Liputan6.com, Gorontalo - Sudah menjadi tradisi, setiap hari ke 7 bulan Syawal warga Gorontalo merayakan lebaran ketupat. Meski begitu, perayaan lebaran ketupat tersebut bukan merupakan tradisi orang Gorontalo asli.
Dulu, perayaan lebaran ketupat di Gorontalo pertama kali digelar oleh masyarakat transmigran keturunan Jawa-Tondano (Jaton) tahun 1909. Kebanyakan dari mereka merupakan transmigran dari Minahasa, Sulawesi Utara yang tersebar di Kabupaten Gorontalo.
Advertisement
Baca Juga
Dalam tradisi ini, sebelum merayakan Lebaran Ketupat, masyarakat Jaton akan berpuasa sunnah Syawal selama enam hari setelah Idul Fitri. Puncaknya, mereka akan membawa makanan ke masjid untuk didoakan, lalu dimakan bersama. Ada juga acara silaturahmi dengan masyarakat sekitar.
Biasanya warga jaton akan menyiapkan makanan gratis bagi warga di sepanjang jalan Yosonegoro, Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.
Makanan tersebut akan disiapkan oleh masing-masing rumah. Setiap pengunjung bisa mampir untuk makan di lokasi tersebut.
"Biasanya lokasi di simpang tiga Yosonegoro. Bagi warga yang melintas atau sedang bepergian merayakan lebaran ketupat untuk mampir dan menikmati makanan yang disiapkan," Zais Musa warga sekitar.
Selain beragam makanan khas lebaran, acara tersebut juga biasanya dimeriahkan dengan hiburan rakyat dan beragam hadiah menarik. Ia mengaku lebaran ketupat kali ini lebih meriah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Ini kan tradisi tiap tahun dan kami lihat masyarakat banyak antusias untuk merayakannya. Kami ingin larut dalam kegembiraan dan perayaan itu," tuturnya.
Simak juga video pilihan berikut:
Meski Tak Saling Mengenal
Sementara itu, Ary Harun mengungkapkan, saat Lebaran Ketupat beragam hiburan sudah disiapkan oleh warga jaton. Tidak ketinggalan yakni lomba pacuan kuda dan karapan sapi yang rutin digelar setiap perayaan ketupat di Yosonegoro.
"Pacuan kuda dan karapan sapi digelar sejak siang hari. Sengaja kami memilih simpang tiga Yosonegoro untuk jamuan makan karena berdekatan dengan lapangan golf sebagai lokasi pacuan kuda. Jadi sambil menikmati hiburan masyarakat bisa menikmati makanan gratis," kata Ary
Tradisi yang dipusatkan di "kampung jawa" Desa Yosonegoro Kecamatan Limboto Barat ini dilakukan dengan cara menyediakan makanan bagi siapa saja yang ingin bertamu.
Meski tidak saling mengenal dan tanpa hubungan kekeluargaan, masyarakat dari berbagai daerah bebas untuk bertamu, makan bahkan membawa oleh oleh berupa dodol dan nasi bulu yang terbiat dari beras ketan yang dikukus di dalam bambu.
Belakangan tradisi menjamu tamu ini sudah digelar di banyak tempat dan tidak lagi di dominasi oleh warga Jaton namun juga warga Gorontalo sendiri.
Advertisement