Liputan6.com, Pekanbaru- Sebanyak 17 ton garam dipersiapkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Riau. Garam itu akan disemai menggunakan Pesawat Cassa TNI ke awan sehingga berpotensi menurunkan hujan buatan.
Menurut Kepala BPPT Hammam Riza, operasi ini sudah dimulai sejak Februari dan dilangsungkan hingga Maret 2019 . Sejauh ini sudah lima ton garam disemai dan mulai menurunkan hujan di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, dan Kota Dumai.
"Sekarang fokusnya di Pelalawan dan Kepulauan Meranti karena terpantau titik panas di sana," kata Hammam usai meninjau Pesawat Cassa di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru mendampingi Kepala BNPB Letjen Doni Monardo, Senin (4/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Hammam menjelaskan, dari Januari hingga Februari terpantau 293 titik api atau kebakaran lahan oleh Satelit Terra Aqua. Memasuki Maret, jumlah itu turun drastis hingga tersisa titik api di Pelalawan dan Kepulauan Meranti.
Menurut Hammam, penyemaian garam berdasarkan koordinasi dengan BNPB dan Satgas Siaga Darurat Karhutla Riau beserta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru.
Selanjutnya pesawat terbang ke arah awan yang dinilai berpotensi oleh BMKG. Pesawat yang diterbangkan juga memiliki sistem sensor untuk mengetahui ketinggian permukaan air di lahan gambut.
"Sekali terbang pesawat membawa 800 kilogram garam dengan perkiraan hujan di radius 10x10 kilometer," kata Hammam.
Dari 17 ton itu, kemungkinan akan ditambah lagi berdasarkan perkembangan cuaca dan tambahan jumlah titik panas di Riau. Hujan buatan ini tak hanya diharap membasahi gambut, tapi juga mengisi embung-embung ataupun kanal sebagai persediaan air gambut.
Di sisi lain, Hammam menyatakan armada pesawat penyemai garam untuk hujan buatan jumlahnya sangat terbatas. Sehingga jika ada Karhutla di Sumatera dan di Kalimantan, maka akan sangat kesulitan untuk melakukan hujan buatan ini secara serentak.
"Semoga dengan dukungan BNPB yang semakin erat ini, kami dapat dibantu untuk pengadaan armada pesawat hujan buatan," sebut Hammam.
Fenomena El Nino
Sementara itu, Kepala BNPB Doni Monardo menyebut teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan cukup ideal dilakukan hingga Maret nanti. Pasalnya berdasarkan prakiraan BMKG arah angin serta kelembaban udara sangat mendukung.
Doni menerangkan, saat ini Riau dan beberapa provinsi di Indonesia tengah dilanda badai El Nino. Meskipun tingkatnya lemah, Doni mengharap Pemerintah Provinsi Riau dan Satgas Karhutla tidak lengah.
"Sebagai contoh adalah Australia juga sedang dilanda fenomena El Nino lemah, tapi saat ini sudah ribuan hektare lahan terbakar di sana hingga sekarang. Ini perlu diwaspadai," jelas Doni.
Doni menyebut fenomena El Nino saat ini merupakan paling panjang dalam 130 tahun terakhir. Dengan demikian, dia segera melakukan pencegahan berupa sosialisasi, penanggulangan dengan hujan buatan dan persiapan personel.
"Tanpa adanya sinergi dengan masyarakat dan pencegahan, teknologi tidak akan berguna jika kebakaran lahan kian meluas," tegas Doni.
Sebagai informasi, Meranti menjadi fokus karena pecahan dari Kabupaten Bengkalis itu tengah dilanda kebakaran lahan hebat. Puluhan titik api sejak Pulau Rupat mereda terpantau di daerah penghasil sagu itu.
Advertisement