Bibit Siklon Samudra Hindia, Biang Kerok Angin Kencang yang Melanda Lampung

Kecepatan angin diperkirakan dapat mencapai 30 knot atau sekitar 55 km/jam

oleh Ardi Munthe diperbarui 04 Feb 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 13:00 WIB
Ilustrasi angin kencang (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi angin kencang (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Lampung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di Provinsi Lampung untuk mewaspadai potensi angin kencang yang mengalami peningkatan signifikan. Kecepatan angin diperkirakan dapat mencapai 30 knot atau sekitar 55 km/jam.

Berdasarkan data terbaru, wilayah yang mengalami peningkatan kecepatan angin tertinggi adalah Tanggamus, dengan kecepatan lebih dari 25 knot (46 km/jam). Fenomena ini terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang cukup ekstrem antara sistem tekanan tinggi di Siberia dan tekanan rendah di selatan Pulau Jawa.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Meteorologi Lampung, Rudi Harianto, menjelaskan bahwa kondisi angin kencang ini dipengaruhi oleh terbentuknya bibit siklon di Samudra Hindia, sebelah selatan Pulau Jawa dan barat daya Lampung.

Bibit siklon tersebut menarik massa udara dari belahan bumi utara dan menciptakan pola angin yang lebih kuat saat melintasi wilayah Lampung.

"Angin kencang ini dapat berdampak pada wilayah pesisir dan perairan dengan meningkatkan tinggi gelombang hingga 2-4 meter. Selain itu, kondisi ini juga bisa menurunkan kestabilan atmosfer," kata Rudi, Minggu (2/2/2025).

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bukan Puting Beliung

Selain berpengaruh pada perairan, angin kencang juga dapat menghambat pembentukan awan hujan. Dalam kondisi normal, uap air yang naik ke atmosfer akan mengalami kondensasi dan membentuk awan hujan. Namun, dengan kecepatan angin yang tinggi, proses ini menjadi kurang optimal, sehingga curah hujan berkurang.

Lebih lanjut, Rudi mengingatkan bahwa angin kencang ini dapat berdampak pada sektor pertanian, terutama tanaman yang rentan seperti padi dan hortikultura. Aktivitas penerbangan juga berisiko terganggu akibat turbulensi dan crosswind yang kuat, yang dapat mempengaruhi proses lepas landas serta pendaratan pesawat.

BMKG menegaskan bahwa fenomena angin kencang yang terjadi di Lampung saat ini berbeda dengan puting beliung.

"Angin kencang kali ini bukan berasal dari awan cumulonimbus seperti puting beliung, melainkan dipicu oleh perbedaan tekanan udara yang besar antara belahan bumi utara dan selatan," jelas Rudi.

BMKG memprediksi kondisi angin kencang ini akan berlangsung hingga awal Februari, seiring dengan pelemahan bibit siklon di Samudra Hindia. Melemahnya bibit siklon nantinya juga dapat memengaruhi pola angin dan pertumbuhan awan hujan di Lampung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya