Liputan6.com, Gorontalo - Burung kepodang (Oriolus chinensis) dikenal sebagai salah satu burung kicau dengan tampilan yang memikat. Warna kuning keemasan yang berpadu dengan hitam membuat burung dengan nama lokal Gorontalo Tunggulalahe ini kerap menjadi incaran para kolektor.
Tak hanya dari segi penampilan, kepodang juga memiliki suara merdu yang menjadikannya primadona di kalangan pecinta burung. Burung kepodang biasanya hidup di hutan tropis, tepi sungai, dan daerah dengan pepohonan lebat.
Advertisement
Baca Juga
Mereka adalah burung pemakan serangga, buah-buahan, dan biji-bijian yang membantu dalam penyebaran benih tanaman, sehingga memiliki peran penting dalam ekosistem.
Advertisement
Namun, meningkatnya perburuan liar membuat populasi burung kepodang semakin menurun, terutama di wilayah Sulawesi. Keberadaan burung ini kini semakin sulit ditemukan di habitat aslinya, yakni kawasan hutan. Bahkan, mendengar kicauannya saja kini menjadi hal yang langka.
Sahir, seorang warga desa yang dulu kerap mendengar kicauan burung kepodang, mengungkapkan bahwa populasi burung ini mengalami penurunan drastis.
"Dulu, setiap pagi kita bisa mendengar suara burung kepodang di hampir seluruh sudut desa. Sekarang, kicauannya sudah jarang terdengar akibat perburuan yang semakin marak," kata Sahir.
Menurut Sahir, di desanya burung kepodang memiliki kepercayaan tersendiri. Warna kuning keemasannya dianggap sebagai simbol jelmaan manusia yang tidak boleh diburu. Namun, seiring waktu, kepercayaan ini mulai luntur, dan burung kepodang kembali diburu untuk diperjualbelikan.
Ancaman terhadap populasi burung kepodang ini menambah daftar panjang spesies burung yang terancam punah akibat eksploitasi manusia.
Perlindungan terhadap burung kepodang kini menjadi perhatian penting bagi para pemerhati lingkungan dan pemerintah guna mencegah kepunahan spesies yang memiliki nilai ekologi tinggi ini.
Tentang Kepodang
Burung ini, memiliki ciri uatama yaitu bulu berwarna kuning keemasan dengan corak hitam di kepala. Paruh burung ini memanjang dan berwarna putih seperti gading dengan panjang badan mencapai 25 sentimeter dari paruh hingga ekornya.
Ketika masih muda memiliki warna bulu yang lebih gelap dan disebut sebagai kepodang batu. Bulu-bulu kepodang batu yang berwarna gelap akan rontok dan berganti menjadi bulu berwarna kuning yang semakin jelas dan terang saat dewasa.
Perubahan warna burung kepodang masih berlanjut hingga menjadi warna keemasan yang disebut sebagai kepodang emas. Ini muncul setelah burung tersebut berusia 1,5 tahun.
Burung kepodang emas memiliki bulu yang sangat indah, rapi, dan rajin membersihkan diri. Suara burung kepodang sangat nyaring mirip dengan suara seruling atau siulan. Selain itu, dia juga pandai sekali menirukan suara burung lain, seperti menirukan suara burung ciblek dan prenjak.