Jalan di Atas Tali ala Slackline Marak di Bandung

Olahraga Slackline di Indonesia cukup dipandang oleh banyak negara lainnya.

oleh Arie Nugraha diperbarui 23 Mei 2016, 09:02 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2016, 09:02 WIB
Slackline
Olah raga slackline marak di Bandung (Liputan6.com / Aditya Prakasa)

Liputan6.com, Bandung - Beberapa pemuda di Balai Kota Bandung menjadi tontonan warga ketika salah satu mereka melakukan aksi berjalan melompat-lompat di seutas tali. Mereka merupakan salah satu komunitas olahraga Slackline Bandung yang dinamakan Pushing Panda.

Di atas seutas tali pipih dengan lebar 20 inci yang cukup kencang dan diikatkan antara dua pohon, mereka piawai menunjukkan trik-trik saat melakukan lompatan. Warga pun berdecak kagum menyaksikan komunitas itu beraksi di atas tali setinggi sekitar 1,5 meter.

Menurut pendiri sekaligus penggerak Pushing Panda, Dadeng Mulyana, olahraga Slackline itu mulai giat dilakukan sejak tahun 2011 lalu. Pada awalnya, mereka hanya iseng berjalan di atas seutas tali tanpa tahu tentang Slackline.

"Awalnya kita enggak tahu Slackline. di waktu luang, kita cuma main-main jalan di atas tali webbing. Lalu ada teman yang kasih tahu, kalau itu tuh namanya Slackline," kata Dadeng kepada Liputan6.com, Minggu 22 Mei 2016.

Dadeng menerangkan, olahraga Slackline mulai populer di Amerika sekitar tahun 2008 lalu. Olahraga itu pun memiliki dua kategori, trikline yang dilakukan di jalanan atau perkotaan, dan highline dilakukan di dataran tinggi seperti tebing, gunung, dan lainnya.

Sementara di Indonesia, lanjut Dadeng, mulai populer sejak tahun 2011 lalu dan mulai ramai dilakukan di kampus-kampus perguruan tinggi. Dia mengatakan, Pushing Panda, hanya fokus untuk menekuni dan mencoba trik-trik lainnya dalam olahraga Slackline.

"Sekarang kita punya anggota, yang konsisten ada 15 orang. Tapi kalau ada kegiatan anggota yang lain muncul, sekitar 50 orang," ujar Dadeng.

Olah raga slackline marak di Bandung (Liputan6.com / Aditya Prakasa)

Dadeng mengatakan, olahraga Slackline di Indonesia cukup dipandang oleh banyak negara lainnya. Sebab menurut dia, tidak banyak negara di Asia Tenggara yang menekuni olahraga yang dikategorikan ekstrem itu.

"Indonesia masih jadi acuan Slackline untuk negara Asia Tenggara lain. Karena penguasaan trik lebih banyak, lalu di Bandung juga enggak ada keterbatasan alat. Negara tetangga kayak Malaysia dan Singapura belum ada Slackline," jelas dia.

Dadeng mengaku ketagihan dengan olahraga yang melatih keseimbangan ‎tersebut. Menurut dia, untuk awal mencoba dipastikan akan kesulitan mempertahankan keseimbangan. Namun, setelahnya akan terus ketagihan untuk mencoba trik-trik Slackline.

Dia menambahkan, dalam waktu dekat ini Pushing Panda akan menggelar kompetisi Slackline yang kedua di Kota Bandung. Dia pun akan berupaya mengundang atlet profesional Slackline asal Jepang juga negara lainnya untuk bertukar ilmu dan trik.

"Nanti akan diadakan kompetisi yang kedua, kompetisi sebelumnya tahun 2013. Rencananya kalau tidak mundur, bulan Juli tanggal 23 dan 24," ucap Dadeng.‎

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya