKS). Saya ini mantan presiden masa dicapreskan," kelakar Tifatul.

Lalu apakah Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta yang akan maju sebagai capres? Ia justru tampaknya tak ingin maju sebagai capres. Ia malah mengaku lebih ingin mengurus pemenangan PKS di pemilu legislatif. "Setiap kandidat pasti legowo. Saya sendiri sebenarnya dalam konteks saya sebagai presiden, saya lebih suka kalau yang lain yang jadi," kata Anis.

Anis beralibi, jika terpilih menjadi capres PKS 2014 pekerjaannya akan lebih berat. Maka ia lebih memilih fokus menjalankan tugasnya sebagai Presiden PKS. Apakah pernyataan ini merupakan bentuk pengunduran dirinya, Anis malah membalas tawa. "Kita serahkan ke Majelis Syuro. Kan ada Pak Hidayat dan Pak Aher," ujarnya.

Anis dan Hidayat juga sebelumnya saling dorong. Anis memilih untuk mendorong Hidayat dan Aher sebagai capres PKS. Lagi-lagi Anis beralibi akan lebih fokus mengurus PKS. "Peluang beliau berdua lebih besar, sebagai presiden partai saya cukup siapkan pondasi sistem yang kokoh. Siapapun yang nantinya terpilih mesin PKS akan berjalan untuk mendukungnya," ungkap Anis.

Di sisi lain, Hidayat yang juga merupakan anggota Majelis Syura PKS ini justru mendukung balik Anis lantaran tokoh muda PKS yang dipercaya dapat melakukan terobosan dalam memperjuangkan nasib bangsa Indonesia ke depan. "Itu kan karena sikap tawadhu (rendah hati) Pak Anis. Yang muda-muda justru perlu tampil karena sekarang diperlukan tokoh yang bisa melakukan terobosan untuk bangsa ini," tutur Hidayat.

Namun menurut Humas PKS Mardani, dalam Musyawarah Majelis Syuro tidak ada mekanisme pengunduran diri. Sehingga Anis tetap masuk dalam 5 kandidat yang akan dipilih Majelis Syuro. "Pernyataan Pak Anis kalau beliau lebih legowo itu pernyataan pak Anis pribadi. Majelis Syuro-nya tetap yang 5 itu tidak ada yang mengundurkan diri dan tidak boleh mengundurkan diri. Jadi beliau tetap masuk nominasi yang masuk dalam pertimbangan majelis syuro," tandasnya.

Setali tiga uang dengan HNW dan Anis, Aher pun masih malu-malu menyatakan kesiapan dirinya maju sebagai capres PKS. Kendati, ia optimis semua capres memiliki peluang mengalahkan Jokowi. Pengalaman memenangkan Pilgub Jabar dua kali berturut-turut menjadi guru yang membuat dirinya lebih percaya diri.

Bila nantinya tidak terpilih, Aher mengaku tak akan sakit hati dan akan melanjutkan memimpin Provinsi Jawa Barat. "Kompetisi harus siap kalah, mengalir sajalah. Kalau tidak terpilih, ya saya kembali ke Jawa Barat, jadi gubernur lagi," tandas Aher.

3 Kandidat Capres PKS

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya memutuskan 3 nama yang akan diusung dalam pemilihan presiden 2014 mendatang. Mereka adalah pemegang perolehan suara terbanyak dalam pemilihan raya (pemira) yang dilakukan internal partai.

"Keputusan musyawarah Majelis Syura, satu, menetapkan tiga nama berikut sebagai kandidat capres dari PKS sebagai berikut, Hidayat Nur Wahid, M Anis Matta dan Ahmad Heryawan," kata Ketua Majelis Syura PKS Hilmi Aminuddin di kantor DPP PKS, Jakarta, Minggu (2/2/2014).

Setelah ditetapkan, ketiga nama itu akan menjalani proses selanjutnya, yakni uji publik. Uji publik dilakukan untuk melihat sejauh mana para kandidat mendapat tempat di hati masyarakat.

"Ini kader-kader terbaik kita. Tentu kita sudah menyadari bahwa penentu utama adalah Allah SWT. Kami ingin khidmatkan bagi bangsa Indonesia," tandas Hilmi. (Rmn/Ali)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya