Peringkat Utang China Terpangkas, Bursa Asia Melemah

Pelaku pasar fokus terhadap the Federal Reserve dan reaksi pasar terhadap peringkat utang China jangka panjang yang dipangkas.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Sep 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2017, 08:45 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham menjelang akhir pekan ini. Akan tetapi, ada peluang menguat didukung pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen. Sebelumnya indeks saham acuan ini sempat naik ke level tertinggi dalam 10 tahun pada perdagangan saham Selasa.

Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,15 persen. Indeks saham Australia menguat 0,1 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,7 persen.

"Sulit untuk menghadapi keputusan mengenai rencana the Federal Reserve hingga mulai mengurangi neraca keuangan. Pasar pun mengukur dampaknya," ujar Kota Hirayama, Ekonom Senior SMBC Nikko Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (22/9/2017).

Ia menambahkan, faktor fundamental terus mendukung pasar negara berkembang termasuk di kawasan Asia. Hal itu terjadi meski the Federal Reserve menunjukkan sikap yang menimbulkan ketidakpastian ke depan.

Selain itu, pasar juga fokus terhadap penurunan peringkat kredit China. Lembaga pemeringkat internasional S&P menurunkan peringkat utang jangka panjang pemerintah China. Ini meningkatkan risiko. Hal ini juga pengaruhi bursa saham Asia.

Sebelumnya di bursa saham AS, indeks saham S&P 500 susut 0,3 persen. Indeks saham Dow Jones tergelincir 0,25 persen dan indeks saham Nasdaq melemah 0,5 persen.

Di pasar uang, dolar Amerika Serikat stabil di kisaran 112,44 terhadap yen. Euro stagnan di kisaran US$ 1,19. Sedangkan posisi indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama di kisaran 92,16. Harga minyak Brent naik 0,1 persen ke posisi US$ 56,50 per barel usai sentuh level tertinggi dalam lima bulan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya