Demi Pabrik Baterai Kendaraan Listrik, Kemenperin 'Rayu' Investor Jepang

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggodok regulasi dan faktor pendukung kendaraan listrik di Indonesia.

oleh Arief Aszhari diperbarui 04 Feb 2019, 17:32 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2019, 17:32 WIB
Baterai Mobil Listrik
Warna biru itu merupakan baterai di mobil listrik (Foto: Electrek).

Liputan6.com, Jakarta - Untuk pengembangan kendaraan listrik, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggodok regulasi dan faktor pendukung lain. Salah satu usahanya dengan menarik investasi di sektor industri pembuatan baterai.

Dijelaskan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Harjanto seperti yang sudah disampaikan sebelumnya sudah menawarkan investasi ke Korea Selatan dan negara lain.

"Saat ini, kami berharap Jepang juga bisa masuk ke wilayah yang sedang kita butuhkan untuk pengembangan kendaraan listrik," jelas Harjanto di kantor Kemenperin dalam seminar Indonesia-Japan beberapa waktu lalu.

Lanjut Harjanto, Jepang menjadi salah satu negara potensial karena teknologi kendaraan listriknya yang sudah berkembang. Hal ini, dapat mendukung investasi bahan baku baterai yang sudah ada di Indonesia.

"Di Morowali sudah ada investor materialnya, dalam 16 bulan ke depan mereka sudah siap beroperasi. Maka itu berikutnya, kami terus dorong untuk pembangunan pabrik baterainya," tegasnya.

Untuk diketahui, sebelumnya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, telah meresmikan peletakan batu pertama pembangunan PT QMB New Energy Materials di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Proyek industri smelter berbasis teknologi hydro metallurgy tersebut, akan memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua nikel kobalt yang dapat digunakan untuk kendaraan listrik. Total investasi yang ditanamkan sebesar USD700 juta, dan akan menghasilkan devisa senilai USD 800 juta per tahun.

Dari pabrik yang bakal menyerap total tenaga kerja sebanyak 2.000 orang itu, setiap tahunnya akan memproduksi sebanyak 50.000 ton produk intermediate nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya