Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar -2,07 persen pada 2020, tetapi pada kuartal IV-2020 hanya terkontraksi sebesar -2,19 persen (yoy), yang artinya membaik dari kuartal sebelumnya.
"Angka ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sudah on track. Perbaikan kondisi ini tentu saja tidak terlepas dari intervensi yang dilakukan oleh pemerintah,” kata Airlangga dalam keterangannya, Jumat (5/2/2021).
Baca Juga
Sejalan dengan perbaikan tersebut, Airlangga menilai kinerja pasar modal juga kian membaik. Hal ini ditandai dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah.
Advertisement
Pada perdagangan saham Jumat, (5/2/2021), IHSG ditutup menguat 0,73 persen pada 6.151. Di saat yang bersamaan, juga terjadi peningkatan leading indicator PMI dan indeks keyakinan konsumen serta surplus neraca perdagangan yang mencapai USD 21,74 miliar pada 2020 atau tertinggi sejak 2011.
"Momentum pemulihan ekonomi ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2021 sehingga ekonomi Indonesia akan rebound dengan pertumbuhan di kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen yang didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor,” kata Menko Airlangga.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada 5 Februari 2021
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham Jumat, 5 Februari 2021. Penguatan IHSG terjadi di tengah pengumuman pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa Januari 2021.
Pada penutupan perdagangan saham, IHSG menguat 0,73 persen atau 44,51 poin ke posisi 6.151,72. IHSG sempat berada di level tertinggi 6.151,72 dan terendah 6.090,98. Sebanyak 307 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 176 saham melemah dan 142 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 1.176.077 dengan volume perdagangan 14,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 152,60 miliar. Seluruh indeks saham acuam kompak menguat. Indeks saham LQ45 naik 0,45 persen ke posisi 953,57.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri turun 0,83 persen. Sektor saham tambang menguat 2,95 persen, dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi mendaki 1,36 persen dan sektor saham perdagangan menguat 1,3 persen.
Saham-saham yang catat top gainers atau melonjak tajam antara lain saham MTPS naik 34,83 persen ke posisi Rp 120 per saham, saham POLA melonjak 34,34 persen ke posisi Rp 133 per saham, saham BANK mendaki 24,84 persen ke posisi Rp 392 per saham, saham UFOE naik 24,83 persen ke posisi Rp 382 per saham.
Saham-saham yang melemah antara lain saham GLVA turun 6,99 persen, saham GGRP merosot 6,96 persen, saham LMPI turun 6,96 persen.
Bursa saham Asia cenderung menguat kecuali indeks saham Shanghai turun 0,16 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,60 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 1,09 persen, indeks saham Jepang Nikkei menanjak 1,54 persen, indeks saham Thailand menguat 0,70 persen.
Lalu indeks saham Singapura naik 0,11 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,61 persen.
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBRI sebanyak Rp 81,8 miliar, saham BBCA sebanyak Rp 81 miliar, saham AKRA sebanyak Rp 47,1 miliar, saham BBTN sebanyak Rp 35 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 24,6 miliar, saham KLBF sebanyak Rp 24,1 miliar, saham BBNI sebanyak Rp 10,9 miliar.
Sedangkan saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BMRI sebanyak Rp 117,4 miliar, saham EXCL sebanyak Rp 39,1 miliar, saham INCO sebanyak Rp 28,6 miliar, saham ICBP sebanyak Rp 28,2 miliar, dan saham INDF sebanyak Rp 19,4 miliar.
Advertisement