Mengenal Langga, Seni Bela Diri Masyarakat Gorontalo

Langga juga merupakan tradisi berupa bela diri yang di dalamnya terdapat ritual untuk memberikan kekuatan kepada pemain langga.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 22 Des 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 00:00 WIB
Melakukan Bela Diri
Ilustrasi Bela Diri Credit: pexels.com/Vero

Liputan6.com, Gorontalo - Langga merupakan seni bela diri tradisional masyarakat Gorontalo. Seni bela diri ini tidak digunakan untuk membunuh, melainkan menjaga diri dan melumpuhkan lawan.

Kesenian bela diri ini merupakan sebuah kekuatan yang diperoleh untuk mempertahankan diri, membela diri, tidak bersifat agresif, dan tidak dimaksudkan untuk menguasai sesuatu yang diinginkan. Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, meski banyak terdapat seni bela diri, tetapi langga memiliki gerakan yang lebih kuat dan tangkas.

Langga juga merupakan tradisi berupa bela diri yang di dalamnya terdapat ritual untuk memberikan kekuatan kepada pemain langga. Ritual tersebut dilakukan melalui pemanggilan lati dengan berbagai perlengkapan ritual, seperti polutube, kemenyan, uang koin, pisau dengan gagang terlilit kain merah, ayam, dan tiga helai kain (hitam, putih, dan merah).

Tradisi langga dilaksanakan melalui proses 'hepasialo lo lati lo malu’o', yakni menyatukan lati ayam dengan pemain langga. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kekuatan bela diri yang diyakini masyarakat Gorontalo.

Masyarakat setempat percaya kesenian ini diperkenalkan oleh Ju Panggola. Dalam bahasa Gorontalo, Ju Panggola berarti orang tua, yakni seorang Awuliya yang memperluas agama Islam di Gorontalo pada abad ke-16.

Ju Panggola diyakini mempunyai kesaktian karena mampu menghilang dan muncul ketika Gorontalo dalam keadaan darurat. Ju Ponggala selalu tampil dengan jenggot panjang dan jubah putih.

Ju Panggola mengajarkan ilmu bela diri, khususnya kepada para prajurit kerajaan yang disebut majulu yang dipimpin apitalau. Langga kemudian berkembang setelah penduduk tertarik dengan bela diri.

Ju Panggola mengajarkan beladiri langga dengan cara meneteskan air pada mata murid-muridnya.  Setelah itu, sang murid akan menguasai ilmu bela diri tersebut.

Adapun pewarisan langga di Gorontalo tidak harus mengikuti garis keturunan keluarga, melainkan lebih bersifat menyeluruh. Namun, pewaris sebaiknya masih berketurunan Gorontalo.

Terdapat dua jenis langga, yaitu langga khusus dan langga undangan. Langga khusus merupakan jenis langga yang dilaksanakan kelompok masyarakat kecil (desa ataupun kecamatan) yang dilakukan sebagai hiburan atau presentasi estetis.

Pertarungan langga jenis ini juga dilakukan oleh orang-orang yang ada di tempat tersebut. Sementara itu, langga undangan adalah langga yang dilakukan masyarakat besar.

Langga undangan umumnya diikuti oleh beberapa tamo langga yang ada di setiap wilayah Kabupaten ataupun Kota Gorontalo. Langga jenis ini ditampilkan kepada para tamu besar.

Saat ini, seni beladiri langga sudah mulai ditinggalkan masyarakat Gorontalo. Para generasi muda kurang tertarik untuk mempelajari beladiri langga karena lebih tertarik mempelajari karate atau bela diri lainnya.

Sebaliknya, para pendekar langga pun sudah lanjut usia. Namun, beberapa usaha untuk melestarikan beladiri langga telah dilakukan, salah satunya dengan mengukuhkan sejumlah pengurus harian lembaga perguruan seni beladiri tradisional langga di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Pengukuhan tersebut dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya