Pendapatan Viva Tumbuh 27 Persen

Pendapatan PT Visi Media Asia Tbk naik 27 persen menjadi Rp 2,68 triliun pada 2016.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mar 2017, 21:40 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 21:40 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), induk perusahaan PT Intermedia Capital Tbk mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,68 triliun atau tumbuh 27 persen pada 2016 dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 2,1 triliun.

Pertumbuhan pendapatan Visi Media sebesar 27 persen membuat perseroan optimistis dalam persaingan industri penyairan.

"Pertumbuhan pendapatan perseroan mencapai 27 persen lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan rata-rata industri 22 persen secara year on year (YoY)," jelas Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk Anindya Bakrie, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (30/3/2017).

Peningkatan pendapatan perseroan juga diikuti dengan kenaikan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Ebitda perseroan mencapai Rp 858 miliar atau tumbuh 37 persen secara YoY.

"Seiring peningkatan ebitda tersebut, marjin ebitda Perseroan tahun 2016 mencapai 32 persen dibandingkan periode 2015 yang mencapai 29,8 persen YoY. Kami akan berusaha terus meningkatkan marjin ebitda perseroan," tutur Anindya.

Kinerja perseroan juga ditopang dari kenaikan audience share selama 2016. Tercatat audiance share mencapai 15,8 pada Desember 2016.

"Pertumbuhan pendapatan perseroan, khususnya antv adalah buah dari penerapan strategi yang ditetapkan oleh manajemen antv pada akhir kuartal III 2016 yaitu mengubah fokus bidikan pemirsa menjadi wanita dan anak-anak. Sejak strategi ini diterapkan, antv secara konsisten meningkatkan tv sharenya sampai saat ini, melalui penyajian program unggulan. Diharapkan perseroan dan seluruh entitas anak dapat melanjutkan kinerja yang baik di masa yang akan mendatang," ujar Anindya.

Analis PT Bahana Securities Henry Wibowo menuturkan, pertumbuhan belanja iklan berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Misalkan pada kuartal III 2016, tv advertising expenditure (adex) tumbuh 5 persen secara year on year (YoY) lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kuartal II 2016 yang mencatatkan pertumbuhan 11 persen YoY.

Hal ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 dibandingkan dengan kuartal II periode tersebut. Menurut Henry, kinerja perusahaan media diprediksi pada 2017 masih baik.

Ia menuturkan, adex masih naik 10 persen. Dengan perusahaan media, terutama televisi, masih mendominasi belanja iklan dengan pertumbuhan positif. Di industri ini, belanja iklan setara 64 persen total adex, diikuti dengan media cetak 19 persen, online 12 persen, media luar ruang 3 persen dan radio sebesar 2 persen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya