Antisipasi Potensi Gempa Magnitudo 8,7 dan Tsunami Jatim ala Peneliti UGM

Peneliti gempa UGM akan memasang Early Warning System di Pulau Jawa untuk memprediksi terjadinya tsunami.

oleh Yanuar H diperbarui 12 Jun 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2021, 18:00 WIB
Syukurlah, BMKG Cabut Status Potensi Tsunami dari Gempa Mentawai
Ilustrasi gempa | Via: liputan6.com

Liputan6.com, Yogyakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan skenario terburuk gempa bumi dan tsunami di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Diprediksi akan terjadi gempa magnitudo 8,7 dan potensi tsunami bisa setinggi 30 meter.

Peneliti gempa dari UGM Sunarno melakukan langkah antisipasi dengan memasang sepuluh stasiun pemantau gempa di sepanjang pesisir pulau Jawa untuk memprediksi gempa tiga hari sebelum kejadian sehingga bisa dilakukan mitigasi bencana.

"Saat ini kami sedang membuat sekitar sepuluh modul stasiun pemantau EWS Gempa, yang akan kami pasang sepanjang pulau Jawa sisi Selatan, untuk pengembangan algoritma triangulasi pusat gempa," kata Sunarno, Senin  7 Juni 2021.

Sunarno mengatakan alat EWS yang dipasang ini selain bisa memprediksi kejadian gempa, tetapi juga dapat memperhitungkan prediksi lokasi pusat gempa. 

"Dapat memprediksi 3 hari sebelum gempa dan juga dapat memperhitungkan pusat gempa yang akan terjadi," ujarnya.

Namun, Sunarno menjelaskan alat EWS ini masih dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan teknologi. Selain itu, pihaknya juga tengah mengembangkan algoritma penentuan pusat gempa yang akan terjadi. 

"Setiap stasiun EWS yang kami pasang tetap mengukur setiap 5 menit perubahan permukaan air sumur dan paparan gas Radon alam yang akan dibaca EWS kami," ungkapnya.

Ia mengatakan saat ini kepekaan alat EWS gempa tersebut hanya dapat memonitor kejadian gempa di atas 4,5 SR di antara Aceh hingga NTT untuk lempengan Indo-Australia. Namun, untuk dapat memantau di daerah dengan lempengan lain, maka harus dipasang stasiun EWS di lempengan yang akan dipantau.

Seperti diketahui, EWS ini tersusun dari sejumlah komponen seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengondisi sinyal, pengontrol, penyimpan data, sumber daya listrik. Lalu, memanfaatkan teknologi Internet of Thing (IoT) di dalamnya. 

Mekanisme kerja alat ini dalam memprediksi gempa berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi. Apabila akan terjadi gempa di lempengan, akan muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah meningkat secara signifikan. Demikian juga permukaan air tanah naik turun secara signifikan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya