Keturunan Pakubuwono IV Nilai Keraton Jipang Bukan Kerajaan

Keabsahan sebuah kerajaan itu adalah bila memiliki wilayah, memiliki kawula (rakyat), abdi dalem (rakyat yang bekerja di kerajaan), sentana darah dalem (keturunan kerajaan), dan raja

oleh Ahmad Adirin diperbarui 19 Jan 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2020, 08:00 WIB
RM. Pramayudha Nugraha, R. Priyo Nugroho, KRMP. Edwin Putrakusumo, dan RM. Oky Poerwonegoro saat mengikuti Kirab Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. (Foto: Liputan6.com/ Edwin/ Ahmad Adirin)
RM. Pramayudha Nugraha, R. Priyo Nugroho, KRMP. Edwin Putrakusumo, dan RM. Oky Poerwonegoro saat mengikuti Kirab Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. (Foto: Liputan6.com/ Edwin/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Munculnya kerajaan-kerajaan baru di Jawa Tengah disorot oleh berbagai pihak. Salah satunya, Kandjeng Raden Mas Panji (KRMP) Edwin Putra Kusuma, keturunan dari Paku Buwono IV.

Pria yang trah Kasunanan Surakarta ini mengaku geram terkait munculnya kerajaan yang tak didukung bukti otentik. Dia menilai keberadaan adanya kerajaan-kerajaan saat ini bukan lah kerajaan jelmaan atau kerajaan baru.

Bahkan dia menduga ada pula yang mendirikan kerajaan hanya sebagai kedok untuk menipu. Sebab, keberadaan kerajaan dianggap sah apabila didukung fata historis, baik de facto maupun de jure.

"Sah yang bagaimana? Sang yang dahulunya merupakan terusan yang sah sesuai dinasti sebelumnya," kata Edwin saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (18/1/2020).

Dia menyebut, keabsahan sebuah kerajaan itu adalah bila memiliki wilayah, memiliki kawula (rakyat), abdi dalem (rakyat yang bekerja di kerajaan), sentana darah dalem (keturunan kerajaan), dan raja.

"Serta pastinya memiliki badan-badan kerajaan seperti Pengageng Parentah Keraton, Pengageng Kasentanan dan Pengageng Keputren," ucapnya.

Edwin menjelaskan, disebut kerajaan adalah jika secara sah terlantik secara turun temurun seperti Kerajaan Singasari secara sah runtuh, diteruskan Kerajaan Dhaha, kemudian dilanjutkan kekuasaannya oleh Kerajaan Majapahit, yang kemudian setelah Majapahit runtuh dilanjutkan Kerajaan Demak Bintara.

Menyoal Kadipaten Jipang

Gusti Pangeran Raja Adipati Arya Jipang II, Barik Barliyan (Foto: Liputan6.com/Barik Barliyan/Ahmad Adirin)
Gusti Pangeran Raja Adipati Arya Jipang II, Barik Barliyan (Foto: Liputan6.com/Barik Barliyan/Ahmad Adirin)

"Kerajaan Demak Bintara kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang, yang dilanjutkan Panembahan Senapati dengan Kasultanan Mataram Islam," dia mengungkapkan.

Edwin menjelaskan, Mataram Islam dulu terpecah menjadi dua karaton dan dua kadipaten, yaitu Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Kadipaten Mangkunagaran dan Kadipaten Paku Alaman.

"Sudah jelas bahwa Dinasti tersebut sah baik de facto dan de jure. Bagaimana dengan kerajaan-kerajaan baru yang saat ini sedang viral, dengan adanya yang mengaku sebagai Kerajaan Kasultanan Demak di saat ini?," dia balik bertanya.

Terkait Kerajaan Jipang, Edwin menjelaskan, setelah Majapahit runtuh pada abad ke-15 kemudian munculah kerajaan Islam di Demak oleh Raden Patah. Kemudian, dilanjutkan Kerajaan Pajang oleh Joko Tingkir alias Mas Karebet (Sultan Hadiwijaya).

Lantas,Kesultanan Demak dilanjutkan Kerajaan atau Kesultanan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati karena jasanya membunuh Arya Penangsang, Adipati Jipang.

"Maka disimpulkan dengan kedudukan Arya Penangsang sebagai Adipati Jipang, Jipang adalah kadipaten seperti halnya Kadipaten Pesantenan di Pati. Jadi Jipang saat ini bukanlah Kerajaan lagi," dia menegaskan.

Edwin mengemukakan, Kerajaan Demak Bintara telah runtuh dan diteruskan Kerajaan Pajang. Karenanya, tidak ada lagi kekuasaan baginya.

250 Kerajaan di Indonesia

Acara Kirab Kadipaten Mangkunagaran Surakarta Hadiningrat (Foto: Liputan6.com/ Edwin/ Ahmad Adirin)
Acara Kirab Kadipaten Mangkunagaran Surakarta Hadiningrat (Foto: Liputan6.com/ Edwin/ Ahmad Adirin)

"Ketika ada statement Sultan Demak yang baru saja dilantik di Aceh yang bernama Sri Sultan Surya Alam Joyokusuma sebagai penerus kekuasaan Demak Bintara itu tidak benar statusnya. Sudah runtuh di abad 15 an, tidak ada penerusnya, kenapa bisa ada penerusnya di abad 20 ini," dia mengungkapkan.

Sebagai salah satu keturunan Karaton Kasunanan Surakarta, Edwin mengaku geram dengan kemunculan Kerajaan-Kerajaan baru saat ini. Salah satunya, Keraton Agung Sejagat yang dinilainya merupakan penyesatan sejarah.

"Mungkin mereka ini (Kerajaan Keraton Jipang, Kerajaan Agung Sejagat dan Kerajaan Demak) bermaksud melestarikan budaya, hal tersebut baik. Namun jangan mengaku sebagai raja, sultan atau pun sunan. Itu Berat, karena keabsahan Kerajaan di Indonesia ini tercatat," dia menjelaskan.

Kerajaan yang tercatat dalam Persidangan BPUPKI yang pernah ada di nusantara, menurut Edwin terdapat 250 kerajaan. Namun, kata dia, bukanlah Kerajaan baru yang muncul baru-baru ini.

"Uri-uri (melestarikan) adat budaya yang sudah ada dan resmi tanpa pengakuan menjadi Raja Baru itu membuat geram banyak pihak. Saya harap kita lebih selektif untuk mempelajari budaya Nusantara ini," kata Edwin.

Sebelumnya, Wakil Bupati Blora, Arief Rohman menyatakan Pemkab mendukung keberadaan Keraton Jipang sebagai kerajaan baru apabila dikehendaki masyarakat. Meski pun, kegiatan keraton tersebut hanya pada saat-saat tertentu.

"Kegiatan mereka (Keraton Jipang) itu temporer. Apabila dikehendaki masyarakat, kami mendukung," kata Arief.

Menurutnya, wajar apabila Keraton Jipang jadi banyak yang mempertanyakan. Dan ia juga mengaku mengetahui keberadaan Keraton Jipang usai gelaran kirab budaya.

"Dulu Keraton Jipang buat acara festival terus kirab budaya. Mereka memperkenalkan bahwa dulu di Desa Jipang itu pusat Kerajaan Jipang," dia menerangkan.

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya