Liputan6.com, Yogyakarta - Skena menjadi salah satu istilah viral di media sosial belakangan ini. Istilah gaul ini merupakan singkatan dari tiga kata yaitu Sua, cengKErama, kelaNA.
Skena adalah perkumpulan kolektif yang bisa menciptakan suasana untuk bercengkerama sampai berkelana bersama saat berkumpul. Misalnya ketika perkumpulan tersebut merupakan penggemar musik punk, maka mereka dapat disebut dengan Skena Punk.
Sebenarnya, istilah gaul ini tidak merujuk pada hal-hal yang buruk. Perkumpulan kolektif tersebut tentu dapat meningkatkan pengetahuan akan dunia musik.
Advertisement
Baca Juga
Sayangnya, kini skena memiliki intonasi negatif di media sosial. Skena malah dianggap sebagai perkumpulan penggemar musik yang malah memiliki budaya kritik-mengkirik di kalangan penikmat musik lainnya.
Dalam beberapa tahun belakangan, musik yang dianggap ‘indie’ dianggap keren oleh masyarakat. Istilahnya, mereka yang mendengar musik ini adalah yang paling keren di tongkrongan karena mendengarkan musik yang bisa disebut tidak pasaran.
Hal ini pun merambah ke dunia media sosial. Banyak pembahasan yang seolah mendewakan musik indie dan menjadikan musik pop populer adalah pilihan yang ‘biasa’ dan ‘kurang keren’.
Mereka yang merasa ‘si paling’ mengerti tentang musik pun disebut dengan polisi skena. Dinamakan polisi karena mereka seolah kerap ‘mengawasi’ pembicaraan tentang musik di media sosial.
Bahkan para polisi skena ini seolah memberi teguran ketika musik yang dibicarakan tidak sesuai dengan definisi ‘musik keren’ menurut mereka. Tak jarang, para Polisi Skena juga mengomentari selera, cara menikmati, hingga pengetahuan tentang musik di media sosial.
Tentunya hal ini membuat geram para warganet di media sosial. Hal ini berujung pada viralnya istilah gaul skena saat ini.