Perayaan Hari Bumi ala Balai Taman Nasional Komodo

Kader Konservasi di Kampung Rinca Desa Pasir Panjang Taman Nasional Komodo punya cara sendiri untuk memperingati hari bumi, 22 April 201, yakni dengan melakukan kegiatan bersih pantai dan penanaman mangrove.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 22 Apr 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2018, 16:00 WIB
Wisata NTT
Kader Konservasi di Kampung Rinca Desa Pasir Panjang Taman Nasional Komodo melakukan aksi bersih sampah (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Kader Konservasi di Kampung Rinca Desa Pasir Panjang Taman Nasional Komodo punya cara sendiri untuk memperingati Hari Bumi, 22 April 22018. Mereka melakukan kegiatan bersih pantai dan penanaman mangrove. 

"Kegiatan bersih pantai dilaksanakan pada hari Rabu (18/4) bertempat di Pulau Pempe, salah satu pulau yang terdapat di dalam kawasan TN. Komodo," ujar Kepala Balai Taman Nasional Komodo Budi Kurniawan kepada Liputan6.com, Sabtu (21/4/2018).

Dia mengatakan, Pulau Pempe sering menjadi persinggahan wisatawan saat berwisata ke TN. Komodo, baik untuk snorkeling atau menunggu waktu sunset. Sampah yang berhasil terkumpul dalam kegiatan bersih pantai ini sebanyak 4 karung yang didominasi oleh botol-botol minuman  beralkohol.

Selain bersih pantai, Kader Konservasi juga melakukan penanaman Mangrove di Kampung Rinca. "Sebanyak 500 anakan mangrove ditanam di sepanjang tanggul pemecah ombak Kampung Rinca," katanya.  

Abdul Rahman anggota Kader Konservasi yang ikut serta dalam kegiatan penanaman tersebut mengungkapkan pentingnya hutan mangrove bagi kehidupan masyarakat Kampung Rinca. 

"Mangrove sangat berguna untuk menahan ombak dan sebagai tempat pemijahan ikan, jadi sudah sepatutnya kita jaga," ujar Abdul Rahman.

Menurut Abdul, penanaman mangrove ini sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap bumi dan lingkungan. 

"Bumi telah mendukung kehidupan kita, jadi sudah sepatutnya kita mewujudkan kepedulian terhadap bumi dan lingkungan, salah satunya dengan menanam mangrove," kata Abdul. 

Rusdin, Ketua Kader Konservasi Kampung Rinca mengaku kecewa dengan kebiasaan wisatawan yang membuang sampah tidak pada tempatnya. 

"Saya sebagai masyarakat lokal sangat menyayangkan perilaku wisatawan yang banyak meninggalkan sampah saat berwisata ke TN. Komodo, jika kita mencintai alam, harusnya kita tidak mengotori alam," ujar Rusdin.

Rusdin berharap agar Kader Konservasi sebagai perpanjangan tangan Balai TN. Komodo dapat membantu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan.

Timbunan Sampah di Pulau Komodo Makin Tinggi

wisata NTT
Sampah di Taman Nasional Komodo (Liputan6.com/Ola Keda)

Kepala Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) Sudiyono mengatakan jumlah timbunan sampah di kawasan destinasi wisata unggulan itu rata-rata mencapai 650 kilogram lebih per hari.

"Timbunan sampah terbanyak terdapat di Pulau Komodo, yaitu Desa Komodo dan Wisata Loh Liang, serta Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang dan Wisata Loh Buaya," kata Sudiyono kepada Liputan6.com, Selasa, 16 Januari 2018.

Ia menjelaskan komposisi timbunan sampah itu 27 persen berupa sampah plastik, 29 persen sampah kertas, 1 persen sampah kaca atau gelas, 1 persen sisa makanan, dan 41 persen merupakan sampah residu atau sisa bangunan dari aktivitas konstruksi.

Kepala Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) Sudiyono mengatakan jumlah timbunan sampah di kawasan destinasi wisata unggulan itu rata-rata mencapai 650 kilogram lebih per hari.

"Timbunan sampah terbanyak terdapat di Pulau Komodo, yaitu Desa Komodo dan Wisata Loh Liang, serta Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang dan Wisata Loh Buaya," kata Sudiyono kepada Liputan6.com, Selasa, 16 Januari 2018.

Ia menjelaskan komposisi timbunan sampah itu 27 persen berupa sampah plastik, 29 persen sampah kertas, 1 persen sampah kaca atau gelas, 1 persen sisa makanan, dan 41 persen merupakan sampah residu atau sisa bangunan dari aktivitas konstruksi.

Dibuang ke Labuan Bajo

wisata NTT
Sampah di Taman Nasional Komodo (Liputan6.com/Ola Keda)

Sudiyono mengakui persoalan sampah di TNK yang merupakan destinasi wisata unggulan nasional yang sudah mendunia itu tengah menjadi sorotan berbagai pihak.

"Sampah di sekitar TNK ini memang terus bertambah seiring peningkatan arus wisatawan, kondisi ini sering disoroti para wisatawan maupun pelaku-pelaku usaha pariwisata, maupun pemerintah pusat," katanya.

Untuk itu, menurut dia, penanganan sampah merupakan bagian dari fokus utama Balai TNK agar segera ditangani. Salah satu langkah penanganan adalah dengan membentuk satuan tugas MPS (Masyarakat Peduli Sampah) pada 2018.

Nantinya, kata dia, para petugas MPS setiap harinya akan mengambil sampah di berbagai titik kawasan TNK. Selanjutnya, sampah dikumpulkan ke tempat pengelolaan sampah yang ada di setiap desa untuk diangkut kapal khusus ke Labuan Bajo.

Sementara, sampah-sampah anorganik yang dibawa ke Labuan Bajo akan didaur ulang melalui kerja sama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo.

"Secara tertulis nanti kami akan kerja sama dengan KSU Komodo ini. Namun secara lisan mereka sudah menyatakan kesanggupan untuk menerima sampah dari kawasan TNK untuk didaur ulang," ucap Sudiyono.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya