IHSG Punya Peluang Tembus Rekor Kembali

Pelaku pasar tengah menanti kepastian terkait kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed)

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 06 Nov 2017, 06:16 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2017, 06:16 WIB
Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi mendatar pada perdagangan saham sepekan. Sentimen dalam dan luar negeri mempengaruhi laju IHSG.

Analis PT Recapital Sekuritas Kiswoyo Adi Joe mengatakan, dari dalam negeri laju IHSG akan dipengaruhi data pertumbuhan ekonomi kuartal III.

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,01 hingga 5,05 persen. "Menunggu data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (6/11/2017).

Dari global, pelaku pasar tengah menanti kepastian terkait kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).

"The Fed belum ada keputusan kapan naikan suku bunga," ujar dia.

Dia memperkirakan IHSG bergerak pada support 5.900. Kemudian resistance pada level 6.100.

Saham rekomendasi Kiswoyo yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI), PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk (IKNP).

Sementara, Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, IHSG berpeluang kembali tembus rekor. Laju IHSG dipengaruhi oleh data pertumbuhan ekonomi yang positif di kisaran 5,1 persen.

"Sehingga di perkirakan pekan depan IHSG akan kembali bergerak mencoba mencetak rekor tertinggi lagi melihat optimisnya perkiraan pertumbuhan ekonomi meskipun secara teknikal cukup rentan akan koreksi jangka pendek, "jelas dia.

Dia memperkirakan IHSG pada level support 5.996 dan resistance 6.084. Saham pilihan Lanjar yakni PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Prediksi IHSG sampai Akhir Tahun

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya menembus level 6.000 tertinggi dalam sejarah pasar saham Indonesia. Hingga akhir 2017, analis prediksi IHSG masih dapat bertahan di level 6.000-6.300.

Pada 25 Oktober 2017, IHSG mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah di level 6.025. Kapitalisasi pasar saham tercatat Rp 6.666 triliun. Dengan IHSG menguat 1,23 persen pada 25 Oktober  mendorong pertumbuhan kinerja 13,76 persen sepanjang 2017.

Transaksi harian investor domestik makin mendominasi. Tercatat transaksi harian investor domestik mencapai Rp 899 triliun atau 64 persen dari total perdagangan. Sedangkan investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 17,88 triliun sepanjang 2017.

Sejumlah analis menilai, IHSG mampu tembus level 6.000 ditopang dari rilis kinerja keuangan perusahaan kuartal III 2017 yang menunjukkan pertumbuhan. Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga menyetujui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Pemerintah menganggarakan penerimaan Rp 1.894,7 triliun dan belanja negara Rp 2.220,6 triliun.

"IHSG didorong kinerja emiten kuartal III 2017. Apalagi sekarang musim laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan bagus-bagus terutama bank. Sektor lain juga positif," kata Plt Kepala Riset PT Bahana Sekuritas Henry Wibowo saat dihubungi Liputan6.com. Kinerja keuangan emiten bank antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) membukukan laba bersih tumbuh 25,4 persen menjadi Rp 15,1 triliun hingga kuartal III 2017.

Selain itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) membukukan laba bersih naik 24 persen menjadi Rp 2 triliun pada kuartal III 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,62 triliun.

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencetak laba bersih tumbuh 31,6 persen menjadi Rp 10,16 triliun pada kuartal III 2017.

Henry menuturkan, saat ini pelaku usaha juga kembali fokus menjalankan bisnis usai pemilihan kepala daerah Jakarta. Ini juga diharapkan dapat menjadi katalis positif. "Ketegangan saat Pilkada DKI Jakarta sudah hilang pelan-pelan sekarang fokus ke bisnis," kata dia.

Henry menambahkan, IHSG tembus level 6.000 itu juga dapat mendorong investor untuk masuk ke pasar saham. Hal itu mengingat level 6.000 menunjukkan ada pertumbuhan kinerja IHSG. "Investor akan melihat pasar modal lagi. Kini respons investor ritel juga sudah positif," ujar dia.

Sementara itu, VP Sales and Marketing PT Ashmore Asset Management Indonesia, Angganata Sebastian melihat IHSG capai level 6.000 dapat menimbulkan tendensi pelaku pasar merealisasikan keuntungan. Di sisi lain, kinerja pasar saham Indonesia masih jauh dibandingkan pasar saham Asia lainnya.

"Selama 2017 pasar saham Indonesia naik sekitar 14 persen. Sedangkan MSCI Asia Pacific ex Japan sudah naik sekitar hampir 30 persen," ujar Angganata

Henry mengatakan, pihaknya tetap mempertahankan target IHSG 6.300 hingga akhir tahun. Untuk mencapai level IHSG tersebut, Henry menuturkan pelaku pasar ingin bukti kalau ekonomi sudah pulih pada kuartal III 2017. Ini ditunjukkan dari daya beli masyarakat yang masih kuat.

Sedangkan Angganata melihat level IHSG mampu bertahan di 6.000. Apalagi komposisi investor asing sudah sangat minimal di pasar saham Indonesia. IHSG pun diprediksi dapat berada di level 6.200 pada akhir 2017. Ini melihat pertumbuhan laba emiten di kisaran 17 persen.

Meski demikian, ada sejumlah faktor risiko yang perlu dicermati. Henry menuturkan, rencana bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada Desember menjadi perhatian pasar.

"Bila suku bunga the Fed naik pada Desember dan melebihi harapan maka berdampak ke rupiah," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya