Tidak Ada Lagi Gorengan di Lembah UGM

Tidak ada lagi gerobak gorengan yang nangkring di tepi jalan menunggu konsumen datang di Lembah UGM.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Jun 2016, 13:01 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2016, 13:01 WIB
Penjual Gorengan di Lembah UGM
Tidak ada lagi gerobak gorengan yang nangkring di tepi jalan menunggu konsumen datang di Lembah UGM.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kawasan Lembah UGM yang sekarang bernama Jalan Olahraga menjadi saksi perubahan jenis kudapan menjelang berbuka puasa. Areal yang hampir dua dekade ditempati ratusan pedagang kaki lima itu kini lebih mirip dengan pujasera di mal.

Tidak ada lagi gerobak gorengan yang nangkring di tepi jalan menunggu konsumen datang dan membeli satu kantong plastik penuh tempe, tahu susur, maupun pisang goreng. Kini, para pedagang memilih untuk berjualan camilan yang sebagian besar merupakan produk waralaba, seperti takoyaki, sosis bakar, teh susu, dan lain-lain.

Berjualannya pun tidak lagi mengandalkan meja yang diletakkan sejajar. Sebagian besar pedagang memiliki gerobaknya masing-masing dan bertuliskan menu waralaba yang dijualnya.

Soal harga tentu juga jauh jika dibandingkan kudapan di Lembah UGM yang dulu. Seporsi takoyaki atau sepotong sosis bakar dihargai Rp 10.000. Apabila nominal itu dibelikan seplastik gorengan, tentu saja konsumen mendapat jumlah yang tidak sedikit.

Meskipun demikian, kekhasan aneka es segar masih lumayan mendominasi kawasan itu. Puluhan gerobak es buah masih menghiasi Lembah UGM yang mulai ramai sejak pukul 16.00 WIB.

"Iya benar, para pedagang sekarang lebih menyesuaikan perkembangan zaman. Jadi yang dijual juga camilan yang sedang diminati," ujar Yoga Adi Pratama, Ketua Paguyuban Pedagang Ngabuburit UGM, Jumat (10/6/2016).

Akan tetapi, dia memastikan masih ada satu menu yang sejak dulu sampai sekarang masih bisa ditemui dan menjadi ciri khas Lembah UGM, yakni es buah dan batagor.

Yoga menyebutkan, ada sekitar 375 pedagang kaki lima yang berjualan kudapan saat ngabuburit di Lembah UGM. Tiap tahun PKL yang berdagang datang dan pergi. Rata-rata terdapat 50-70 PKL baru yang ikut berjualan setiap tahun.

"Jumlahnya hampir sama antara PKL yang baru dan yang lama," kata dia.

Omzet masing-masing PKL Lembah UGM pun terbilang lumayan. Mereka bisa mengantongi Rp 400 ribu per hari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya