Bangker Pintar Mahasiswa UMY untuk Petani Jamur yang Gagal Panen

Empat orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menciptakan alat pasteurisasi atau alat pemanas untuk membunuh organisme merugikan seperti bakteri, protozoa, kapang, dan lain-lain. Alat ini adalah Bangker Pintar

oleh Yanuar H diperbarui 15 Agu 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 08:00 WIB
Bangker Pintar untuk Petani Jamur
Bangker Pintar ini buatan Mahasiswa UMY kepada petani jamur di Balecatur, Sleman yang mengaku sering gagal panen (Humas UMY/Yanuar H).

Liputan6.com, Yogyakarta - Kelompok Budidaya Jamur di dusun Gamol, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Sleman mengeluhkan tingginya tingkat kegagalan panen dalam budidaya jamur. Kondisi itu membuat empat orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menciptakan alat Pasteurisasi atau alat pemanas untuk membunuh organisme merugikan seperti bakteri, protozoa, kapang dan lain-lain. 

Alat ini adalah Bangker Pintar. Harga Bangker Pintar dijamin terjangkau karena ditujukan untuk petani.

"Tujuan diciptakannya Bangker Pintar adalah menciptakan alat pasteurisasi yang berfungsi untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan usaha kelompok budidaya Jamur Gamol yang terjangkau bagi kelompok usaha tani," kata Nabil salah seorang anggota kelompok PKM-T Bangker Pintar, Rabu (14/8/2019).

Keempat mahasiswa tersebut yaitu Afrio Darmawan (Agribisnis), M Nabil Dhiyaulhaq Dzikrulloh (Teknik Mesin), Maki Lukmanul Hakim (Agroteknologi), dan Marbudi (Agribisnis).

Bangker Pintar merupakan alat pasteurisasi berbentuk silinder berdiameter 1,2 meter berbahan besi setebal 4mm. Alat ini diciptakan karena tingkat kontaminasi media jamur tiram pada Kelompok Budidaya Jamur Gamol mencapai 50% dan produktivitasnya hanya setengah dari produktivitas normal.

"Penyebab kegagalan usaha tani jamur tiram kelompok usaha tani ini adalah penggunaan alat pasteurisasi media jamur tiram yang kurang efektif sehingga media jamur tiram tidak matang," katanya.

Nabil mengatakan alat yang digunakan para petani itu terdiri dari ruang pasteurisasi yang tidak rapat dan tungku kayu sederhana. Kelompok budidaya Jamur Gamol terpaksa menggunakan alat tersebut karena alat pasteurisasi yang standar harganya mencapai ratusan juta rupiah sehingga alat tersebut tidak terjangkau bagi kelompok usaha tani.

"Harapan ke depannya alat ini bisa disempurnakan dan digunakan oleh petani lain yang saat ini masih menggunakan alat tradisional," ungkap Nabil.

Nabil menjelaskan dengan bimbingan dosen agribisnis Oki Wijaya yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapat Teknologi (PKM-T) UMY proses pembuatan Bangker Pintar dilakukan selama 3 minggu. Alat tersebut secara resmi dihibahkan untuk Kelompok Budidaya Jamur Gamol pada Selasa, 18 Juni 2019.

"Dengan menggunakan Bangker Pintar biaya pasteurisasi yang sebelumnya 300 ribu rupiah dapat diperkecil menjadi hanya 146 ribu rupiah," katanya.

Suparman selaku ketua kelompok Budidaya Jamur Gamol merasa senang karena setelah adanya alat tersebut biaya pasteurisasi semakin rendah dan risiko kegagalan semakin kecil sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar.

"Di samping itu, hasil dari Bangker Pintar yang diperoleh juga meningkat, yang semula hanya 160 kg dapat meningkat menjadi 332,5 kg dan keuntungan produksi meningkat 4 kali lipat dari Rp607.500 per musim tanam menjadi 2.695.000 per musim tanam," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya