Kue Apangi, Kuliner Tradisional Gorontalo yang Sarat Makna dan Filosofi

Meski terlihat sederhana, kue ini menjadi salah satu oleh-oleh khas yang banyak dicari wisatawan yang berkunjung ke Gorontalo. Terbuat dari tepung terigu dan gula aren cair

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 13 Nov 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 03:00 WIB
Kue apangi khas Gorontalo
Kue apangi atau kue apem khas Gorontalo yang disajikan saat hari ayura. Foto:istimewa (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Provinsi Gorontalo, yang terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, tidak hanya dikenal dengan pesona alamnya yang menakjubkan, tetapi juga dengan kekayaan kuliner tradisional yang memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kuliner yang menarik perhatian adalah kue apangi atau orang jawa mengenalnya kue apem.

Meski terlihat sederhana, kue ini menjadi salah satu oleh-oleh khas yang banyak dicari wisatawan yang berkunjung ke Gorontalo. Terbuat dari tepung terigu dan gula aren cair, kue apangi memiliki cita rasa manis yang begitu khas, hingga menjadikannya favorit di berbagai di Gorontalo.

Kue apangi memiliki tampilan yang sederhana, namun di balik itu semua, kue ini menyimpan makna yang dalam bagi masyarakat setempat. Dalam setiap lapisan dan warnanya, ada simbolisme yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Gorontalo.

Warna putih pada kue ini, misalnya, diartikan sebagai lambang kesucian, sementara warna merah yang dihasilkan oleh gula aren menggambarkan keberanian dan pengorbanan.

Makna yang terkandung dalam kue apangi ini menjadikannya lebih dari sekadar camilan manis, melainkan sebuah simbol yang mempererat hubungan sosial dan kekeluargaan.

Ferdi Demolawa, seorang pemuda Gorontalo yang akrab dengan tradisi kuliner setempat, menjelaskan bahwa kue apangi bukanlah sekadar makanan biasa.

"Kue apangi sudah lama menjadi bagian dari berbagai acara besar, mulai dari perayaan hari besar, pesta pernikahan, hingga acara adat lainnya. Ini bukan hanya soal makanan, tapi soal simbol kebersamaan dan kekeluargaan," ungkap Ferdi.

Menurutnya, kue apangi berperan penting dalam menciptakan suasana akrab dan saling menghormati antara tuan rumah dan tamu yang datang. Lebih lanjut, Ferdi bilang bahwa kue apangi menjadi salah satu cara untuk mempererat tali persaudaraan di Gorontalo.

"Ketika tamu mencicipi kue apangi, mereka bukan hanya disuguhi makanan, tapi juga diajak merasakan kedekatan dan kehangatan yang ada dalam budaya Gorontalo. Ini menjadi jembatan pemersatu antar masyarakat, terlebih di dalam acara-acara adat yang sering kali melibatkan banyak orang," ujar Ferdi, yang mengaku bangga dengan kuliner khas daerahnya.

Perkembangan zaman membawa berbagai inovasi pada kuliner tradisional, termasuk kue apangi. Kini, kue apangi sudah mengalami berbagai modifikasi yang lebih sesuai dengan selera pasar modern.

Seiring dengan itu, gula aren yang dulu menjadi bahan utama pada kue ini, kini banyak digantikan dengan cokelat, bahkan ada pula yang berkreasi dengan menambahkan pewarna makanan untuk menciptakan variasi warna pada kue apangi.

"Ada pedagang yang sudah mengganti gula merah dengan cokelat, dan bahkan ada yang merubah warna sesuai dengan permintaan konsumen. Meski begitu, makna dan tradisi yang terkandung dalam kue apangi tetap terjaga," tambah Ferdi.

Meski mengalami banyak modifikasi, kue apangi tetap mempertahankan akar budaya dan tradisinya sebagai kuliner legendaris Gorontalo. Kue apangi tak hanya disajikan dalam perayaan besar, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Gorontalo.

"Kue ini menjadi simbol dari keramahtamahan, tradisi, dan kekeluargaan yang diwariskan turun-temurun," ujarnya.

Dengan segala kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya, kue apangi adalah salah satu contoh nyata dari bagaimana makanan tradisional tidak hanya berfungsi sebagai konsumsi, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan pesan moral dan filosofi.

Tak heran jika kue apangi menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner yang wajib dicicipi bagi siapa pun yang mengunjungi Gorontalo.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya