Dinkes Blora Imbau Warga Waspada Penyebaran Penyakit Usai Banjir

Dinas Kesehatan Kabupaten Blora mengimbau warga akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan usai banjir.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 14 Des 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2022, 01:00 WIB
Dinkes Blora
Bakti sosial Dinas Kesehatan Blora. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Dinas Kesehatan Kabupaten Blora mengimbau warga akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan usai banjir. Ini sebagai antisipasi penyebaran sejumlah penyakit yang bisa menyerang masyarakat.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Wilys Yuniarti mengatakan, usai banjir ancaman yang datang kemudian adalah masalah kesehatan. Mulai dari genangan air yang digunakan untuk sarang nyamuk aides aigepty, yang membawa virus dengue melalui gigitan nyamuk aides atau nyamuk demam berdarah.

"Jadi mesti jaga kebersihan lingkungan," ujarnya drg Wilys kepada Liputan6.com, Selasa (13/12/2022)

Untuk mengantisipasi nyamuk demam berdarah, upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan pola 3 M (menguras, menutup, mengubur barang bekas). Tepatnya membersihkan air sisa-sisa banjir yang menjadi media pengembangbiakan nyamuk harus dibersihkan.

"Kelihatannya sederhana, tetapi cara ini ampuh," tegasnya.

Selain itu, lanjut Wilys, penyakit lain yang bisa timbul usai terjadi banjir adalah leptospirosis yang terdapat pada kencing tikus. Prosesnya, hal ini terjadi karena kontaminasi urine tikus yang terbawa air banjir. Lalu, tanpa sengaja masuk ke tubuh manusia melalui luka yang terbuka.

"Jadi, lanjutnya, seseorang dapat terserang leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut. Bisa juga kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi," ujarnya.

Menurut drg Wilys, leptospirosis memiliki gejala yang mirip dengan penyakit flu. Hanya saja, jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.

"Jadi mesti hati-hati atas jika merasakan gejala ini," paparnya.

Namun, sampai saat ini belum ada kasus leptospirosis atau kencing tikus, pasca-banjir. Seperti yang terjadi di wiayah kerja UPTD Puskesmas Cepu, diakibatkan karena banjir atau karena faktor lainnya.

"Untuk sementara belum ada laporan masuk kasus leptospirosis yang kita terima pasca banjir," jelasnya.

Selain itu, usai banjir juga kerap memunculkan penyakit seperti diare dan sejenisnya. Itu terjadi karena ada kontaminasi bakteri Escherishial coli (E-Coli) atau bakteri E, muncul dari septick tank dan kemudian mencemari sumur.

Jadi, E-Coli adalah sejenis bakteri yang umum ditemukan di dalam usus manusia yang sehat. Bakteri ini terdapat beberapa jenis dan kebanyakan dari bakteri ini tidak berbahaya.

"Tapi sebagian di antaranya bisa menyebabkan keracunan makanan dan infeksi yang cukup serius. Jangan remehkan," himbau drg Wilys.

Jadi, tambahnya, pasca banjir, mesti hati-hati di daerah perkampungan padat penduduk.

"Prinsipnya jaga kebersihan," tambahnya.

 


Persoalan Sampah

Yang tidak kalah penting, lanjut drg Wilys, adalah pengelolaan sampah. Karena sampah yang menumpuk akibat banjir, jika tidak segera ditangani bisa menimbulkan paparan penyakit. Tentu saja butuh kesadaran masyarakat dalam penanganan tumpukan sampah sisa banjir.

"Butuh kesadaran, butuh kerja social untuk jaga kesehatan di masyarakat," pesannya.

Lebih lanjut, drg Wilys juga menyampaikan bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Blora beberapa waktu lalu, turut berpartisipasi memberikan bingkisan untuk warga Jepon yang terimbas banjir.

Seperti diketahui, banjir sempat menggenangi sejumlah perkampungan di Blora. Seperti perkampungan padat penduduk di Kecamatan Cepu, tepatnya Kampung Ngareng, Balun dan lainnya. Banjir juga menerjang Pasar Kecamatan Jepon dan sekitarnya, serta di Kecamatan Todanan dan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya