Liputan6.com, Cirebon - Pengamat seni Cirebon, Made Casta mengatakan perlahan seni pertunjukan Wayang Cirebon mengalami degradasi. Tidak hanya pengrajin wayang yang tersisa dua orang, penonton juga mengalami penurunan pola pikir.
"Kalau di Yogyakarta atau Solo yang ditanya penonton itu siapa dalangnya. Nah, kalau di Cirebon, saat ini justru penonton bertanya siapa sindennya," ujar Made Casta, Jumat, 3 Juni 2016.
Casta menuturkan, perubahan pola pikir penonton menunjukkan adanya degradasi pertunjukan Wayang Cirebon. Perubahan itu mulai tampak sejak tahun 1985 ke atas. Keberadaan sinden lebih berdaya tarik dibandingkan sang dalang.
Penonton Wayang Kulit Cirebon, kata dia, saat ini lebih menyukai suara sinden. Padahal, cerita dalam pewayangan Cirebon memiliki ajaran, pesan dan makna filosofis. Sementara, sinden di era Dalang Wari sebenarnya berfungsi pengisi atau pengantar untuk menjelaskan ilustrasi dari lakon wayang yang dimainkan dalang.
Baca Juga
"Sinden dahulu betul-betul menciptakan kondisi seperti sedih dan marahnya tokoh. Sekarang justru tidak. Sinden malah lebih disuka karena sering absen penontonnya, seperti tokoh desa maupun pengusaha," ujar Casta.
Situasi itu mendatangkan dilema bagi para dalang. Ketika tidak melayani pengunjung, komunikasi dalang dengan penonton dan penikmat wayang kurang baik.
"Penonton akan merasa senang jika namanya disebut-sebut oleh sinden. Sementara saat ini, keberadaan sinden juga sudah hampir krisis," kata Casta.