Kehidupan Santri Pesantren di Tengah Lingkungan Umat Kristen Manado

Ternyata semangat toleransi dan keberagaman di Pondok Pesantren Assalam ini bukan hanya terjadi saat Jumat subuh itu, melainkan sejak puluhan tahun silam, saat pesantren itu mulai dibangun.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 03 Jun 2018, 05:04 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2018, 05:04 WIB
Kehidupan Pesantren Assalam di Tengah Umat Kristen Manado
Kehidupan Pesantren Assalam di Tengah Umat Kristen Manado. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Manado - Sahur bersama yang diselenggarakan oleh beberapa elemen masyarakat di Manado, Jumat, 1 Juni 2018, tergolong unik. Tak hanya umat Islam saja yang hadir, tetapi juga tokoh agama lain termasuk tokoh adat terlihat mengunjungi Pondok Pesantren Assalam, Bailang, Manado.

Ternyata semangat toleransi dan keberagaman di Pondok Pesantren Assalam ini bukan hanya terjadi saat Jumat subuh itu, melainkan sejak puluhan tahun silam, saat pesantren itu mulai dibangun.

"Pesantren ini memang berdiri di tengah–tengah umat Kristiani. Bahkan, ada beberapa gereja di sekitar pesantren," ungkap Rukmina Gonibala, dalam testimoninya saat acara sahur bersama itu.

Rukmina adalah Sekretaris Yayasan Assalam. Dia sudah sejak lama tinggal di kompleks pesantren itu. "Pesantren ini dibangun tahun 1990, di tengah–tengah komunitas umat Kristen," tutur Rukmina.

Rukmina mengisahkan, kawasan itu dulunya berupa rawa, yang kemudian ditimbun dan dibangun pesantren. Bahkan, masjid dan rumah kiai di kompleks pesantren itu dulunya adalah kandang babi. "Pemilik tanah yang memiliki kandang babi itu mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid," papar Rukmina yang juga adalah Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado ini.

Dia mengungkapkan, pada awal berdirinya pesantren itu, orang yang melihat mungkin akan bingung. Karena banyak hewan peliharaan babi yang masuk ke halaman pesantren. "Dulu di halaman pesantren ada (hewan) peliharaan yang berkeliaran. Kalau di tempat lain mungkin kelihatan aneh, tapi itulah awal–awal berdirinya pesantren ini," ujar dia.

Sejak berdiri hingga keberadaannya saat ini, komunikasi antara penghuni dan pengasuh pesantren dengan lingkungan masyarakat sekitar selalu terjaga dengan baik. "Ada di sini yang kami panggil tuan tanah. Kami selalu berkomunikasi dengan baik. Juga dengan masyarakat sekitar," dia menandaskan.

 

Toleransi Antarumat Beragama

Kehidupan Pesantren Assalam di Tengah Umat Kristen Manado
Kehidupan Pesantren Assalam di Tengah Umat Kristen Manado. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Sikap toleransi dan saling menghargai juga ditunjukkan umat Kristen maupun Islam yang hidup berdampingan melalui komunikasi yang baik.

"Bahkan saat ada warga dari umat Islam yang meninggal, ibadah di gereja dipersingkat," ujar Rukmina.

Rukmina kembali mengingatkan semua pihak tentang komitmen untuk menjaga NKRI. "Kita semua elemen bangsa harus tetap menjaga NKRI," pungkas dia.

Acara sahur bersama ini rencananya akan dihadiri tokoh pluralisme Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid, istri Presiden RI ke-4, Abdurarahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Sayangnya karena kondisi kesehatan, Shinta batal berkunjung ke Manado.

Koordinator Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), Nia Sjarifudin mengatakan, meski tanpa kehadiran Shinta, tetapi semangat menjaga perdamaian selalu bergelora termasuk di bumi Sulawesi Utara.

Meski demikian, acara itu tetap berlangsung semarak dengan dihadiri ratusan anak panti asuhan, serta dimeriahkan penampilan para pegiat seni dari Lesbumi NU Sulut.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya