Liputan6.com, Jambi - Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Ika Ningtyas mengatakan, perguruan tinggi khususnya yang memiliki program studi jurnalistik harus mampu mengikuti perkembangan tren jurnalisme era digital dan multi-platform. Hal ini untuk menjawab kebutuhan publik di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan banjirnya informasi. Â
Saat ini, menurut Ika, kampus di daerah yang memiliki program studi jurnalistik belum sepenuhnya mengikuti tren perkembangan jurnalisme era digital. Sehingga jika kampus tidak meningkatkan kapasitasnya dan tidak berinovasi akan ditinggalkan mahasiswa. Dampaknya lulusan jurnalistik akan sulit bersaing.
Baca Juga
"AJI yang selama ini bekerja dengan isu-isu pengembangan tren jurnalisme terbaru. Fokusnya seperti jurnalisme data dan pengembangan literasi digital. Dua hal ini sudah ada modulnya, dan ini bisa digunakan oleh kawan-kawan akademisi," kata Ika Ningtyas usai menandatangani kerjasama antara AJI Indonesia, AJI Jambi, dan Prodi PBSI FKIP Universitas Jambi di Aula Laboratorium FKIP Unja, Rabu (15/3/2023).
Advertisement
Kerja sama antara AJI Indonesia, AJI Jambi, dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra (PS-PBSI) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) ditandai melalui penandatanganan kesepakatan. Usai penandatanganan kesepakatan, kemudian dilanjutkan dengan workshop yang diisi langsung oleh Ika Ningtyas dan Ramond EPU selaku Wakorwil AJI Wilayah Sumatera.
Dalam workshop yang membahas tren jurnalisme era digital ini diikuti oleh 90-an mahasiswa dari program studi.Â
Sebagai organisasi profesi yang intens pada fokus kebebasan berekspresi dan pengembangan kapasitas jurnalis anggotanya, AJI merasa perlu membantu perguruan tinggi, khususnya kampus yang memiliki program studi jurnalistik supaya dapat mengikuti tren jurnalisme kekinian yang dibutuhkan publik.Â
Meski perubahan ekosistem media dan jurnalis telah berubah, tetapi harus dibarengi dengan etika jurnalistik. Jangan sampai perubahan ekosistem media dan jurnalis ini membuat publik kehilangan sumber informasi yang terpercaya.
Selain dengan Universitas Jambi yang baru saja menandatangani kesepakatan, AJI Indonesia juga telah menjalin kerjasama dengan 20 kampus yang tersebar di berbagai wilayah. Â
AJI memiliki jurnalis yang sudah berpengalaman dan berkompetensi di bidangnya masing-masing. Jurnalis yang tergabung di AJI memiliki cara pengajaran dan praktik-praktik terbaik agar dapat membantu program belajar dengan mudah.
Jalin Kerja Sama Pengembangan Kurikulum MBKM Jurnalisme Digital
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, AJI Jambi, dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi menjalin kerjasama mengembangkan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di bidang jurnalisme era digital.Â
Penandatangan perjanjian kerjasama untuk bidang pengembangan kurikulum jurnalistik di era digital itu, dilakukan Sekretaris Jenderal AJI Indonesia Ika Ningtyas, Ketua AJI Jambi Ahmad Riki, dan Ketua Prodi PBSI Drs Imam Suwardi M.Pd. Perjanjian ini turut disaksikan Wakil Dekan I FKIP Universitas Jambi Delita Sartika S.S., MA., Ph.D.Â
Dalam perjanjian kerjasama ini AJI Indonesia akan berkontribusi dalam pengembangan kurikulum bidang jurnalistik, khususnya tren jurnalisme di era digital. AJI Indonesia juga akan membantu kampus, khususnya yang memiliki studi jurnalistik agar dapat menyesuaikan tren jurnalisme terbaru. Begitupula untuk peningkatan kapasitas dosen pengampu jurnalistik.
AJI Indonesia akan menyediakan sumber daya anggotanya yang ahli di bidangnya. Selain itu, AJI Indonesia akan membantu menyusun kurikulum jurnalistik.Â
Kurikulum ini akan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dalam konteks pengembangan jurnalisme era baru di tengah terbukanya akses informasi dan beralih ke dunia digital yang multi-platform seperti: jurnalisme digital, lingkungan, audio visual, data, dan cek fakta.
Sementara itu, AJI Jambi akan berkontribusi dalam konteks kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Para mahasiswa yang berasal dari Prodi PBSI akan belajar bersama dan praktik langsung dengan para anggota AJI selama satu semester penuh.
"Kami sangat senang bisa bekerjasama dengan AJI. Jadi nanti mahasiswa akan belajar di AJI untuk MBKM ini sebanyak 20 SKS," kata Ketua Prodi PBSI FKIP Universitas Jambi Imam Suwardi.
Jurnalistik di program studi yang dipimpinnya selama ini kata Imam, masih segmen minat khusus. Kini pun program jurnalistik saat ini masih standar dan konvensional.
"Sekarang jurnalisme eranya sudah berbeda yang sudah banyak tahapannya. Jadi kami berharap melalui kerjasama dengan AJI ini bisa memberikan input dan output tentang tren jurnalisme sekarang ini yang sudah masuk ke era digital," ujar Imam.
Wakil Dekan I FKIP Universitas Jambi Delita Sartika mengaku sangat bersemangat dan senang dengan penandatanganan perjanjian kerjasama antara AJI dan UNJA. Apalagi selain kerjasama juga digelar workshop kurikulum MBKM Keterampilan Jurnalistik.Â
"Jurnalistik ini sangat dekat dengan keseharian kita, apalagi saat ini akses informasi semakin tinggi. Saya yakin media masih mempunyai kekuatan," kata Delita.
Dia merasakan betul saat ini model media sudah beralih. Jika dulu media massa didominasi cetak, kini sudah beralih ke era digital dan multi-platform. Sehingga, keterampilan atau kurikulum jurnalistik di dunia kampus harus mampu mengikuti perkembangannya.
"Kehidupan kampus sangat dekat sekali dengan jurnalistik, tidak hanya Prodi Bahasa Indonesia saja.Â
Platform kampus merdeka di seluruh bidang punya kebutuhan untuk bahasa populer dan menarasikan bahasa," ujar Delita.
"Jadi beruntung ini mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia bisa ikut program MBKM yang bekerjasama dengan AJI ini," sambung Delita.
Sementara itu, Ketua AJI Jambi Ahmad Riki mengaku bangga bisa bekerjasama dengan UNJA. Setelah kerjasama ini AJI Jambi akan menyiapkan sumber daya anggotanya untuk bisa berkontribusi meningkatkan tren jurnalisme era digital.
Menurut Riki, kerjasama ini dilatari oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat. Kondisi tersebut turut mempengaruhi tren jurnalsime di tengah banjirnya informasi sekarang ini. Seiring dengan perkembangan teknologi dan digital saat ini, celakanya tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalis untuk meningkatkan kapasitasnya.Â
Riki mengapresiasi langkah UNJA untuk mengembangkan tren jurnalis masa kini. Meski jurnalistik di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia masih menjadi studi minat khusus, namun langkah yang dilakukan UNJA adalah untuk menjawab tantangan jurnalisme dan memenuhi kebutuhan publik.
"Kita berharap nanti melalui kerjasama ini bisa menghasilkan jurnalis-jurnalis dari UNJA yang mampu mengikuti tren jurnalisme dan bisa menjawab kebutuhan publik dengan tidak menanggalkan etika jurnalismenya," ujar Riki.
Â
Advertisement