Gurihnya Sega Nyangku, Kuliner Legendaris Khas Lereng Gunung Slamet

Sega Nyangku erat kaitannya dengan tradisi dan budaya warga sekitar Gunung Slamet

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 24 Sep 2018, 00:02 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2018, 00:02 WIB
Sega nyangku, nasi dan lauk pauk sederhana berbungkus daun nyangku bercitarasa istimewa. (Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas/Muhamad Ridlo)
Sega nyangku, nasi dan lauk pauk sederhana berbungkus daun nyangku bercitarasa istimewa. (Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Masyarakat di sekitar di lereng Gunung Slamet akrab dengan dua tetumbuhan ini, Nyangku dan Pakis. Dari kedua tetumbuhan khas hutan ini, warga mengambil manfaatnya.

Daun nyangku lebar memanjang, tipis dan berserat kuat. Cocok untuk pembungkus, terutama makanan. Adapun pakis, pucuk daunnya yang muda dan masih bergelung, dimasak sebagai sayuran bercitarasa khas.

Perpaduan dua tetumbuhan ini menciptakan kuliner yang melegenda, sega nyangku. Nasi dengan lauk sederhana bercita rasa istimewa. Aroma gurih lauk dan sayur berpadu denga aroma khas daun nyangku yang legit.

Di masa lalu, daun nyangku mudah ditemui di acara-cara besar, baik di tingkat kampung maupun hajat keluarga. Namun, kini posisinya tergeser kertas minyak dan plastik.

Petani-petani pun kerap nyangu atau nimbel, istilah untuk bekal nasi, saat pergi ke ladang atau hutan. Dengan bungkus istimewa nyangku, lauk sederhana pun akan terasa lebih lezat.

Pengelola Sekolah Kader Desa Brilian, Muhammad Adib menerangkan, bagi warga sekitar Gunung Slamet, sega nyangku tak hanya sekadar kuliner. Sega nyangku erat kaitannya dengan tradisi dan budaya warga sekitar Gunung Slamet yang perlu dilestarikan.

Nyangku sebagai pembungkus amat ramah lingkungan. Lantaran berasal dari tetumbuhan, daun nyangku akan mudah terurai saat sudah tak terpakai dan kembali ke alam sebagai kompos atau pupuk.

Dia menjelaskan, untuk melestarikan tradisi masyarakat yang kini nyaris punah ini, LMDH Argowilis dan sekolah kader brilian kembali menyediakan sega nyangku di wana wisata pramuka di Desa Sokawera Kabupaten Banyumas.

“Sega nyangku akan memuaskan kerinduan kita pada makanan masa lalu,” katanya, beberapa waktu lalu.

Adib menerangkan, Wana Pramuka adalah kawasan hutan Perhutanan Sosial di lereng selatan Gunung Slamet didedikasikan sebagai tempat wisata alam yang menarik, menyenangkan dan bertujuan menanamkan rasa tanggungjawab terhadap pelestarian sumberdaya hutan. Salah satunya, dengan penanaman pohon.

Upaya Mempopulerkan Sega Nyangku

Tradisi menyambut tahun baru Jawa atau Suran di Lereng Gunung Slamet kawasan Cipendok, Banyumas. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Tradisi menyambut tahun baru Jawa atau Suran di Lereng Gunung Slamet kawasan Cipendok, Banyumas. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Di luar itu, sega nyangku juga bisa didapatkan di Sekolah Kader Brilian, Karanglewas. Masyarakat pun bisa memesannya untuk dinikmati di rumah atau sebuah acara.

Semangat untuk menghidupkan kekayaan tradisi masyarakat di lereng Gunung Slamet ini juga dilakukan oleh Pramuka Kwarcab Banyumas. Workshop kehumasan yang digelar oleh Bidang Humas dan Abdimas Kwarcab Banyumas menyajikan Sega Pangku sebagai hidangan utama.

Wakil Ketua Bidang Humas dan Abdimas Agus Nur Hadie mengatakan sengaja menyajikan sega nyangku untuk kembali mempopulerkan kuliner khas yang pernah menjadi tradisi. Pasalnya, kini kuliner masyarakat pedesaan ini mulai ditinggalkan.

"Sega nyangku biasanya terdiri dari nasi putih dengan sayur daun pakis atau kulit melinjo, sambal dan teri atau ikan asin, tetapi bisa juga pesan sesuai dengan selera,” Agus menerangkan.

Menurut dia, upaya untuk mempopulerkan kembali sega nyangku perlu didudukung. Ia pun mengapresiasi Pokdarwis yang terdiri orang-orang yang kreatif, inovatif, dan berani untuk menginisiasi masyarakat lainnya untuk kembali mempopulerkan makanan khas ini.

“Kami ikut mendukung kreasi mereka dengan cara memesan sega nyangku. Selain untuk menjaga tradisi yang pasti nyangku ramah lingkungan,” ujarnya.

Betapa sega nyangku sudah di ambang punah terekam dari sejumlah peserta workshop yang baru pertama kali melihat dan merasakan sega nyangku. Salah satunya, Khalimatul Aliyan dari Saka Bakti Husada yang mengaku baru pertama kali melihat sega nyangku.

"Bentuk kemasannya unik, membuat penasaran. Walaupun menu hampir sama tetapi sensasinya luar biasa,” ucap Aliyan.

Hampir senada, Anggoro Wicaksono dari SMK Bina Taruna Purwokerto dan Endang Ngudi Haryati dari SDN 1 Saudagaran juga mengaku belum pernah melihat sega nyangku. Keduanya menilai sega nyangku unik dan antik.

“Semoga sega nyangku sebagai salah satu makanan khas Banyumas akan kembali di kenal,” kata Endang.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya