Liputan6.com, Batang - Puluhan warga Desa Gapura, Kecamatan Warung-warung, Kabupaten Batang menggeruduk Mapolres setempat. Mereka membawa sejumlah poster yang bertuliskan tuntutan kepada polisi.
Mereka juga beraksi tutup mulut untuk meminta pihak kepolisian agar segera mengungkap kasus pembunuhan Haniyah (37), warga setempat yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART).
Koordinator aksi Amar Makruf (26) mengatakan, aksi tutup mulut ini sebagai bentuk ketidakpuasan warga terhadap kinerja kepolisian yang dinilai lambat dalam menangani kasus ini. Sudah berbulan-bulan, polisi tidak kunjung menangkap pembunuhnya.
"Aksi tutup mulut ini sebagai simbol bahwa mulut kami memang tertutup, tetapi hati nurani kami harus tetap melihat. Jangan sampai kasus ini berlarut-larut," ucap Amar Makruf pada Jumat siang, 7 Juli 2017.
Sebelum melakukan aksi ini, warga Gapura telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pihak kepolisian mengungkap siapa tersangka dalam kasus itu. Bahkan, pihaknya berusaha menggelar sumpah pocong antara keluarga korban dan pihak Haji Mahrusin sebagai majikan korban. Namun, hal itu tidak jadi dilakukan karena majikan korban tidak ikhlas.
Pihak korban sejak tiga bulan lalu juga telah menyurati Presiden, Kapolri, Komisi 3 DPR RI, dan Kontras, tetapi sejauh ini belum ada tindakan nyata.
"Semalam sebelum melakukan aksi tutup mulut kami melakukan doa bersama yang dihadiri oleh Kapolsek Warungasem, pihak Koramil, dan tokoh agama setempat," kata dia.
Advertisement
Baca Juga
Paman korban, Khoiron (45), mengatakan ingin agar pihak kepolisian mengusut tuntas kasus yang telah tujuh bulan berjalan ini. Sebab, pihak keluarga sudah menerima hasil autopsi bahwa kasus tersebut memang kasus pembunuhan.
Kasus tersebut bermula pada Minggu, 4 Desember 2016. Tubuh Haniyah binti Sutrisno ditemukan kaku di garasi rumah majikannya. Pada tubuh korban ditemukan luka sebesar 1 cm di bagian kepala, lebam 3×5 cm di leher, serta memar-memar di bagian punggung dan pantat.
"Itu pasti dilakukan oleh orang, bukan makhluk gaib. Pada siapa kami harus menuntut? Tentu kami akan menuntut kepada Bapak Kapolres dan Kapolsek. Kami mendukung pihak berwajib khususnya Bapak Kasatreskim untuk mengungkap kasus ini," kata Khoiron.
Akibat pembunuhan ART cantik itu, kedua anak korban menjadi yatim piatu. Mereka kini tak memiliki jaminan pendidikan dan kehidupan mereka karena ibu yang menjadi tulang punggung mereka telah dibunuh dengan keji.
"Kami menuntut secepatnya, karena di kampung kami timbul saling memfitnah. Tentu ini membahayakan kerukunan kampung kami," ujarnya.
Dua Mister X
Menanggapi kasus tersbut, Kasat Reskrim Polres Batang AKP Suhadi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus karena masih minimnya barang bukti berupa saksi dan alat bukti yang ada.
"Informasi sekecil apa pun dari masyarakat sangat kami butuhkan dalam pengungkapan kasus ini," ucap Suhadi.
Pihak kepolisian telah berusaha secepatnya untuk mencari siapa pembunuh ART cantik itu. Polisi menyebut telah mengantongi dua identitas baru.
"Kami telah mendalami dua Mister X yang telah mendatangi rumah Haji Mahrusin sebelum kejadian pembunuhan," kata dia.
Dua Mister X yang berboncengan dengan motor tersebut mengaku sebagai tukang servis TV dan beralasan akan membetulkan TV di rumah majikan korban. Setelah dikonfirmasi ke majikan korban, ia mengaku tidak pernah mengundang tukang servis TV tersebut karena TV di rumah mereka tidak rusak.
"Dua Mister X inilah yang sedang kami dalami siapa sebenarnya mereka," ucap dia.
Saksikan video menarik di bawah ini: